Setelah menunaikan ibadah shalat Maghrib, aku langsung meraih Al-Qur'an yang selalu aku bawa kemana pun pergi. Selesai membacanya beberapa lembar kembali kumasukkan ke tas yang selalu aku bawa. Tiba-tiba handphoneku berbunyi. Ada notifikasi yang masuk.
"Haaaahhhh....!" Aku tak sadar mulutku terbuka begitu lebar karena terkejut setelah membaca notifikasi yang baru masuk. Selang berapa detik panggilan dari Mas Gino tertera di layar Handphoneku.
"Assalamualaikum, Mas". Jawabku
"Waalaikumussalam, lagi apa sekarang?" Tanya Mas Gino lembut.
"Baru aja selesai shalat, Mas dan..." Aku ragu melanjutkan untuk bertanya notifikasi yang baru aku baca.
"Dan??" tanyanya penasaran
"Itu Mas, ada notifikasi baru masuk, Rania bingung itu darimana" jelasku hati-hati.
"Kenapa mesti bingung, harusnya senang, dong. Semoga jadi manfaat ya, sayang. Dipakai atuh, pamali nolak rezeki". terang Mas Gino lugas.
"Jadi Mas yang transfer?" Tanyaku penasaran.
"Iya, Sayang. Kan sebentar lagi jadi Nyonya Gino. Hal ini bakalan berlanjut sampai hari-hari berikutnya". jelasnya.
"Duh, Mas terlalu banyak untuk aku yang hanya sendiri." Tolakku merasa tidak enak hati.
"Nggak apa-apa, kalau nggak habis ya ditabung saja, okey. Aku tutup ya, Sayang. Daaa".
klik
Telepon terputus.
***********************
Hari ini adalah hari yang paling membahagiakan buatku juga Mas Gino. Kami akan melangsungkan akad nikah di sebuah Mesjid yang terletak di kota kecil tempat kelahiranku. Kota yang menjadi saksi bisu atas pernikahanku. Kota Medan yang sebagian penduduknya asli suku Batak. Namun, tidak sedikit yang bersuku Jawa, salah satunya Mas Gino. Aku keturunan Batak dan Aceh. Namun, bentuk wajahku lebih mendominasi suku Aceh. Mata bulat, hidung mancung, Namun aku memiliki kulit Langsat. Digelar dengan acara sederhana kami melangsungkan pernikahan secara sederhana.
"Alhamdulillah, sah"
Seluruh hadirin memanjatkan doa bersama demi kebahagiaan rumah tangga kami. Setelah acara doa selesai Mas Gino minta izin ke belakang hendak cuci muka. Setelah kembali raut wajah Mas Gino berubah kusut seolah penuh dengan tekanan. Aku juga sama dengan Mas Gino tidak memiliki siapa pun lagi. Aku cuma memiliki seorang Abang. Namun, ia tinggal di Malaysia bersama dengan keluarganya. Aku mengajar anak-anak. Cukup untuk memenuhi kebutuhanku sehari-hari.
"Mas baik-baik saja?" Tanyaku khawatir.
"Sayang, aku ada pasien mendadak. Setelah ini aku antar kamu pulang trus aku langsung ke rumah sakit ya". Jelasnya merasa bersalah.
"Nggak apa-apa kok, Sayang. Kan tuntutan pekerjaan harus begitu. Nggak apa-apa". Jawabku menenangkannya.
*************************
Malam ini adalah malam pertamaku. Jam sudah menunjukkan pukul 11.00 malam, tapi belum ada tanda-tanda Mas Gino akan pulang. Handphonenya juga nggak aktif. Aku berusaha menenangkan diri dengan membaca Alquran, mungkin saja Mas Gino belum selesai menangani pasiennya. Batinku.
Samar-samar aku mendengar suara adzan subuh, Astaghfirullah ternyata aku ketiduran. Aku beranjak dari sofa, karena semalaman menunggu Mas Gino pulang. Handphoneku Juga tidak ada pemberitahuan bahwa Mas Gino menghubungiku. "Kemana sebenarnya kamu, Mas?" aku mulai gelisah.
Aku segera membersihkan diri untuk menunaikan shalat subuh. Selesai shalat aku menyempatkan membaca Alquran beberapa lembar sebagai rutinitasku setiap selesai shalat. Setelah membaca Alquran hatiku mulai nyaman.
"Mungkin sebentar lagi Mas Gino akan pulang, sebaiknya aku menyiapkan sarapan ntar dia kelaparan aku udah nyiapin makanan buat suami tercinta." Batinku.
Aku mulai mempersiapkan bahan-bahan yang akan aku masak. Hari ini aku memasak sup iga dilengkapi dengan sambal balado dan tak lupa dengan lalapan, karena aku belum tahu selera Mas Gino seperti apa. Jadi aku masak yang sederhana dan yang aku bisa saja. Lama-lama kan tahu seleranya Mas Gino seperti apa. Huft! Jadi nggak sabaran Mas Gino nyobain masakanku.
Jam sudah menunjukkan pukul 11:00, Mas Gino juga belum pulang. Ada apa dengannya? kuraih handphone dan menghubunginya. Namun, nomor teleponnya tidak aktif. Aku mulai berpikiran negatif. Ya Allah berikan keselamatan pada suami hamba dimana pun dia berada. Aku memanjatkan doa dalam hati.
" Apakah aku harus menyusulnya ke Rumah Sakit? aku ke sana saja, deh untuk memastikannya". Pikirku.
Segera ku kenakan hijab, ku ambil tas dan langsung mengunci pintu. Aku pun memesan taksi online lalu segera meluncur ke Rumah Sakit tempat Mas Gino praktek.
***************************
"Kamu tega menyakitiku dan anak-anak. Kamu benar-benar tidak punya perasaan, Pa!". Rina sesenggukan.
"Maafkan aku, Ma!" hanya kata itu yang keluar dari mulut Gino.
"Aku ingin kamu ceraikan perempuan itu sekarang! Hanya ini satu-satunya yang kuinginkan jika kamu masih ingin bersamaku dan anak-anak." Ancam Rina.
"Ma.. tidak bisakah kamu menerima Rania dalam hidupku? Aku benar-benar nggak bisa mengabulkan permintaanmu, aku minta maaf!" Tegas Gino masih dengan perasaan bersalah.
"Kamu bilang apa, Mas? Menerima perempuan itu? Perempuan yang telah menghancurkan hidupku dan anak-anak? Tega kamu, Mas! nggak ada perempuan yang mau dimadu, Mas! Setelah kebaikan yang keluargaku berikan, ternyata inilah balasanmu, Mas!" amarah Rina semakin berapi-api.
"Maa..!" suara Gino mulai meninggi.
"Kenapa? Kamu tidak terima kalau aku mengungkit masa lalu? Ayah memfasilitasi mu, menguliahkanmu. Namun, apa?? apa balasanmu? Apa yang kurang dariku, Mas??" Teriak Rina berkaca-kaca.
Seluruh persendian Gino rasanya mau lepas hingga ia terduduk dengan tatapan kosong. Ia menjambak rambutnya. Ia merasa frustasi.
"Bagaimana mungkin Rina yang ia kenal lembut tega mengungkit kebaikan yang orang tuanya berikan? Ia beranggapan Rina perempuan lembut yang bisa diajak bermusyawarah. Namun semua di luar dugaannya. Rina menunjukkan sifat egoisnya, karena mengetahui pernikahan Gino sebelum ia beritahu terlebih dahulu. Seorang teman kantor Gino sengaja memotret pernikahannya dengan Rania dan melaporkannya pada Rina. Tapi, pernikahannya selama ini yang ia lalui hanya karena hutang Budi dari ayah Rina dan telah menjadikannya seorang dokter hebat. Sulit rasanya menumbuhkan cinta di hatinya untuk Rina. Sekuat apa pun usahanya, Gino tetap tidak bisa menumbuhkan cinta untuk Rina. Ia hanya benar-benar merasakan jatuh cinta setelah bertemu dengan Rania. Ia baru merasakan bagaimana mencintai seseorang lewat Rania.
"Tuhan, ampuni aku?" Gino tidak tahu lagi harus berbuat apa.
************************
"Permisi, mbak. Apakah Dokter Gino hari ini masuk?" Tanya Rania ke bagian administrasi.
"Oh, Dokter Gino hari ini absen, Bu. Ada urusan katanya. Ada yang bisa saya bantu, Bu?" Tanya petugas bagian administrasi.
"Nggak apa-apa, terimakasih ya, mbak!" jawab Rania kebingungan.
"Kemana Mas Gino ya?" batin Rania. Seluruh pegawai memang belum ada yang mengetahui tentang pernikahan Rania dan Gino. Jadi, tidak ada yang tahu kalau Rania adalah istri dari Dokter Gino. Tiba-tiba handphone Rania berbunyi. Di layar handphone masuk SMS dari nomor baru.
"Sayang, aku minta maaf, ya baru ngabarin. Mas masih ada kerjaan. belum bisa pulang. Nggak usah khawatir, ya. secepatnya Mas akan selesaikan urusan Mas. Mas sangat merindukanmu. Oh, ya hp Mas lowbat. Jadi pakai Hp teman. Jaga dirimu ya. Love you, Sayang".
Pengirim : 081375******
"Mas kemana, sih sebenarnya?" Rania masih kebingungan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 20 Episodes
Comments
Diah Ratna
gak cinta??
ngaca tu,dicermin.dah disekolahkan jadi dokter, menikah,punya anak?
dibilang g cinta?
nurutin nafsu Lo,goblok
2021-05-29
0
Awalludduin rambe
😍🥰😘😚👍
2021-02-18
1
Zahrotul Ulum
gino2..... katanya gak cinta tapi bisa punya anak 2 ...wes angel angel....
2021-02-16
2