Pagi menyambut hari dengan mentari yang mulai menampakan cahayanya. Embun pagi mulai sirna dengan kehangatan sang mentari. Kicauan burung yang terdengar bak alunan musik yang membangunkan ribuan jiwa dari alam mimpinya.
Termasuk seorang pemuda ber iris ruby yang baru terbangun dari belaian mimpi indah yang tak ingin ia tinggalkan. Tapi mau bagaimana lagi?
Ia kembali mengingat percobaan yang telah di lakukan pada tubuhnya. Rasa sakit itu masih terasa dan membuatnya tak nyaman. Revan kembali mengelamkan pandangannya. Memorinya kembali berputar pada masa lalunya. Saat terakhir ia bertemu dengan saudaranya.
Rasa sakit dan amarah kembali terasa. Ingin sekali dirinya membalas dendam akan apa yang telah Avren lakukan. Tapi bagaimana caranya? Ia bahkan tak bisa melawan. Ya, dia memang memiliki beberapa kemampuan yang tidak dimiliki oleh orang lain. Tapi apa itu saja cukup? Yang paling penting, bagaimana cara dia melakukannya? Avren memiliki banyak bawahan mengingat Dark Devil merupakan organisasi mafia terbesar di Delaria city.
Selain kalah jumlah, jelas dia tak bisa melawan selama dirinya masih ada dalam kendali nya. Di leher nya terpasang sebuah kalung yang bisa mengalirkan listrik dan itu cukup menyakitkan walau dirinya sudah terbiasa.
Yang harus dilakukannya sekarang adalah melepaskannya lebih dahulu atau sekurang-kurangnya menonaktifkan nya.
Dan itulah yang jadi masalah. Alat kendalinya ada pada Avren, sedangkan jika dia merusaknya pun tak akan berguna. Lalu jika saja itu sudah berhasil, bagaimana cara keluar dari tempat ini? Ada banyak penjagaan dan cukup sulit untuknya bisa lolos. Mungkin saja jika menyelinap melalui lubang udara. Tapi setelah itu ia akan langsung tertuju pada atap. Bagaimana caranya turun tanpa ketahuan?
Ya, dirinya memang sering melompati atap seperti ninja atau kucing liar. Tapi dari atap gedung setinggi 15 lantai dan bangunan lain di sekitarnya hanya sampai ketinggian 2 atau 3 lantai maka akan sulit bukan? Dia bukanlah Superman yang bisa terbang atau spiderman yang bisa lompat dari satu gedung ke gedung yang lain dengan jaring laba laba. Walaupun dia memiliki semacam kekuatan, tapi dirinya masih seorang manusia biasa yang tak bisa seenaknya menggunakan kemampuannya.
Tentunya Revan masih memikirkan resiko yang akan diterima tubuhnya jika memaksa menggunakannya.
Lalu jika itu sudah berhasil, dia pasti akan langsung ketahuan. Apalagi bawahan Avren yang akan terus berjaga dan mengawasinya. Jika dia berhasil lolos pun kemungkinan nya kecil.
Jika begitu, apa yang harus dia lakukan?
Itulah pertanyaan pertanyaan yang terus terpikir oleh Revan. Ia terus berusaha untuk kabur sesulit apapun caranya. Dan walau kemungkinannya kecil, tapi ia yakin pasti ada cara. Dalam hal ini Revan berharap ada yang berbaik hati mau menolongnya.
"Pasti ada jalan. " Gumamnya pelan.
Kriet..
Pintu terbuka dan terlihat Avren masuk. Iris jingganya berkilat tajam dan seringaian terukir di wajahnya. Revan menggeram kesal melihat kedatangan pria itu. Ingin sekali ia menghajar pria itu.
"Wah wah.. Rupanya kau sudah sadar ya Revan. Apa tidurmu nyenyak? " Tanya Avren sambil berjalan mendekati pemuda bermanik ruby itu.
"Apa yang kau mau hah?! "
"Wow wow wow.. Tenang saja.. Aku tak akan menyakitimu. Bagaimanapun kau itu hartaku yang paling berharga. Hahahahahaha!!! "
Manik jingga dan manik ruby itu menyatu beradu tatapan. Terlihat jelas sorot mata kebencian di manik ruby itu. Tapi tatapan tajam itu justru membuat seringaian Avren semakin melebar.
"Aku memiliki misi untukmu. Lakukan dengan benar atau kau akan tau apa yang akan terjadi padamu. Aku akan selalu mengawasi mu. Apa kau mengerti? "
"TIDAK!! Aku tak mau menjalani misi keji darimu!! " Bantah Revan yang membuat Avren marah. Ia menekan sebuah tombol kecil yang ia sembunyikan dan seketika Revan menjerit kesakitan.
"ARGH HENTIKAN!! "
"Aku akan menghentikannya jika kau mau menuruti ucapan ku. Misi mu kali ini mencuri data penting yang di bawa oleh seorang agen pemerintah. Dia ada di hotel Delaria kamar nomor 172. Dapatkan data itu dan ledakkan hotelnya. Jika kau gagal maka aku akan menyiksamu habis habisan."
"B.. Baiklah. " Avren kembali menekan tombol pada alat yang ia pegang dan kalung yang di pakai Revan berhenti mengalirkan listrik. Pemuda itu mencoba mengatur nafas sambil memegangi lehernya yang masih terasa sakit. Jika saja bukan karena terpaksa, ia sama sekali tak mau melakukan misi keji seperti itu. Tapi apa daya?
***
Di markas Shadow Agen terlihat Raile dan Riz sedang berada di suatu ruangan yang sedikit gelap dengan lampu remang remang menerangi. Seorang pria mengenakan pakaian formal dengan kemeja putih dan jas hitam serta dasi berwarna hijau tua dengan garis hitam. Pria itu adalah ketua Shadow Agen, Raka. Ia menatap tajam ke arah kedua pemuda itu.
"Misi kalian kali ini adalah mengamankan data penting milik pemerintah. Data itu ada di tangan agen khusus. Tugas kalian mengawalnya dan pastikan data itu tidak di curi. "
"Siap! " Ujar keduanya serentak.
Tok tok tok
Terdengar suara ketukan pintu dan Raka pun menyuruhnya masuk. Terlihat seorang pemuda seumuran mereka yang masuk ke ruangan itu. Pemuda itu mengenakan kaos abu abu dengan baju berwarna coklat tua dan celana panjang hitam. Ia memiliki iris jingga yang indah dan rambut ungu gelap. Pemuda itu adalah Makoto Rei. Dia juga seorang agen sama seperti Raile dan Riz.
"Ah ya, aku hampir lupa. Untuk kali ini kalian akan bekerjasama dengan Rei. Mulai hari ini, dia akan menjadi rekan kalian. "
"Senang bertemu dengan kalian. Namaku Makoto Rei. Mohon kerjasamanya. " Ucap Rei memperkenalkan diri.
"Senang juga bertemu denganmu. Namaku Raile Ambrilz, dan ini rekanku Riz Raffan. " Ucap Raile memperkenalkan dirinya dan Riz. Sedangkan si pemilik manik blue sky itu tersenyum ceria sambil melambaikan tangan.
"Baiklah, sekarang jalankan misi kalian"
"Siap kak! "Seru mereka bersamaan dan langsung menuju ke lokasi.
Sementara itu Revan terlihat sedang mencoba menyelinap masuk ke hotel itu. Ia mengendap endap dan bergerak dengan lincah layaknya ninja atau seorang yang sudah profesional dalam hal ini. Ya itu wajar karena dirinya memang sering melakukannya. Tak butuh waktu lama, dirinya sudah sampai di depan pintu kamar agen itu.
Andai saja menyelinap keluar dari markas Dark Devil semudah ini, dirinya pasti sudah bebas sejak dulu. Ditambah lagi ada orang yang membantu mematikan sistem keamanan dan CCTV sehingga dirinya tak perlu takut ketahuan. Tapi sayangnya dia justru melakukan itu untuk kejahatan.
Perlahan dia pun masuk ke dalam ruangan itu. Tapi.. Tidak dikunci? Bukannya ini terlalu mudah? Atau karena orang itu memang ceroboh? Entahlah. Yang paling penting sekarang mendapatkannya dan kembali dengan cepat.
Terlihat seorang pria yang sedang mengerjakan tugasnya duduk di kursi, meja dekat jendela. Sepertinya ia tak menyadari keberadaannya di sana. Ia pun menyiapkan saputangan yang sudah ditetesi cairan bius dan diam diam membekap mulutnya. Pria itu sempat meronta sekejap sebelum akhirnya pingsan. Ia pun menyandarkan pria itu di meja dengan perlahan.
Revan mulai mencari ke setiap sudut ruangan layaknya seorang pencuri. Hey, dia bisa melakukan hal yang lebih dari itu. Tapi ada satu hal yang tak disadarinya. Secara tiba tiba semua akses keluar terkunci. Dirinya terjebak di dalam. "Sudah kuduga ada yang tak beres disini. "
Revan pun mencoba mendapatkan barang itu secepat mungkin dan.. "Ah dapat! " Sebuah flashdisk dan berkas yang tersimpan di dalam sebuah koper berwarna hitam. Ia pun mencoba untuk kabur, namun..
"Berhenti di sana!!" Ujar seseorang yang secara tiba tiba mendobrak pintu. Terlihat Riz, Raile dan Rei di depan pintu dan mengarahkan pistol mereka padanya.
"Cih, sial" Gumam Revan sambil berdecih.
"Rupanya kau lagi Revan. Apa kau tak ada puasnya melakukan hal seperti itu? Dasar mafia busuk! " Raile langsung menembakkan peluru ke arah Revan. Tapi ia bisa dengan mudah menghindarinya. Namun pergerakannya tiba tiba terhenti saat melihat sosok yang ada di dekat Riz.
"Rei" Ucapnya pelan. Iris ruby dan jingga saling bertemu membuat Rei juga sedikit terkejut.
"Revan kau.. "
Dar!!
"Argh!! " Revan mengerang kesakitan saat peluru menembus lengan kirinya. Darah mengalir deras dari luka di tangan nya. Raile kembali mengarahkan pistolnya pada pemuda itu. Raile menatap serius pemuda di hadapannya dan bersiap menekan pelatuk di pistolnya. Tapi..
"Tunggu! " Ujar Rei. Seketika perhatian Raile pun beralih pada sumber suara. Dan itu di manfaatkan Revan untuk melompat keluar dari jendela.
"Raile dia lari!!! " Seru Riz dan pemuda bermanik Gold itu kembali mengalihkan pandangannya pada targetnya yang melompat dari jendela yang ia pecahkan.
"AARGHH SIALAN!! Ini semua salahmu! Apa yang kau lakukan! Sekarang dia kabur!! " Marah Raile pada Rei yang membuat Revan bisa meloloskan diri.
"Maaf, aku tak sengaja."
"Apa kau sengaja membiarkannya lolos?! "
"Aku tak bermaksud begitu. Kau tak mengerti."
"Apa yang tak ku mengerti?! Kau membiarkannya lolos begitu saja dan sekarang data itu telah hilang! "
"Aku tau itu. Tapi kau tak mengerti tentangnya. Dia memang mafia, tapi dia terpaksa melakukan semua itu! "
"Apa maksudmu terpaksa? Sudah jelas jelas dia yang melakukannya! "
"Aku mengenalnya. Ceritanya panjang, dia teman lamaku dan dia--"
Pip.. Pip.. Pip..
Kata katanya terpotong dengan suara yang sebenarnya tak ingin ia dengar. Ruangan hening, hanya suara itu yang terdengar. Mereka pun mencoba mencari sumber suara itu berasal.
"Semoga bukan itu" Ucap Riz memikirkan kemungkinan terburuknya. Mereka mulai mencari ke setiap sudut ruangan dan akhirnya Riz menemukan sesuatu di bawah meja.
"BOM! " Serunya yang membuat Raile dan Rei menoleh ke arah pemuda bermanik Blue sky itu.
"Sial. Jadi dia berencana meledakkan kita setelah mendapat berkas itu? Dasar mafia sialan! "
"Itu tidak penting sekarang. Yang harus kita lakukan menjinakkan bom ini jika tak ingin nyawa puluhan orang disini melayang. " Ucap Rei yang mulai mengotak atik bom itu. Ia terlihat serius dan sangat lihai. Monitor kecil di atas bom itu menunjukkan waktu yang terus berjalan. Waktu tersisa 1 menit lagi.
"Apa kau yakin bisa melakukannya?" Tanya Raile yang terlihat ragu dengan Rei.
"Akan kucoba. Semoga saja berhasil" Ucapnya dan.. Berhasil. Waktu berhenti dan bom itu berhasil di jinakkan. Raile dan Riz menarik nafas lega. Setidaknya mereka berhasil menyelamatkan orang orang di hotel ini.
"Huh.. Syukurlah... " Ucap Riz sambil mengusap dada syukur.
Tapi tidak dengan Raile yang masih memerlukan penjelasan atas apa yang dilakukan Rei tadi. Dan apa maksud dari ucapannya. Setidaknya dia harus mengetahui alasan dibalik dirinya melakukan itu.
"Jadi, apa maksudmu tadi? Apa maksud mu dia di paksa? " Tanya Raile serius. Rei pun menghela nafas dan mulai menjelaskan.
"Jadi, sebenarnya aku dan Revan sudah lama saling kenal."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 100 Episodes
Comments
Lia_ Appademen 01
tambah penasaran 👍🏻
2022-11-13
1
Kyomi
pip pip pip adalah suara khas yang menandakan jika di ruangan itu ada bom. pasti karena ada bom nih...
2022-11-11
1
Shinichi x Kaito
sesuai yg didapat
2022-09-22
0