part 4 KEPULANGAN BU FATMA

"Gimana Ilham, Rief?" suara perempuan paruh baya yang biasa dipanggil Bu Fatma, sesaat setelah keluar dari pintu terminal kedatangan bandara. Berjalan menenteng sebuah koper sambil menghubungi asisten anaknya.

Perusahaan peninggalan suaminya yang selama ini ia kelola, ia alihkan pada Ilham, putra keduanya yang saat itu baru pulang dari pendidikan magisternya di luar negeri. Setahun lebih di bawah kendali anaknya tersebut, dengan tetap dalam pantauannya, perusahaan berjalan lancar meskipun tidak ada perkembangan berarti.

Hingga laporan minggu terakhir ini, begitu mengejutkan. Meskipun tetap berjalan dalam kendali Arief, ketidakhadiran Ilham di perusahaan cukup mengguncang perputaran keuangan perusahaan.

Hal tersebut memaksa Bu Fatma meninggalkan Annisa, putri bungsunya yang selama ini ia temani dari masa hamil tua hingga melahirkan. Rencananya Bu Fatma akan menemani secara penuh selama Annisa memberi ASI eksklusif pada anak keduanya.

"Sudah lima hari, Pak Ilham tidak ke kantor Bu. Handphonenya mati dan ketika saya ke rumah, beliau tidak pernah mau menemui saya. Bahkan kata Mbok Sari, Pak Ilham menghabiskan hari-harinya di kamar saja," terdengar suara Arief dari telepon genggam milik Bu Fatma.

"Baik, terima kasih infonya Rief. Biar saya urus anak itu. Saya sudah di bandara sekarang," jawab Bu Fatma. Beliau sekarang sedang duduk di ruang tunggu yang berada di terminal bandara.

"Apa perlu saya jemput Bu Fatma?" tawar Arief, asisten Ilham yang sedang di kantornya saat ini.

"Tidak perlu Rif. Kamu handle saja urusan kantor. Ibu naik taksi saja langsung ke rumah," jawab Bu Fatma.

"Baik Bu. Assalamu´alaikum."

"Wa alaikum salam Rief," Bu Fatma mematikan layar handphone dan memasukkannya ke dalam tas.

Bu Fatma mengurut pelipisnya sambil bergumam dalam hati 'apaaaa maunya anak itu, tidak biasanya dia tidak bertanggungjawab seperti ini'.

Setelah beberapa saat, beliau memutuskan segera pulang dengan menaiki taksi bandara. Namun karena melihat di curb tidak ada taksi bandara yang standby, maka Bu Fatma memesan taksi melalui aplikasi di handphonenya. Tak lama, taksi yang diorder telah datang. Sebuah city car five seat warna silver dengan nomor plat yang sama dengan yang tertera di handphone Bu Fatma.

'Amar Nasiruddin... sepertinya nama yang familier' batin Bu Fatma.

"Dengan Ibu Fatma?" tanya driver taksi dari balik kaca samping yang baru terbuka.

"Ah... iya betul Pak. Tolong diangkatkan koper saya ya," sahut Bu Fatma saat melihat sang driver keluar dari mobil dan berputar membukakan pintu penumpang untuknya.

"Silahkan masuk Bu Fatma."

Kemudian meletakkan koper berukuran sedang ke dalam bagasi.

Amar masuk ke bangku driver dan menutup pintu pelan tapi pasti.

"Ke Telaga Golf ya Bu," Amar memastikan tujuan perjalanan.

"Iya Pak," jawab Bu Fatma.

Bu Fatma memandangi Amar dari tempatnya duduk, sesekali melihat melalui kaca kecil di atas dashboard.

"Maaf... ini Nak Amar kan?" tanya Bu Fatma sambil membuka kacamata hitamnya. Kebetulan waktu itu mobil berhenti karena lampu merah traffic light baru menyala. Amar yang baru saja menginjak rem seketika menoleh ke belakang.

"Masya Allah... Bu Fatma ummahnya Ilham kan? Maaf tadi kurang memperhatikan. Lama tidak berjumpa Bu... Ilham apa kabar?" sahut Ilham dengan antusias.

Ya... Amar mengenal Ilham, bahkan dengan keluarganya. Amar dan Ilham berteman karena satu SMA di angkatan yang sama hanya beda kelas saja. Beberapa kali Amar datang ke rumah Ilham untuk pergi bersama berlatih basket di club basket tempat mereka bergabung.

"Ilham baik, sudah hampir dua tahun kembali ke sini, apa tidak pernah ketemu?"

"Tidak pernah Bu... semenjak kuliah tidak pernah bertemu lagi. Waaah sudah berapa tahun ya... hehe," sedikit terkekeh, Ilham mengusap-usap tengkuknya.

Sedikit obrolan ringan mengisi perjalanan menuju rumah Bu Fatma. Bu Fatma menceritakan tentang kepergian suaminya dan pernikahan Annisa, adiknya Ilham, yang kemudian memberikan dua orang cucu padanya. Sekitar dua puluh menit, mobil yang dikendarai Amar tersebut memasuki kompleks perumahan elite yang mengitari padang golf yang luas.

Tidak banyak unit rumah yang ada dalam perumahan tersebut. Karena sebagian besar kawasan tersebut berupa hamparan lapangan golf sebagai view dari masing-masing unit. Sedangkan masing-masing unit memiliki luasan tanah yang juga sangat luas untuk ukuran sebuah rumah.

"Mampirlah sebentar saja... mumpung ada kesempatan bertemu. Rumah ke empat setelah gerbang ini Mar. Itu...rumah pojok hadap timur itu," ajak Bu Fatma sambil memberi petunjuk rumah yang dituju ketika melewati dan menyapa satpam penjaga kompleks perumahan tersebut.

Kompleks perumahan model cluster yang memakai one gate system sebagai fasilitas keamanannya ini memang menerapkan sistem penjagaan yang ketat. Penghuni perumahan wajib menyapa satpam penjaga dengan membuka jendela mobil, sehingga bisa dipastikan satpam mengenal masing-masing penghuni perumahan tersebut. Sedangkan untuk tamu atau pengunjung lapangan golf wajib mendaftarkan diri ke pos penjagaan tersebut.

"Pagar putih ini?" tanya Amar memastikan.

"Ya... Nak Amar langsung parkir di dalam saja."

Lalu Bu Fatma membuka kaca untuk menyapa Pak Hadi, suami Mbok Sari sekaligus penjaga rumah Ilham yang sedang membuka pintu pagar. Karena sebelumnya Bu Fatma sudah mengirim pesan bahwa beliau sudah dalam perjalanan menuju rumah, jadi Pak Hadi sudah standby di pintu pagar rumah.

"Assalamu´alaikum Hadi."

"Wa alaikum salam. Alhamdulillah Bu Fatma sudah sampai di rumah dengan selamat," balas Pak Hadi.

"Iya... Alhamdulillah akhirnya sampai juga. Tolong kopernya bawa ke kamar," ucap Bu Fatma seraya menutup kaca mobil.

"Baik Bu... " sahut Pak Hadi kemudian menutup pagar dan berlari kecil menghampiri mobil yang baru berhenti.

Setelah mobil parkir di halaman rumah Bu Fatma yang luas, Amar turun dari mobil, membukakan pintu untuk Bu Fatma dan mengambil koper di bagasi.

"Mari masuk Nak Amar, saya panggilkan Ilham dulu," ucap Bu Fatma sambil berjalan mendahului Amar membuka pintu masuk rumah.

"Baik Bu," jawab Amar sambil menyerahkan koper pada Pak Hadi.

Mengikuti Bu Fatma berjalan, Amar masuk ke dalam ruang tamu rumah Ilham. Kemudian Amar duduk di sofa cabriole berwarna dusty grey setelah dipersilahkan duduk oleh Bu Fatma. Amar membenahi posisi bantal kursi agar ia duduk dengan nyaman dan meletakkan tas kecilnya di sampingnya.

Tampak di dinding di hadapan Amar terpampang sebuah pigura besar yang membingkai sebuah foto keluarga. Tampak Pak Haikal almarhum dan Bu Fatma duduk di sofa dan ditengah-tengahnya seorang gadis kecil menampakkan senyum yang ceria. Kemudian di belakangnya tampak berdiri Rahmat dan seorang perempuan memakai busana syar´i lalu Annisa memakai busana syar´i juga dan Ilham yang memakai busana koko sama dengan yang dipakai oleh Rahmat. Sepertinya foto keluarga tersebut diambil ketika lebaran sebelum Annisa menikah.

Dari dalam rumah terdengar lamat-lamat suara Bu Fatma sedang berbincang dengan seorang perempuan yang sepertinya adalah asisten rumah tangga.

"Bentar ya Nak Amar, saya panggil Ilham di atas dulu," suara Bu Fatma terdengar dari dalam. Seketika Amar menoleh ke arah dalam dan melihat Bu Fatma menaiki tangga yang ujung bawahnya terlihat dari ruang tamu.

Episodes
1 part 1 MAAF DAN JANJI
2 part 2 ILHAM ADELIO
3 part 3 BIAL TANTIK TAYAK BUNDA
4 part 4 KEPULANGAN BU FATMA
5 part 5 FIRASAT BURUK
6 part 6 MENGENASKAN
7 part 7 GELISAH TAK BERUJUNG
8 part 8 PINDAH KE ICU
9 part 9 NABILA JUGA CUCU IBU
10 part 10 PANGGIL IBU SAJA
11 part 11 AWAL KEHIDUPAN YANG BARU
12 part 12 MUNGKINKAH DIA?
13 part 13 DOKTER YUSUF?
14 part 14 AZYAN DAN NABILA
15 part 15 DEAL!
16 part 16 BISA MENDENGAR?
17 part 17 HASIL BIOPSI
18 part 18 AMAR SADAR
19 part 19 PESAN TERAKHIR?
20 part 20 UMMAH... MAAFKAN ILHAM
21 part 21 KAK JOSEPH!
22 part 22 GELAP
23 part 23 KENAPA?
24 part 24 INNAA LILLAAHI WA INNAA ILAIHI ROOJI´UUN
25 part 25 RAPUH
26 part 26 PEMAKAMAN AMAR
27 part 27 KEGUNDAHAN BU FATMA
28 part 28 ALHAMDULILLAH
29 part 29 QURROTA A'YUN
30 part 30 ENJOY IT!
31 part 31 MEMBUKA LUKA
32 part 32 KERINDUAN (Bagai tidur bertalam air mata)
33 part 33 ANAK BARU
34 part 34 SELEPAS IDDAH
35 part 35 PONDOK REHABILITASI
36 part 36 TERKEJUT
37 part 37 PERTEMUAN TAK TERDUGA
38 part 38 DEJAVU
39 part 39 AAAAH
40 part 40 LAMARAN KAK JO
41 part 41 BERDAMAILAH HATI
42 part 42 NEW NORMAL
43 part 43 ASISTEN PRIBADI
44 part 45 PANTANG MENYERAH
45 part 44 AL HUBBU LAA YA'RIFU AYYA QOONUUN
46 part 46 ADAPTASI
47 part 47 MEMBACA PELUANG
48 part 48 PERCAYA SAJA PADAKU
49 part 49 KEGALAUAN DUA PRIA
50 part 50 SALAH PAHAM
51 part 51 CALON ISTRI
52 part 52 AKAL-AKALAN SAJA
53 part 53 MENIKAHLAH DENGANKU
54 part 54 BERTEMU BAJINGAN
55 part 55 KENAPA
56 part 56 IZINKANLAH
57 part 57 SIMPUL BENANG MERAH
58 part 58 SIMPUL BENANG MERAH (2)
59 part 59 SIMPUL BENANG MERAH (3)
60 part 60 SIMPUL TELAH TERBUKA
61 part 61 SURAT DARI LINDA
62 part 62 PENJELASAN PAPAH RUDI
63 part 63 TANOEWIDJAYA
64 part 64 MANUVER BU FATMA
65 part 65 UMROH
66 part 66 RINDU?
67 part 67 MAKAN SIANG DI ROMANSIAH
68 part 68 ATTA'ALLUMU FII KIBARI KANNAQSYI 'ALAL MAAI
69 part 69 PAPI... MAMI...
70 part 70 RENDEZ-VOUS
Episodes

Updated 70 Episodes

1
part 1 MAAF DAN JANJI
2
part 2 ILHAM ADELIO
3
part 3 BIAL TANTIK TAYAK BUNDA
4
part 4 KEPULANGAN BU FATMA
5
part 5 FIRASAT BURUK
6
part 6 MENGENASKAN
7
part 7 GELISAH TAK BERUJUNG
8
part 8 PINDAH KE ICU
9
part 9 NABILA JUGA CUCU IBU
10
part 10 PANGGIL IBU SAJA
11
part 11 AWAL KEHIDUPAN YANG BARU
12
part 12 MUNGKINKAH DIA?
13
part 13 DOKTER YUSUF?
14
part 14 AZYAN DAN NABILA
15
part 15 DEAL!
16
part 16 BISA MENDENGAR?
17
part 17 HASIL BIOPSI
18
part 18 AMAR SADAR
19
part 19 PESAN TERAKHIR?
20
part 20 UMMAH... MAAFKAN ILHAM
21
part 21 KAK JOSEPH!
22
part 22 GELAP
23
part 23 KENAPA?
24
part 24 INNAA LILLAAHI WA INNAA ILAIHI ROOJI´UUN
25
part 25 RAPUH
26
part 26 PEMAKAMAN AMAR
27
part 27 KEGUNDAHAN BU FATMA
28
part 28 ALHAMDULILLAH
29
part 29 QURROTA A'YUN
30
part 30 ENJOY IT!
31
part 31 MEMBUKA LUKA
32
part 32 KERINDUAN (Bagai tidur bertalam air mata)
33
part 33 ANAK BARU
34
part 34 SELEPAS IDDAH
35
part 35 PONDOK REHABILITASI
36
part 36 TERKEJUT
37
part 37 PERTEMUAN TAK TERDUGA
38
part 38 DEJAVU
39
part 39 AAAAH
40
part 40 LAMARAN KAK JO
41
part 41 BERDAMAILAH HATI
42
part 42 NEW NORMAL
43
part 43 ASISTEN PRIBADI
44
part 45 PANTANG MENYERAH
45
part 44 AL HUBBU LAA YA'RIFU AYYA QOONUUN
46
part 46 ADAPTASI
47
part 47 MEMBACA PELUANG
48
part 48 PERCAYA SAJA PADAKU
49
part 49 KEGALAUAN DUA PRIA
50
part 50 SALAH PAHAM
51
part 51 CALON ISTRI
52
part 52 AKAL-AKALAN SAJA
53
part 53 MENIKAHLAH DENGANKU
54
part 54 BERTEMU BAJINGAN
55
part 55 KENAPA
56
part 56 IZINKANLAH
57
part 57 SIMPUL BENANG MERAH
58
part 58 SIMPUL BENANG MERAH (2)
59
part 59 SIMPUL BENANG MERAH (3)
60
part 60 SIMPUL TELAH TERBUKA
61
part 61 SURAT DARI LINDA
62
part 62 PENJELASAN PAPAH RUDI
63
part 63 TANOEWIDJAYA
64
part 64 MANUVER BU FATMA
65
part 65 UMROH
66
part 66 RINDU?
67
part 67 MAKAN SIANG DI ROMANSIAH
68
part 68 ATTA'ALLUMU FII KIBARI KANNAQSYI 'ALAL MAAI
69
part 69 PAPI... MAMI...
70
part 70 RENDEZ-VOUS

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!