Seusai memandikan Nabila, Yuana mengajak putri kecilnya tersebut duduk di ruang depan, ruang beralaskan karpet polos berwarna coklat gold dan sebuah meja kayu minimalis berwarna hitam ditengahnya.
Sebuah rak ornamen menggantung di salah satu dinding ruangan tersebut, tempat biasa Amar dan Yuana meletakkan handphone dan kunci. Ada sebuah bingkai foto yang terpajang, menampakkan foto Amar memeluk pundak Yuana yang sedang menggendong Nabila.
Terdengar suara mendayu Bu Marta memanggil Nabila, "Biiilaaa... sayaaang... lihat Oma Marta bawa apa ini?" Kemudian muncul Bu Marta sambil menenteng kantong plastik.
"Oma Matta bawa apa?" jawab Nabila menyambut Bu Marta.
"Eh Bu Marta...silahkan masuk Bu," Yuana mempersilahkan Bu Marta untuk masuk ke dalam rumah.
"Tidak perlu Yuana. Ini tadi saya beli bubur ayam buat Pak Samuel, sekalian buat Nabila. Ibu permisi dulu yaa...nanti dicariin sama bapak."
"Waaah... terima kasih ya Bu Marta, jadi merepotkan," ucap Yuana dengan sungkan.
"Tidak masalah. Bila... dimakan ya buburnya."
"Mataasih Omaa... iyya anti Bila abissin bubulna," ucap Nabila dengan menggemaskan.
Setelah Bu Marta pulang, segera Yuana menyuapi Nabila dengan bubur ayam tersebut sebelum menjadi dingin. Dengan lahap Nabila makan dan menghabiskan bubur itu. Kemudian ibu dan anak tersebut melanjutkan aktifitas kembali. Belajar sambil bermain, istilah yang digunakan Yuana untuk mengajari banyak hal pada Nabila.
Saat ini Yuana menemani putrinya untuk belajar melukis menggunakan jari-jarinya yang mungil. Kegiatan yang membuat Nabila bersemangat belajar tentang warna dan melatih gerak motoriknya.
Merasakan sensasi tekstur larutan tepung yang diberi pewarna makanan melalui indra peraba pada telapak tangannya, sungguh menyenangkan baginya.
Apalagi ketika Yuana mencampur dua warna yang menghasilkan warna yang berbeda, ekspresi takjub Nabila dengan mata dan bibir yang membulat, sungguh menggemaskan.
"Wuuuu... bundaaa... HIJAUU..." seru Nabila setengah memekik girang.
"Sekarang Bila tahu kan, jika warna biru dicampur warna kuning jadi warna apa?" tanya Yuana sekedar mengetes kemampuan Bila membedakan dan menyebut warna.
"Hiii... jauu...," jawab Nabila.
"Waah... anak bunda pintar," puji Yuana.
Yuana sangat memahami, sedikit pujian pada anak yang sedang belajar, sangat bagus untuk meningkatkan kepercayaan diri sang anak sekaligus membangkitkan semangat belajar pada anaknya.
klung... klung... klung... klung... klung... terdengar suara notifikasi pesan beruntun masuk dari handphonenya.
´Assalamu´alaikum Sayang.´
´Kalian lagi ngapain?´
´Nabila sudah maem?´
´Mas sekarang sedang berkunjung ke rumah teman lama di Telaga Golf.´
´Kebetulan tadi, ummahnya jadi customer mas.´
Berturut-turut Amar mengirimkan chat pesan melalui aplikasi penghubung berlogo hijau kepada Yuana. Aktifitas yang selalu dilakukan setiap rehat dari mengemudikan taksinya atau setiap menunggu orderan masuk.
´Alaikumussalam Buya Bila.´ sent
´Bila sedang melukis pake jari, Buya. Bila pinter deh. Hasilnya bagus banget. Ntar Buya bikinin bingkainya yaa 😉 ´ sent
´Bila sudah maem donk. Alhamdulillah ada rizki buat Bila, tadi dikasih bubur ayam sama Bu Marta depan rumah.´ sent
´Salam kenal dengan Bu Fatma ya Mas.´ sent
Kali ini Yuana membalas setiap pesan dari Amar dengan teks pesan juga. Biasanya ia menjawab dengan telepon langsung atau bahkan video call. Karena ia tahu jika Amar mengirim pesan berarti sedang rehat atau belum ada orderan.
Entah kenapa saat ini Yuana merasa takut untuk sekedar menelpon, apa karena tahu suaminya sedang bertamu ke rumah orang atau entah kenapa. Yang jelas, dalam dadanya ada sedikit rasa sesak dan berat, seperti ada sebuah firasat buruk.
´apakah ini firasat buruk... atau... aah mungkin aku kurang minum saja sehabis sarapan tadi,´ batin Yuana.
Ketika meletakkan kembali handphone ke rak dinding, tanpa sengaja tangannya menyenggol bingkai foto. Untung Yuana bisa sigap menangkap bingkai tersebut sehingga tidak sampai jatuh.
Setelah mengembalikan bingkai foto ke tempat semula, ia mencoba menghibur hatinya dengan memfokuskan diri pada aktifitas putrinya. Namun rasa sesak dan berat di dadanya masih saja terasa.
Setelah menyelesaikan kegiatan bermain finger print bersama buah hatinya, Yuana pun beranjak ke dapur untuk mengambil air minum. Satu gelas penuh air hangat langsung dihabiskan, berharap mengurangi rasa sesak di dada, dan meletakkan kembali gelas bening tersebut ke meja dapur.
Ketika berbalik badan hendak kembali ke depan, tanpa sengaja tangannya menyenggol gelas dan...
PYAAAR...
Tersentak Yuana mendengar suara gelas yang pecah akibat terjatuh ke lantai dapur. Perasaan sesak dan berat di dada yang tadi ia rasakan semakin bertambah sesak dan berdebar.
Dengan gemetar ia punguti pecahan gelas, perlahan dan berhati-hati dimasukkan dalam kantong plastik bening. Lalu disapu serpihan halus yang tersebar di sekitarnya dan dimasukkan dalam kantung plastik yang sama. Diikatnya kuat-kuat plastik tersebut agar tidak ada serpihan yang tercecer dan diletakkan di atas tong sampah.
Untungnya Nabila tidak begitu terganggu dengan suara gelas pecah, jadi ia tetap duduk di karpet ruang tamu. Rupanya ia sedang asyik memandangi hasil karya finger print buatannya.
Terlihat ia sesekali tersenyum dan sedikit tergelak. Entah apa yang ia imaginasikan ketika melihat lukisan yang dihasilkannya.
Yuana menghela napas panjang sejenak sekedar mengurangi rasa sesak di dadanya, lalu meniupkannya perlahan.
"Bila sayaang... senyum-senyum sendiri, ada yang lucu ya lukisannya?" sapa Yuana menghampiri putrinya tersebut.
Melihat dan menemani gadis kecil berambut coklat dengan sedikit curly di ujung-ujungnya itu, selalu bisa menghilangkan segala kegundahan dalam hatinya. Apapun situasi dan kondisi yang dialami Yuana pasti akan berubah bahagia dan terasa tentram jika memandang senyum sang buah hati.
"Luk bunda... ini bunda, ini buya, ini Bila," jawab Nabila sambil menunjuk-nunjuk lukisan abstrak miliknya itu. Yuana tersenyum mengetahui bahwa anaknya sedang memainkan imaginasinya.
"Waaah... hebat. Coba bunda dikasih tahu, di lukisannya Bila ini, bunda sama buya lagi ngapain coba?" puji Yuana sekedar mengapresiasi kemampuan Nabila dan mencoba mengikuti imaginasinya.
"Ini bunda... agi bitin tue. Tue bunda enak, Bila maaauu...," ucap Nabila setengah merajuk sambil menunjuk gambar yang sekilas nampak seolah ada perempuan terlihat dari belakang memakai jilbab warna hijau dan ada sedikit bulatan warna kuning yang dianggap Bila sebagai kue.
Eeh... kenapa Bila jadi merajuk minta kue. Yuana menggeleng-gelengkan kepala sambil tersenyum.
"Iya... nanti sore kita bikin kue sama-sama ya, trus gambar buya mana?" sahut Yuana.
"Ini buya bunda. Buya agi bubuk ciyang ama Bila," tunjuk Nabila pada gambar yang sekilas memang seperti dua orang sedang berselonjor memakai bantal yang agak tinggi.
Yang satu panjang berwarna biru bercampur dengan sedikit warna merah dibagian atas dan yang satu lagi lebih pendek berwarna kuning cerah. Dua bulatan kecoklatan seolah dua kepala sedang bersender.
Selebihnya hanya lukisan abstrak yang tidak menampakkan gambar apapun. Jadi yang menonjol memang seperti menampakkan gambar sesuai yang diimaginasikan oleh Nabila.
"Tenapa buya beldalah ya Bunda?" tunjuk Nabila pada warna merah diatas warna biru dalam lukisan tersebut.
DEG... Kenapa rasa ini kembali hadir.
"Yaa Allah... lindungilah suami hamba, mudahkan jihadnya dalam mencari nafkah untuk kami."
Suara lirih Yuana, mendoakan suaminya, berharap sedikit mengurangi perasaan gundah dalam hatinya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 70 Episodes
Comments