Pekerjaan Pelayan

Esok harinya Fery memberitahukan rekaman itu kepada ayahnya.

"Pi ini ada rekaman, temanku dia kemarin di datangi rentenir dirumahnya, tapi dia belum bisa bayar, papi bisa bantu?." Tanya Fery.

Lalu papinya langsung melihat rekaman tersebut.

"Papi bisa langsung bayarin hutangnya itu, gimana kalau kamu antar papi kerumah temenmu ini." Ucap Pak Agung.

"Eh pi kalau kita nolong dia dengan cara buat dia bekerja gimana?." Fery mengajukan tawaran.

"Yaudah terserah kamu caranya gimana, tapi kita harus tolong mereka, kenapa kamu memberi usulan begitu?." Tanya papinya penasaran.

"Kalau kita kasih mereka uang secara langsung nanti mereka juga tetep ngotot buat bayarin ke papi, mereka malah jadi tetep bekerja juga kan, nanti malah jadinya tutup lobang gali lobang dong, makanya itu Fery nawarin dia bekerja aja disini nanti gajinya digedein." Ucap Fery.

"Pinter juga anak papi, papi setuju usulan kamu."

Setelah itu papinya Fery berangkat bekerja. Dan Fery langsung bergegas berangkat kuliah. Dan memberitahukan pekerjaan ini kepada Silvi.

Sesampai di kampus Fery langsung menuju keruang kelas Silvi. Namun ternyata Silvi belum berangkat. Akhirnya ia menunggu Silvi di depan kelas. Beberapa menit kemudian Silvi datang.

"Woy Panda hitam." Teriak Fery sampai membuat Silvi kaget.

"Ada apa sihh ngagetin mulu, kenapa pagi-pagi udah di depan kelas, biasanya nggak gini kamu." Ucap Silvi.

"Gak papa nanti pulang kuliah ke kantin sama gua, gak usah sok sok an nolak, alesan ke perpus lah."

"Ngapain sih?." Ucap Silvi penasaran.

"Udah ikut aja, untung aku masih ajak lu ke kantin, daripada ke restoran nanti nggak bisa bayar lo." Sahut Fery sedikit menyinggung.

"Yee, serah lu gua masuk kelas dulu dah mulai."

Silvi masuk kedalam kelasnya. Fery juga bergegas menuju kelasnya. Saat dikelas waktu pelajaran. Silvi tidak fokus dengan belajarnya. Ia masih kepikiran tentang bagaimana cara ia membayar hutang-hutang almarhum neneknya.

"Sil." Panggil temennya yang bernama Laras.

"Sil woy bengong aja kamu." Bentak Laras sampai membuat Silvi kaget.

"Eh iya maap gak tau."

"Ada apa sih dari tadi gua perhatiin lo bengong mulu dari tadi?." Tanya Laras.

"Nggak papa kok."

"Beneran?,

"Iya beneran, Eh aku nggak ke perpus dulu ya Ras, aku mau ke kantin laper." Ucap Silvi sambil jalan menuju kantin.

"Iya udah, hati-hati." Jawab Laras.

Silvi bergegas menuju kantin. Dan disana ia sudah ditunggu Fery.

"Mau ngapain dikantin?." Tanya Silvi.

"Udah duduk dulu, nih udah gua pesenin minuman."

"Makasih, langsung aja mau ngapain?."

"Kok buru-buru amat sih, Lo kenapa mau ke perpus?." Tanya Fery.

"Nggak, aku mau pulang."

"Kalau ada masalah cerita aja nggak usah sok-sok dipendam, Sok kuat aja Lo."

"Beneran nggak ada apa-apa."

"Cerita nggak sama gua, kalau nggak gua akan malu-maluin lo mau?. Ucap Fery mengancam.

"Okee iya, Jadi gini kemarin ada rentenir dateng kerumahku, dia nagih hutang, karena nenek aku ninggalin hutang sebelum meninggal, Nah aku bingung mau cari kerjaan apa buat nglunasin hutangnya tersebut." Jawab Silvi.

"Oalahh lo butuh kerja, gimana kerja dirumah gua aja jadi pelayan gajinya lumayan lah, Lo mau nggak?." Ucap Fery.

"Iya aku mau?." Ucap Silvi mantap. Ia langsung menyetujui tawaran Fery untuk kerja dirumahnya. Pikir Silvi kesempatan tidak datang dua kali, Ia nggak boleh menyia-nyiakan kesempatan ini.

"Sebenarnya gua malas kalo ada pelayan yang ngurus gua dirumah, tapi nggak masalah toh dia juga kadang jadi pelayan gua dikampus." Batin Fery.

"Lo bisa langsung datang kerumah gua besok sehabis kuliah, nanti lo kerjanya saat kuliah sampai malam." Ucap Fery menjelaskan.

"Hah saat kuliah sampai malam, Emang kerja apa sih?." Tanya Silvi.

"Jadi pelayan gua, ngurusin gua dari mulai sampai dikuliah, dirumah sampai malem."

Silvi langsung kaget mendengar penjelasan Fery. Namun ia harus setuju dengan pekerjaan ini. Tanpa banyak tanya ia langsung menyetujui tentang pekerjaan itu. Walaupun ia sedikit terpakasa. Karena jika melayani Fery, Silvi merasa seperti budak yang sengsara. Tapi ia lakukan demi membayar hutang-hutang neneknya. Dan meringankan beban ibunya.

Setelah itu mereka berdua pulang kerumah masing-masing. Dan Silvi langsung memberi tahu ibunya bahwa ia sudah mendapatkan pekerjaan.

"Bu Alhamdulillah Silvi udah dapat kerja." Ucap Silvi dengan senangnya.

"Kerja apa nak?." Tanya ibunya.

"Kerja jadi pelayan Bu, dirumah temen Silvi, tapi gajinya lumayan lo."

"Alhamdulillah pekerjaan apapun itu tetap disyukuri ya nak."

"Iya Bu walaupun jadi pelayan tapi Silvi seneng bisa bantu meringankan beban ibu."

"Iya ibu juga seneng banget." Ucap ibunya.

Setelah berbincang dengan ibunya. Silvi langsung mandi dan ia berangkat ke perpustakaan kampusnya, karena ia tadi belum sempat ke perpustakaan.

...****************...

Sesampai di perpustakaan Silvi langsung mencari-cari buku yang ia cari. Di perpustakaan sangatlah sepi hanya lima orang yang ada disana. Saat Silvi mau mengambil buku yang ingin ia baca. Namun tangan Silvi tidak sampai di tempat buku itu. Karena memang tempat buku itu di atas sendiri. Silvi sampai berjinjit namun tetap saja tangannya tidak sampai. Akhirnya ada orang yang membantunya mengambil buku itu.

"Kamu nggak sampai ya, sini aku bantu." Ucap pria itu.

"Terimakasih."

Setelah diambilkan buku tersebut mereka saling tatap menatap. Silvi kaget ternyata pria itu adalah temannya sendiri yang bernama David.

"Loh David kamu masih di perpustakaan sampai sore gini, tumben." Tanya Silvi.

"Iya aku lagi nyari buku kesukaanku di perpus ini, tapi dari tadi belum ketemu-ketemu." Ucap David.

"Memangnya buku apa yang kamu cari?." Tanya Silvi.

"Buku Desain Fashion." Jawab David.

"Oh buku itu, aku punya dirumah."

"Apakah boleh aku pinjam bukunya?."

"Iya tentu boleh dong kamu pinjam." Sahut Silvi menawarkan.

" Oke nanti malam aku akan kerumah kamu ambil buku itu"

"Masih ingat rumahku?."

"Masih ingat dong, Kamu mau baca buku kan? aku temani boleh?" Tanya David.

"Tentu saja."

David adalah teman sekelas dengan Silvi, ia sangat menyukai Silvi dari pertama kali masuk sekolah. Ia menyukai Silvi bukan karena fisiknya, melainkan sifatnya yang baik kepada semua orang, pintar dan selalu sopan. Karena itu ia dari dulu suka dengan Silvi namun ia hanya memendam perasaannya saja. Dari dulu ia tidak pernah berbicara kepada Silvi jika tidak ada hal yang penting. Karena jika ia di dekat Silvi entah kenapa ia menjadi membeku dan kaku.

Memendam perasaan begitu dalam. Hingga membuat ia terdiam. Tanpa bersuara dan berkata. Namun memperhatikan dengan begitu seksama. Jika hal itu terus terjadi. Itupun juga tidak baik untuk hati. Karena seharusnya cinta itu diutarakan jangan didiamkan.

Terpopuler

Comments

Hebron Manalu

Hebron Manalu

makasih kakak

2021-09-13

0

❥Ñåñhïઈଓ♚⃟😎

❥Ñåñhïઈଓ♚⃟😎

entar tak baca kok👌

2021-02-08

1

zien

zien

hai aku hadir disini 😊
semangat terus ya 💪👍

2021-02-07

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!