"Jadi, sebenarnya aku dan Revan sudah lama saling kenal."
"Dulu aku di culik oleh para mafia sialan itu saat sedang berbelanja dengan ibuku. Aku di bawa ke suatu tempat yang cukup mewah. Mereka memperlakukan ku dengan baik pada awalnya. Tapi.. Lama kelamaan niat asli mereka mulai terbongkar. Ada banyak anak anak lain yang bernasib sama denganku. Kami dijadikan manusia percobaan untuk obat obatan dan percobaan penambahan semacam kekuatan. Banyak anak yang meninggal karena tak mampu bertahan. Saat itulah aku bertemu Revan."
"Dia juga dijadikan sebagai manusia percobaan dan seiring berjalan nya waktu semakin sedikit anak yang selamat dan hanya menyisakan aku dan Revan. Kami mencoba saling menguatkan dan berjuang bersama untuk tetap hidup. Setahuku, alasan bagi Revan untuk tetap hidup adalah kakak nya. Dia memiliki seorang kakak yang mengalami amnesia karena kecelakaan. Ia ingin bebas dan kembali bahagia bersama kakaknya itu. Jadi itu alasannya masih bertahan sampai sekarang. "
"Kakak? Kau tau siapa nama kakaknya? " Tanya Raile
"Dia tak menyebutkannya. "
Riz terlihat serius menyimak "Lalu bagaimana kau bisa bebas sedangkan dia tidak? "
"Itu karena aku berhasil melarikan diri saat misi. Atau.. Lebih tepatnya tertangkap. Saat itu kami menjalankan misi pembunuhan dan sayangnya misi itu hampir gagal. Aku tertangkap oleh polisi makanya aku bisa selamat. Mereka juga coba menyelamatkan Revan, tapi sayangnya dia sudah di bawa para mafia sialan itu. Kukira dia sudah tiada, tapi kurasa tekatnya tak selemah itu. Ia masih bertahan untuk bisa bebas. Aku salut padanya. " Jelas Rei panjang lebar. Seketika hening menyapa. Tak ada yang membuka pembicaraan setelahnya. Raile merasa cerita itu tak asing, tapi ia tak bisa mengingat apapun.
"Kasihan juga. Jadi sebenarnya dia melakukan itu juga karena terpaksa. Hm... Bagaimana jika kita coba membebaskan nya Raile? " Tanya Riz menyadarkan Rai yang sempat melamun. Ia sempat berpikir sejenak.
"Tidak."
"Eh? Kenapa? "
"Bagaimanapun dia anggota Dark Devil. Mafia yang harus kita hancurkan! Siapapun dia dan bagaimanapun masa lalunya tetap saja dia tak pantas dimaafkan"
"Tapi Ile.. "
"Sudahlah. Lebih baik kita kembali ke markas sekarang. " Ucap Raile dan berjalan pergi.
Riz dan Rei sedikit kecewa dengan keputusan Raile pada Revan. Tapi tak biasanya Raile akan menolak menyelamatkan seseorang. Atau hanya karena Revan adalah musuh sekaligus orang yang ia incar? Atau ada alasan lain?
'Kenapa aku merasa tak asing dengan cerita itu? '
***
"Kerja bagus. Dengan ini akan mempermudah kita menguasai dunia dan menghancurkan mereka! Hahahahaha!!! " Gelak Avren dan memandang ke arah Revan yang tertunduk. "Tapi kenapa kau tak membunuh mereka? "
Revan berdecak kesal "cih, aku tak ingin jadi pembunuh! Melakukan hal itu saja sudah cukup kejam dan aku tak ingin di cap menjadi pembunuh!! "
"BRENG*EK!! " Avren menarik kerah baju Revan kasar. "Kau tak ingin jadi pembunuh? Apa apaan itu?! Apa kau kasihan pada mereka? Lihat saja, aku akan membuatmu membunuh mereka!" Avren menghempaskan tubuh Revan kasar hingga membentur dinding. Setelah itu dia langsung keluar dan kembali mengunci pintu ruangan itu.
"Jika kau mau aku jadi pembunuh baiklah, aku akan jadi pembunuh. Tapi bukan membunuh mereka, tapi membunuh mu! Aku akan membunuhmu!! " Seru Revan kesal. Tangannya mengepal erat dan tatapannya tertuju pada pintu. Ingin sekali ia menghancurkannya dan membunuh Avren. Tapi kekuatannya masih belum cukup untuk melakukan itu.
"Ya, keluarkan amarah mu. Dia memang tak pantas untuk hidup. Mafia busuk sepertinya memang pantas untuk mati. "
"Ya, itu benar. "
Ia memejamkan matanya dan menghela nafas berat. Setidaknya sekarang ada harapan setelah ia bertemu dengan Rei. Ia berharap semoga Rei akan menyelamatkan nya. Tapi selagi menunggu, Revan pun perlu melatih kemampuan nya. Dengan kekuatan yang ia miliki akan mempermudah untuk mengalahkan Avren.
Sementara itu, di ruangan Avren..
"Apa kau yakin dengan anak itu? Dia bahkan belum pernah menggunakan kekuatan penuhnya" Ujar seorang pria seumuran Avren yang mengenakan jas putih bergaris kuning dengan kemeja abu abu dan dasi kuning cerah. Ia juga mengenakan sebuah kacamata visor kuning cerah.
"Kurasa kita harus mulai menguji coba kekuatan nya. Gunakan secara penuh dan itu bisa jadi senjata yang sangat menguntungkan untuk kita" Ucapnya sambil menyeringai. "Untuk kali ini aku sendiri yang melatihnya. Sudah lama juga aku tidak menyiksanya"
"Baiklah. Aku akan mulai persiapan."
"Ya, pastikan semuanya berjalan lancar, Sein."
"Baik tuan. " Ucap pria yang dipanggil Sein itu sambil sedikit membungkuk memberi hormat. Setelah itu ia pun keluar meninggalkan Avren sendiri di ruangan nya.
"Saatnya sudah dimulai untuk menunjukkan kekuatan mu, boneka ku. "
***
"Maafkan kami agen Raka.. Kami gagal mengamankan data itu. " Ucap Raile sambil sedikit menunduk karena kegagalannya. Ia merasa tak enak karena gagal menjalankan tugas dari atasannya itu.
"Haahh.. Tak apa. Yang penting kalian selamat." Ucapnya sambil sedikit tersenyum.
"Tapi pak.. "
"Panggil saja agen Raka. Aku tak setua itu. "
"Um... Baik. Maaf, tapi kurasa kita harus mulai mencari informasi tentang para mafia itu. Jika dibiarkan, semua ini tak akan berakhir" Ucap Raile serius.
'Segitu besarkah dendamnya pada Revan? Apa yang membuatnya sampai sebenci itu padanya? ' pikir Rei sambil menatap Raile. Ia dapat melihat sorot mata kebencian di dalam manik gold nya.
"Tapi Raile... Bukannya itu terlalu cepat? Kau tau kan kalo Dark Devil itu organisasi mafia yang berbahaya. " Ucap Riz.
"Memangnya kenapa? Bukan berarti kita tak bisa menghancurkan mereka bukan? "
"Ini pasti ada kaitannya dengan Revan bukan? Sebenarnya ada apa dengannya sampai kau terlihat sangat membencinya seperti itu? "
Raile terdiam mendengar pertanyaan dari Rei. Riz juga memandang ke arah Raile. Sebenarnya ia tau alasan saudaranya itu membenci Revan, tapi ia tak berhak memberitahu orang lain. Ditambah lagi orang yang baru mereka kenal.
"Aku punya alasan sendiri." Jawab Raile sambil memalingkan muka.
"Ekhem! "
Pandangan mereka teralih pada si pemilik suara. Terlihat Raka yang menatap mereka dengan tatapan yang sedikit sulit untuk diartikan. Ya... Wajar saja. Kehadirannya di sana seolah tak dianggap atau bagaikan nyamuk diantara kisah cinta segitiga.. Eh ralat, diantara perdebatan mereka.
"M... Maafkan kami! " Ujar mereka bersamaan sambil sedikit membungkukkan badan.
"Sudahlah. Jika begitu kembali bertugas! "
"S.. Siap! "
Mereka pun keluar ruangan. Namun pandangan mereka kembali tertuju pada Raile yang pergi ke arah lain. Rei masih penasaran dengan alasan Raile begitu membenci Revan. Tentu ia ingin tau alasannya apalagi jika itu berkaitan dengan sahabatnya. Sebenarnya ada apa?
"Sebaiknya biarkan Raile sendiri untuk sementara waktu. " Ucap Riz sambil menepuk pundak Rei.
"Kenapa Raile seperti itu? Apa yang terjadi sebenarnya? "
"Maaf, biar waktu yang menjawabnya. Yaa.... Nanti kau juga akan tahu." Ucap Riz sambil menarik Rei pergi. Orang yang di tarik hanya mengikuti, tapi pikirannya tetap terarah pada Raile. Ia benar benar ingin tau alasannya.
Sementara itu Raile terlihat berjalan menuju atap. Ia menyandarkan tubuhnya pada pagar pembatas. Matanya terpejam menyembunyikan manik gold nya sembari menikmati hembusan angin yang menerpa dirinya membuat rambut hitamnya bergoyang terkena angin. Pikirannya kembali pada cerita Rei tadi. Entah kenapa ia merasa tak asing dengan cerita itu.
"Kenapa rasanya cerita itu tak asing? Tapi apa?" Pikir Raile. Pandangannya terarah pada pemandangan perkotaan dari atas. Sungguh indah.. Ia menarik nafas panjang. Entah mengapa kepalanya terasa pusing.
Ia berusaha mengingat apa yang mungkin ia lupakan. Kenapa ia tak merasa asing dengan cerita itu, mengenai apa yang dilakukan Revan, alasannya terus bertahan. Entah kenapa ia merasa aneh dengan itu.
Ia memegang kepalanya yang mendadak terasa sakit. Entah kenapa rasa sakit itu tiba tiba muncul membuat kepalanya terasa berat "apa yang terjadi? Kenapa jadi seperti ini? Tenanglah Raile... Dia mafia busuk yang tak pantas hidup. Untuk apa kau peduli padanya?" Gumamnya mencoba menguatkan dirinya sendiri. Tapi yang terjadi justru sebaliknya.
Raile jatuh terduduk. Rasa sakit di kepalanya semakin parah membuat pandangannya mulai berkunang-kunang. "Akh.. " Pandangannya semakin memudar. Ia mencoba mempertahankan kesadarannya tapi kegelapan telah lebih dulu menyambut dirinya membuatnya terhanyut dalam alam bawah sadar.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 100 Episodes
Comments
Dewi
Kadang kebenaran membuat kita tak ingin tahu kebenaran tersebut
2022-10-06
0
Arga pacarnya All
padahal dah jelas banget Revan Raile itu kakak adik... bukalah hati mu dan terima lah adik mu wahai Raile... sim salabim alakazam! 🤣🤣🤣
2022-09-22
1
☠Mia Novita
Jadi itu intinya revan memang sudah menjadi bahan percobaan disaat usianya masih kecil. sampek beranjak dewasapun dia masih tetap tidak bisa lepas dari hal yang tak pernah dia inginkan. Sad😥
2022-09-20
2