part 2 ILHAM ADELIO

Pagi yang cerah, menyebarkan cahaya hangat bagi setiap makhluk yang sedang mengawali aktifitas hariannya. Terdengar suara kicau burung yang berasal dari pepohonan di sekeliling padang golf. Kupu-kupu yang ikut menyambut sinar mentari tampak beterbangan dengan sesekali hinggap pada bunga-bunga yang sedang mekar di taman bunga sekeliling pagar rumah.

Namun sinar mentari pagi itu tak mampu membuat suasana kamar itu ikut menghangat. Ruangan itu tetap gelap gulita sejak semalam. Gorden tebal berwarna cloudy concrete of grey tetap tertutup rapat tanpa memberi celah sedikitpun bagi masuknya cahaya mentari.

Bahkan dari dalam kamar yang gelap itu pun tak tampak jika sebenarnya ada seorang pemuda yang tengah tidur tengkurap di atas ranjang sleigh bed. Ranjang dengan headboard kulit berwarna brown mahogani dan dipan vintage berwarna dark mahogani. Bed cover yang sedikit tersingkap tidak begitu kusut meskipun tertindih oleh tubuh pemuda itu. Sepertinya tidak ada pergerakan berarti sejak ia tertidur hingga saat ini.

Ilham Adelio, 26 tahun, seolah enggan untuk membuka mata alih-alih untuk bangun pagi ini.

tok...tok...tok...

"Mas... Mas Ilham. Sarapan sudah siap Mas."

Terdengar suara seseorang mengetuk pintu kamar Ilham. Seperti biasa... tak ada jawaban. Dengan sabar, Mbok Sari, perempuan paruh baya yang mengetuk pintu tadi menunggu beberapa saat di depan pintu.

Sudah beberapa hari, Ilham, majikan mudanya itu selalu melewatkan subuh bahkan sarapannya. Ia baru keluar kamar ketika hari sudah siang. Itu pun seperti tak ada bedanya, rumah itu seolah tak berpenghuni. Karena setelah sedikit mengisi perut, Ilham akan naik ke lantai tiga di mana ruang pribadinya berada.

Entah ruangan apa, tak ada yang mengetahuinya. Karena tak seorang pun diijinkan untuk memasukinya.

Dulu ketika Abah Haikal membeli rumah ini, tidak ada ruangan di lantai tiga, hanya ada helipad yang kemudian disulap menjadi sebuah ruangan yang luas oleh Ilham.

Hanya Mbok Sari yang sesekali naik ke lantai tiga, itupun hanya sampai depan pintu ruangan. Untuk mengingatkan makan malam sang majikan muda tentunya.

Rumah mewah tiga lantai tersebut hanya didiami Ilham seorang. Sedangkan Mbok Sari dan pekerja yang lain tinggal di paviliun belakang. Hanya Mbok Sari dan suaminya, Pak Hadi yang diberi akses untuk masuk ke dalam rumah.

Sebenarnya Ilham bukanlah sebatang kara. Ia memiliki seorang ibu, Fatma namanya, hanya saja saat ini berada di Singapura. Bu Fatma sedang menemani Annisa yang baru melahirkan putra keduanya. Annisa adalah adik perempuan Ilham, memiliki dua orang anak, Azyan yang berusia 3 tahun dan Noris yang baru dilahirkan 3 bulan yang lalu. Suaminya, Zein yang keturunan Cina-Jawa dan Arab-Batak itu memiliki beberapa outlet di Far East Plaza dan Bugis Street.

Selain ibu dan adiknya, Ilham juga memiliki seorang kakak. Rahmat, seorang pengusaha dan investor di ibukota. Ia memiliki istri seorang dosen di sebuah universitas negeri dan seorang putri usia remaja yang sedang menjalani boarding school di Tsuraya International Islamic High Shool.

Sedangkan Ilham setelah lulus kuliah mewarisi perusahaan almarhum ayahnya yang sebelumnya dikelola oleh Bu Fatma.

Ilham memang sejak awal sudah digadang-gadang untuk meneruskan usaha ayahnya, karena Rahmat lebih memilih mengikuti passionnya sendiri. Oleh karena itu, Ilham tidak memiliki banyak teman gaul.

Setiap hari kegiatannya sepulang sekolah adalah mengikuti ayahnya kemanapun beliau pergi baik urusan perusahaan, silaturahmi denan rekan-rekan bisnis ayahnya bahkan pergi mengaji di beberapa majlis taklim.

Kecuali saat ia memutuskan untuk kuliah di luar negeri, benar-benar harus mandiri. Meskipun pada akhirnya ia harus kembali ke tanah kelahiran demi meneruskan usaha ayahnya itu.

Kepulangan sekitar setahun yang lalu, yang harusnya menjadi awal kebahagiaan untuknya. Justru awal tragedi yang sangat menyakitkan baginya, yang menjatuhkannya dalam jurang keterpurukan yang paling dalam.

tok... tok... tok...

"Mas Ilham... sarapannya saya bawakan ke kamar kah?" seru Mbok Sari lagi. Sekedar meyakinkan dirinya, apakah majikan yang ia sayangi sejak kecil itu sudah bangun atau belum. Entah sudah berapa menit ia berdiri di depan pintu.

ceklek...

Tak lama pintu terbuka, kemudian tampaklah Ilham masih dengan piyama polos warna abu-abu, muka bantal yang sedikit tirus pucat dan rambut acak-acakan. Rambut halus tumbuh di sekitar dagu hingga depan telinga. Sungguh pemandangan yang tak pernah terjadi sebelumnya.

Ilham yang biasanya selalu tampak rapi dan segar, tak pernah lupa untuk bercukur. Sungguh kontras sekali dengan penampakannya beberapa hari terakhir ini. Tampak tidak terawat dan tidak dalam keadaan baik-baik saja.

Mbok Sari tersenyum menatap majikannya yang sedang menguap dan menggaruk tengkuknya itu.

"Aku mandi dulu, Mbok. Dan tolong rapikan kamarku ya."

"Baik Mas," sahut Mbok Sari seraya ikut masuk ke dalam kamar.

Setelah Ilham masuk kamar mandi, lekas-lekas perempuan seusia bu Fatma tersebut membuka gorden lebar-lebar.

Kamar yang sebelumnya tampak gelap gulita seketika menjadi terang benderang. Panas sinar matahari pagi perlahan menyeruak ke dalam kamar, suhu kamar yang semula dingin pun menjadi perlahan menghangat.

Dari kaca lebar yang dibuka gordennya tadi, tampak sebuah balkon berukuran sedang, yang terdapat sebuah kursi santai dan meja bulat di sebelah kiri dan pot bunga monstera di pojok kanan. Terdapat dua set dumbbell ukuran 3 kg dan 5 kg tergeletak di lantai di sudut kanan.

Dibukanya satu sisi pintu kaca yang membatasi kamar dengan balkon, agar udara segar bisa masuk ke dalam kamar.

Seandainya saja ia diijinkan merawat tanaman bunga di taman bunga yang berada tepat di depan balkon itu, pasti udara segar dan semerbak aroma bunga yang masuk ke dalam kamar. Namun mbok Sari hanya bisa mengelus dada dan membatin, tanpa berani mengusulkan atau sekedar bertanya.

Setelah itu, ia merapikan bedcover dan menata bantal guling serta selimut. Menyusuri sekeliling kamar guna melihat apakah ada hal yang perlu dibenahi. Namun sepertinya tak ada, sebutir debu pun ia tak tampak.

"Makasih Mbok," ucap Ilham sambil meletakkan pakaian kotornya di keranjang dekat pintu kamar mandi. Lalu beranjak ke walk in closed di sebelah kamar mandi.

"Sama-sama Mas. Saya sudah siapkan sarapannya di bawah Mas."

Lalu Mbok Sari mengambil keranjang cucian dan membawanya ke paviliun belakang.

Setelah memakai pakaian santai, celana bermuda warna krem dan kaus polos warna putih, Ilham berjalan ke balkon.

Mengangkat tangan dan menarik punggungnya keatas dan ke samping. Lalu meletakkan tangan di pinggang dan memutar-mutar pergelangan kakinya bergantian. Sempat melirik dumbbell di sudut kanannya, ingin mengambil tapi diurungkannya.

Pandangannya kemudian terpaku pada taman bunga disamping rumahnya, tepat di hadapan bawah balkon kamarnya. Dilihatnya taman bunga yang tidak terawat itu, banyak semak-semak dan rumput liar yang tumbuh dan tanaman dalam pot yang mulai mengering.

Landscape taman yang seharusnya tampak indah jadi terlihat memprihatinkan.

Lalu sebuah paviliun kecil yang berdebu dan warna catnya memudar. Tampak di beberapa titik ditumbuhi lumut dan menjadi sarang laba-laba.

Seandainya bisa dilihat dari luar, maka akan kontras sekali dengan rumah mewahnya yang sangat bersih dan terawat.

Paviliun kecil dan taman bunga tersebut berada di samping rumah, sangat privat, satu-satunya akses hanya pintu besi yang berada dalam gudang di sisi paling ujung paviliun belakang. Dan hanya Ilham yang memegang kunci pintu besi tersebut.

Terlihat rahang Ilham sedikit mengeras lalu sedikit mendongak ke atas dan kemudian membalikkan diri ke dalam kamar.

Meraih handphone di atas nakas, mengetik pesan pada asistennya, Arief, memintanya untuk menghandle pekerjaannya karena hari ini ia belum bisa berangkat kerja lagi hari ini. Dan ini sudah hari yang ke lima.

Setelah pesan menunjukkan centang berwarna biru, segera ia matikan handphonenya dan bergegas turun untuk sarapan.

Tanpa banyak bicara, ia duduk di kursi meja makan. Ada beberapa sajian di atas meja itu. Semua adalah menu sarapan favoritnya. Tiba-tiba ia merasa lapar yang teramat sangat. Mbok Sari memang terbaik.

"Makasih Mbok... omeletnya enak," ucap Ilham sambil menguyah omelet dengan lahap.

Lalu mencomot sandwich yang kemudian ia makan dalam dua kali suap saja. Diambilnya bubur ayam yang ternyata sudah tidak begitu hangat, tapi tetap ia makan dengan lahap juga.

"Kenapa, Mbok?" tanya Ilham ketika ia melihat Mbok Sari menggeleng-gelengkan kepala sambil tersenyum.

"Laper, Mbok," lanjutnya sambil menyengir pada orang yang mengasuhnya sejak kecil tersebut.

"Gimana ndak laper Mas. Kemarin cuman sarapan roti oles trus seharian ndak makan. Jaga kesehatan Mas... Mbok sedih kalo nanti Mas Ilham jadi sakit lagi," pelan Mbok Sari mencoba memberi nasihat pada majikan yang sudah ia anggap sebagai anak sendiri.

Namun Ilham hanya menganggukkan kepalanya sekali saja kemudian ia habiskan segelas air mineral lalu beranjak pergi ke atas menuju ruang pribadinya di lantai tiga rumah itu.

Mbok Sari hanya bisa menghela napas lalu membersihkan peralatan makan yang baru digunakan oleh Ilham untuk sarapan tadi.

"Sar... gimana Mas Ilham?" tanya Pak Hadi begitu ia masuk ruang dapur.

"Masih seperti kemarin... tapi ini tadi makannya lumayan banyak. Sepertinya Mas Ilham tidak berangkat kerja lagi... memangnya di atas ngapain aja ya, aku khawatir Pak'e," jawab Mbok Sari dengan sedih.

Pak Hadi menghela nafas dengan berat, ada kekhawatiran pada raut wajahnya akan kondisi majikan yang ia anggap sebagai anaknya sendiri tersebut.

Bagaimanapun ia sudah berjanji akan menjaga keluarga ini, lebih tepatnya mengabdi. Ia dulu yang bukan siapa-siapa, bahkan dipandang sebelah mata oleh orang-orang di sekitarnya, tiba-tiba diangkat sebagai asisten Abah Haikal.

"Sudah kau siapkan kamar Bu Fatma? Mungkin satu jam lagi beliau sampai bandara."

"Sudah Pak... soto kesukaan Ibu juga sudah siap. Pak´e mau sarapan soto?" jawab Mbok Sari sembari menawarkan sarapan.

Kemudian suami istri yang mengabdi sejak masa lajang pada keluarga Haikal Maulana tersebut menikmati sarapan berdua. Dalam hati keduanya sama-sama memiliki harapan kedatangan Bu Fatma akan mengembalikan Ilham pada keadaan yang lebih baik.

Terpopuler

Comments

🇮🇩كون كوني🇮🇩

🇮🇩كون كوني🇮🇩

Tulisan udah rapi kok, Bun... Juga udah nyambung kalimat satu ama lainnya..

2021-03-19

1

Fibriani

Fibriani

semangat kak ☺️aku masih di karyamu

2021-01-24

1

lihat semua
Episodes
1 part 1 MAAF DAN JANJI
2 part 2 ILHAM ADELIO
3 part 3 BIAL TANTIK TAYAK BUNDA
4 part 4 KEPULANGAN BU FATMA
5 part 5 FIRASAT BURUK
6 part 6 MENGENASKAN
7 part 7 GELISAH TAK BERUJUNG
8 part 8 PINDAH KE ICU
9 part 9 NABILA JUGA CUCU IBU
10 part 10 PANGGIL IBU SAJA
11 part 11 AWAL KEHIDUPAN YANG BARU
12 part 12 MUNGKINKAH DIA?
13 part 13 DOKTER YUSUF?
14 part 14 AZYAN DAN NABILA
15 part 15 DEAL!
16 part 16 BISA MENDENGAR?
17 part 17 HASIL BIOPSI
18 part 18 AMAR SADAR
19 part 19 PESAN TERAKHIR?
20 part 20 UMMAH... MAAFKAN ILHAM
21 part 21 KAK JOSEPH!
22 part 22 GELAP
23 part 23 KENAPA?
24 part 24 INNAA LILLAAHI WA INNAA ILAIHI ROOJI´UUN
25 part 25 RAPUH
26 part 26 PEMAKAMAN AMAR
27 part 27 KEGUNDAHAN BU FATMA
28 part 28 ALHAMDULILLAH
29 part 29 QURROTA A'YUN
30 part 30 ENJOY IT!
31 part 31 MEMBUKA LUKA
32 part 32 KERINDUAN (Bagai tidur bertalam air mata)
33 part 33 ANAK BARU
34 part 34 SELEPAS IDDAH
35 part 35 PONDOK REHABILITASI
36 part 36 TERKEJUT
37 part 37 PERTEMUAN TAK TERDUGA
38 part 38 DEJAVU
39 part 39 AAAAH
40 part 40 LAMARAN KAK JO
41 part 41 BERDAMAILAH HATI
42 part 42 NEW NORMAL
43 part 43 ASISTEN PRIBADI
44 part 45 PANTANG MENYERAH
45 part 44 AL HUBBU LAA YA'RIFU AYYA QOONUUN
46 part 46 ADAPTASI
47 part 47 MEMBACA PELUANG
48 part 48 PERCAYA SAJA PADAKU
49 part 49 KEGALAUAN DUA PRIA
50 part 50 SALAH PAHAM
51 part 51 CALON ISTRI
52 part 52 AKAL-AKALAN SAJA
53 part 53 MENIKAHLAH DENGANKU
54 part 54 BERTEMU BAJINGAN
55 part 55 KENAPA
56 part 56 IZINKANLAH
57 part 57 SIMPUL BENANG MERAH
58 part 58 SIMPUL BENANG MERAH (2)
59 part 59 SIMPUL BENANG MERAH (3)
60 part 60 SIMPUL TELAH TERBUKA
61 part 61 SURAT DARI LINDA
62 part 62 PENJELASAN PAPAH RUDI
63 part 63 TANOEWIDJAYA
64 part 64 MANUVER BU FATMA
65 part 65 UMROH
66 part 66 RINDU?
67 part 67 MAKAN SIANG DI ROMANSIAH
68 part 68 ATTA'ALLUMU FII KIBARI KANNAQSYI 'ALAL MAAI
69 part 69 PAPI... MAMI...
70 part 70 RENDEZ-VOUS
Episodes

Updated 70 Episodes

1
part 1 MAAF DAN JANJI
2
part 2 ILHAM ADELIO
3
part 3 BIAL TANTIK TAYAK BUNDA
4
part 4 KEPULANGAN BU FATMA
5
part 5 FIRASAT BURUK
6
part 6 MENGENASKAN
7
part 7 GELISAH TAK BERUJUNG
8
part 8 PINDAH KE ICU
9
part 9 NABILA JUGA CUCU IBU
10
part 10 PANGGIL IBU SAJA
11
part 11 AWAL KEHIDUPAN YANG BARU
12
part 12 MUNGKINKAH DIA?
13
part 13 DOKTER YUSUF?
14
part 14 AZYAN DAN NABILA
15
part 15 DEAL!
16
part 16 BISA MENDENGAR?
17
part 17 HASIL BIOPSI
18
part 18 AMAR SADAR
19
part 19 PESAN TERAKHIR?
20
part 20 UMMAH... MAAFKAN ILHAM
21
part 21 KAK JOSEPH!
22
part 22 GELAP
23
part 23 KENAPA?
24
part 24 INNAA LILLAAHI WA INNAA ILAIHI ROOJI´UUN
25
part 25 RAPUH
26
part 26 PEMAKAMAN AMAR
27
part 27 KEGUNDAHAN BU FATMA
28
part 28 ALHAMDULILLAH
29
part 29 QURROTA A'YUN
30
part 30 ENJOY IT!
31
part 31 MEMBUKA LUKA
32
part 32 KERINDUAN (Bagai tidur bertalam air mata)
33
part 33 ANAK BARU
34
part 34 SELEPAS IDDAH
35
part 35 PONDOK REHABILITASI
36
part 36 TERKEJUT
37
part 37 PERTEMUAN TAK TERDUGA
38
part 38 DEJAVU
39
part 39 AAAAH
40
part 40 LAMARAN KAK JO
41
part 41 BERDAMAILAH HATI
42
part 42 NEW NORMAL
43
part 43 ASISTEN PRIBADI
44
part 45 PANTANG MENYERAH
45
part 44 AL HUBBU LAA YA'RIFU AYYA QOONUUN
46
part 46 ADAPTASI
47
part 47 MEMBACA PELUANG
48
part 48 PERCAYA SAJA PADAKU
49
part 49 KEGALAUAN DUA PRIA
50
part 50 SALAH PAHAM
51
part 51 CALON ISTRI
52
part 52 AKAL-AKALAN SAJA
53
part 53 MENIKAHLAH DENGANKU
54
part 54 BERTEMU BAJINGAN
55
part 55 KENAPA
56
part 56 IZINKANLAH
57
part 57 SIMPUL BENANG MERAH
58
part 58 SIMPUL BENANG MERAH (2)
59
part 59 SIMPUL BENANG MERAH (3)
60
part 60 SIMPUL TELAH TERBUKA
61
part 61 SURAT DARI LINDA
62
part 62 PENJELASAN PAPAH RUDI
63
part 63 TANOEWIDJAYA
64
part 64 MANUVER BU FATMA
65
part 65 UMROH
66
part 66 RINDU?
67
part 67 MAKAN SIANG DI ROMANSIAH
68
part 68 ATTA'ALLUMU FII KIBARI KANNAQSYI 'ALAL MAAI
69
part 69 PAPI... MAMI...
70
part 70 RENDEZ-VOUS

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!