Masalah dan Musibah

Pagi yang begitu cerah. Suara burung yang berkicau begitu merdu. Embun pagi yang masih menumpuk pada rumput liar. Matahari terasa hangat ditubuh. Menumbuhkan semangat yang begitu mendalam. Silvi bangun dari ranjang tidurnya ia mulai melakukan ritual pagi. Mandi pagi, berdandan begitu natural, rambut yang di kuncir seperti ekor kuda, dan ia tidak lupa senyum pepsoden nya. Pagi ini badan Silvi lumayan membaik, rasa gatal di tubuhnya juga mulai reda. Sebelum berangkat kuliah ia mengantarkan adiknya sekolah. Ibu Silvi tidak bisa mengantar adiknya karena setiap habis subuh ibunya langsung berangkat kerja. Setelah mengantar adiknya ia langsung berangkat ke kampus. Lalu ia menuju ruang kelasnya yang berada di lantai dua. Silvi dan Fery berbeda jurusan. Silvi mengambil jurusan Desain sedangkan Fery mengambil jurusan Fotografi. Untung mereka tidak satu kelas. Jadi Silvi aman tidak disuruh ini itu.

Berbeda dengan Fery sebelum ia masuk ke kelas ia memfoto pemandangan yang sekiranya berbeda dengan kemarin. Jam kuliah pun selesai Fery dan Kiki sahabatnya itu segera beranjak keluar kelas.

"Ki ikut aku foto in perpus yuk." Ajak Fery.

"Ah kekantin dulu, gua laper."

"Halah bentar doang."

"Ya udah cepet tapi."

"Iye."

Sesampainya di perpus Fery langsung memfoto bagian sudut-sudut perpus. Rak perpus dan seluruh ruangan perpus. Ia melakukan ini karena nanti saat ia udah lulus atau perpus ada perubahan ia bisa punya foto kenangan antara before dan after nya. Kiki menunggu Fery sambil duduk dan hanya lihat-lihat buku. Saat itu juga Silvi sedang berada di perpus karena setiap jam belajarnya selesai ia mampir ke perpus untuk baca buku mengenai tentang desain. Pas waktu Silvi mencari cari buku di rak buku. Tiba-tiba Fery menabrak Silvi. Karena dari tadi Fery hanya melihat kamera, tanpa melihat jalan sehingga ia menabrak orang yang didepannya.

"Kalau jalan hati hati dong." Teriak Silvi kesal.

"Kenapa, lo mau nyalahin gua." Jawab Fery.

"Kenapa kamu ada disini?" Tanya Silvi.

"Serah gua lah mau dimana aja apa urusan lo."

"Tanggung jawab, tadi kamu habis nabrak aku, buku dirak pada jatuh semua tuh."

"Tata aja sendiri bukunya, toh yang megang lo. Tangan gua gatel." Jawab Fery Santai.

"Heh slalu nyebelin sih kamu."

"Biarin."

Lalu Fery dan Kiki langsung ninggalin perpus.

"Cabut yuk ki."

"Lu nggak mau bantu dia."

"Bodo amat biarin tangan gua gatel bantu dia."

"Sungguh kejamnya dirimu, pas butuh aja dateng, pas aku lagi kayak gini malah masa bodo namanya juga teman." Batin Selvi kesal. Namun ia tetep sabar menghadapi Fery.

Setelah selesai membereskan buku yang jatuh Silvi tiba-tiba menerima telefon dari orang yang tidak dikenal.

"Halo saya Silvi, ini dengan siapa ya?" Tanya Silvi.

"Halo Silvi ini saya Devi." Devi adalah tetangga dekat Silvi.

"Iya ada apa Dev?."

"Ibu kamu di datangi rentenir mau nagih hutang, tolongin ibu kamu mau dipukul tuh."

"Yaampun iya aku segera pulang."

"Cobaan apa lagi ini Ya Allah." Batin Silvi.

Silvi segera menancap gas montornya dan langsung ngebut menuju rumahnya. Fery yang melihat Silvi begitu buru-buru ia penasaran ada apa dengan Pelayannya itu.

"Ki itu panda hitam kenapa buru-buru?" Tanya Fery pengen tau.

"Nggak tau gua." Jawab Kiki.

"Gua kok penasaran ya?"

"Coba lo susulan deh ada apa dengan dia."

"Ogah buat apa ngurusin dia." Sahut Fery.

"Jangan gitu lah, lo tadi udah berbuat nggak baik di perpus sama dia."

"Biarin gua juga sering kek gitu sama dia."

"Tapi dia kan juga punya perasaan Fer siapa tau dia buru-buru lagi ada masalah, coba lo susul siapa tau beneran." Ucap Kiki menyadarkannya.

"Yadah iya." Jawab Fery terpaksa.

"Nah gitu, yadah gua pulang dulu." Balas Kiki sambil berpamitan dengan Fery.

Akhirnya Fery membuntuti Silvi dari belakang sampai tiba dirumah Silvi.

Silvi langsung lari menghampiri ibunya, dan ia sampai memohon agar rumahnya tidak disita. Karena rumah itu adalah harta satu-satunya peninggalan neneknya.

"Kalian harus cepat membayar hutang-hutang almarhum nenek kamu." Bentak rentenir itu.

"Iya pak akan kami bayar tapi nggak sekarang." Ucap ibunya Silvi sambil menangis.

"Kalian Udah berbulan bulan tidak bayar hutang semenjak nenek kalian meninggal udah lama."

"Iya saya tau pak tapi kasih kami kesempatan, kami juga bukan orang kaya, jika kami orang kaya kami langsung bisa bayar, sedangkan kami hanya rakyat miskin biasa, tolong mengerti keluarga kami pak." Ucap Silvi memohon

"Okee saya beri waktu satu bulan untuk lunasin hutang, jika melebihi waktu tersebut terpaksa rumah ini kami sita." Ucap rentenir itu dengan tegas. Lalu rentenir tersebut langsung pergi meninggalkan rumah Silvi.

Ibu, adik dan Silvi menangis tersedu di depan rumah.

"Bu ternyata nenek ninggalin hutang?" Tanya Silvi sambil merangkul ibu dan adiknya.

"Iya nak maaf ya ibu nggak cerita sama kamu, karena takut kamu jadi kepikiran." Jawab ibunya

"Seharusnya ibu cerita sama Silvi, biar Silvi bisa bantu ibu cari uang tambahan."

"Ibu takut mengganggu kuliah kamu nak."

"Bu walaupun Silvi kuliah tapi Silvi bisa cari kerja sampingan, Silvi kasian sama ibu yang setiap hari banting tulang untuk mencari makan kita bertiga, untuk biaya kuliah aku, biaya sekolah adek, dan ditambah lagi nglunasin hutang."

"Ibu minta maaf pada kalian ini memang salah ibu."

"Udah ibu nggak boleh kayak gitu, nggak boleh nangis, aku akan bantu ibu, berapa hutangnya Bu?"

"Sepuluh juta nak."

Seketika Selvi kaget hutang sebanyak itu, ia akan mendapatkan uang dari mana. Walaupun kerja tapi nggak mungkin satu bulan bisa mendapatkan uang sebanyak itu. Namun Silvi tidak patah semangat ia harus berusaha semampunya.

Tanpa mereka sadari di balik pohon ada Fery yang merekam kejadian yang ada di rumah Silvi beberapa menit yang lalu.

"Yaampun kasian banget panda hitam, dia tiap hari aku ejek aku suruh-suruh namun dia tetap tegar. Dibalik semua wajahnya yang selalu tersenyum saat didepan ku ternyata dibaliknya ia begitu menderita." Batin Fery prihatin.

"Untung aja Kiki nyuruh aku ngikutin dia. Apa rekaman ini aku kasih ke papa, mungkin papa bisa bantu, papa kan kalau lihat orang kesusahan selalu nolong, semoga aja papa bisa bantu." Ucap Fery, lalu ia langsung menuju ke kampus. Karena tadi saat mengejar Silvi ia memakai montor temennya di kampus.

Didalam kamarnya Silvi bingung ia mau mencari kerja apa. Yang bisa mendapatkan sepuluh juta satu bulannya. Silvi selalu memohon dan berdo'a agar ia cepat mendapatkan kerja dan segala masalah nya segera terselesaikan.

...****************...

Di dalam kehidupan setiap manusia. Pasti ada berbagai masalah dan berbagai rintangan yang selalu hadir dalam hidup. Jangan pernah mengeluh apapun masalah dan rintangan yang sedang dihadapi. Pasti, semua masalah bisa terselesaikan. Asalkan kita berusaha dan selalu berdo'a. Karena sesungguhnya sesudah kesulitan pasti ada kemudahan.

Terpopuler

Comments

Hebron Manalu

Hebron Manalu

mantap kakka

2021-09-13

0

Xi Wuxin(hiat...)

Xi Wuxin(hiat...)

ini yang kedua kalinya ak mampir
jngn lupa mampir kembali ya ke karyaku😋😋

2021-02-19

2

~🌺~

~🌺~

Q dah mampir ka

2021-02-16

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!