Usai mandi jinabat dan sholat subuh, Yuana menuju dapur untuk memasak. Menyepol rambutnya tinggi-tinggi dengan jepit berbentuk kerang dan memakai apron selutut warna krem dengan tali coklat tua, Yuana siap berjuang membuat sarapan untuknya dan suaminya.
Dalam kulkas, tersedia sayur sawi, kacang panjang, manisa atau labu siam serta tahu susu dan tempe siap goreng. Diambilnya sayuran tersebut, dicuci dan dibilas lalu dipotong-potong dan direbus. Dibubuhi sedikit gula dan garam dalam rebusan.
Lalu dipanaskan wajan di tungku satunya. Digorengnya tahu terlebih dahulu dalam minyak yang panas dan agak banyak. Agar tahu susu bisa krispi di luar dan lembut di dalam.
Sembari menunggu sayur matang, diambilnya bumbu pecel instan khas Madiun. Dituang secukupnya dalam mangkuk kecil dan disiram air panas dari termos, lalu diaduk-aduk hingga larut.
Tepat waktu, begitu bumbu pecel siap saji, sayuran dan tahu pun sudah matang. Dimatikan api pada rebusan sayur dan diangkat tahu menggunakan peniris minyak, lalu memasukkan tempe pada wajan.
"Assalamu´alaikum... Dik," ucap Amar yang baru pulang dari masjid sambil menenteng kantung plastik berisi kerupuk pesanan istrinya tadi sebelum ia berangkat ke masjid. Seperti hari-hari sebelumnya, sesudah sholat subuh berjamaah, Amar tidak langsung pulang tapi mengisi taklim terlebih dahulu. Memberi pencerahan rohani kepada para jama´ah sholat subuh di masjid perumahan tersebut. Jadi ketika ufuk fajar telah hilang, dia baru tiba di rumah.
"Alaikumussalam... Mas," jawab Yuana sembari mencium tangan suaminya itu.
"Siap-siap dulu Mas, habis itu sarapan. Tempenya bentar lagi matang."
Amar mendekat ke punggung Yuana, lalu memeluk pinggangnya dan menciumi leher serta bahu kanan istri yang sangat dicintai tersebut. Menghirup dalam-dalam aroma tubuh istrinya, hidung dan bibir menyusuri tengkuk dan belakang telinga. Menimbulkan gelenyar dan rasa geli pada Yuana.
"Maaas... sudah sana," mengedikkan bahu yang disentuh ujung hidung lelakinya.
"Rasanya pingin di rumah saja, menemani bidadari-bidadariku"
"Iiih... kebiasaan deh. Semalem masih kurang?"
Bukannya beranjak, Amar malah mempererat pelukannya. "Maunya seharian penuh semalem suntuk."
"Haiiish... " menggelengkan kepala tak habis pikir dengan kemauan suaminya. "Trus susu Nabila gimana? Uda mau habis lho Mas."
"Hhhhhuuuff... baiklaaah... mas siap-siap dulu." Merentangkan tangan dan menghentakkannya ke kanan ke kiri, berharap mengusir rasa malasnya. Sebenarnya bukan rasa malas, tapi lebih pada rasa berat untuk meninggalkan anak dan istrinya pergi pagi ini, walaupun hanya untuk pergi bekerja.
Amar melangkah ke kamar untuk berganti pakaian sedangkan Yuana menata makanan di meja makan yang berada di ruang tengah yang menyatu dengan dapur tersebut. Dapur yang modern minimalis, terlihat menyatu indah dalam interior ruang tengah tersebut. Yuana membersihkan dapur dan peralatan yang baru ia pakai memasak.
Sesaat kemudian setelah sarapan, Amar membantu mencuci piring yang baru digunakan. Lalu beranjak ke depan dan duduk di karpet ruang tamu, bersanding
dengan istrinya yang baru saja duduk dengan membawa pakaian yang mau diseterika. Diraihnya handphone di nakas kecil di sudut ruangan itu, lalu diaktifkan aplikasi taksi online miliknya.
dreeet...dreeet...
"Alhamdulillah Dik, mas langsung dapat orderan. Mas berangkat dulu ya... hati-hati di rumah," ucap Amar pada istrinya ketika aplikasi taksi onlinenya mendapat permintaan penumpang.
"Iya Mas, safe drive ya Mas. Jangan lupa nanti pulangnya, belikan susu buat Nabila. Jangan malem-malem juga pulangnya."
"Iya... Mas berangkat ya. Assalamualaikum pemilik hatikuuu" pamit Amar sesaat setelah mencium kening Yuana, lalu beranjak ke teras depan.
"Alaikumussalam penguasa hatikuuu" jawab Yuana tak kalah manja lalu meraih tangan suaminya dan mencium punggung tangan kekar itu.
Entah kenapa, Yuana seakan enggan melepas tangan Amran, menatap dengan penuh harap seakan mengatakan ´tolong jangan pergi´.
Kecupan singkat di ujung hidung, membuatnya terpaksa melepas tangan itu. Dipandanginya punggung sang suami yang berjalan ke carport sampai masuk ke dalam mobil.
Berlari kecil sambil membenarkan posisi jilbab instannya, Yuana membantu membuka lebar-lebar pintu pagar agar mobil yang dikendarai Amar bisa keluar. Kemudian Yuana berdiri di tepi pintu pagar menanti mobil Amar perlahan melaju mundur keluar halaman. Ketika posisi Amar dan Yuana sejajar, Amar membuka lebar-lebar kaca jendela.
Saat Yuana mengangkat tangan kanan untuk dilambaikan, secepat kilat Amar meraihnya. Dicium punggung tangan Yuana lalu menariknya hingga tubuh Yuana menempel pada pintu mobil.
"Apaan sih Mm... " belum selesai Yuana melontarkan keterkejutannya, Amar sudah merengkuh tengkuk Yuana dan membungkam bibir Yuana dengan ciuman dalam.
Seakan enggan untuk menghentikan aksinya, tangan kanan Amar mempererat genggamannya sedang tangan kiri menahan tengkuk istrinya sambil menggerak-gerakkan jemarinya hingga mengacak-acak kain yang menutupi tengkuk istrinya tersebut.
Meskipun terkejut dan menahan malu, Yuana pun membalas ciuman tersebut. Menyalurkan segala kegundahan yang dirasakan oleh keduanya pagi ini. Suara decapan dan deru nafas mendominasi pendengaran keduanya.
Begitu terasa melonggar, Yuana segera menarik dirinya. Dengan nafas sedikit tersengal, tangan kirinya menepuk pundak Amar. "Mas... iiiih malu tau. Ini kan di pinggir jalan," protes Yuana pada kelakuan suaminya barusan.
"Makasih yaa... bekal terindah yang akan kubawa sepanjang perjalanan Mas hari ini Dik."
Memandang pipi yang merona merah dan bibir ranum yang mengerucut menahan senyum, membuat Amar merasakan kehangatan dalam dadanya. Memajukan kedua bibirnya singkat seolah melemparkan ciuman jarak jauh dan menggerakkannya seolah mengucap salam lalu melajukan mobilnya perlahan menjauh.
Yuana pun membalas salam tersebut dengan tindakan serupa, hanya menggerakkan bibirnya tanpa suara. Sedikit melambaikan tangan di depan dada sambil menutup pintu pagar. Diliriknya rumah tetangga di depan, tampak Bu Marta sedang merapikan gorden di belakang kaca jendela sambil senyum-senyum sendiri.
Duh... malunyaaa... pasti beliau melihat tadi.
Berpura-pura tidak melihat Bu Marta, Yuana mengalihkan pandangannya pada mobil suaminya. Begitu mobil Amar menghilang di tikungan jalan, Yuana masuk ke dalam rumah. Ditutupnya pintu bersamaan dengan terdengarnya suara imut memanggilnya.
"Bundaa..."
Bergegas Yuana menuju ke dalam rumah mendatangi Nabila yang baru bangun dari tidurnya.
"Assalamu´alaikum sayang... sudah bangun?"
"Atum salam Nda. Bila mo pipiss."
"Anak pinteeer... ayo ke kamar mandi, sekalian mandi yaa... biar bersih, biar harum," ucap Yuana sambil menuntun putrinya ke kamar mandi.
Sambil menenteng termos air panas, Yuana menuntun Nabila pergi ke kamar mandi. Tidak seperti kamar mandi di rumah sebelumnya yang memiliki pemanas air otomatis, Yuana membiasakan diri memandikan anaknya dengan menambahkan sedikit air panas dalam gayung.
Sengaja tidak memakai ember untuk menampung air, mengandalkan air yang mengalir langsung dari kran agar terjaga kesucian air yang hendak digunakan.
Setelah mandi, Yuana memakaikan pakaian jumpsuit dengan lengan model sabrina pada Nabila. Mengikat rambutnya menjadi dua ikatan di kanan dan kiri, lalu mengusapkan sedikit bedak bayi pada wajah Nabila.
"Bial tantik tayak bunda ya," sahut Nabila dengan antusias.
"Hehe...iyaa... biar Bila makin cantik."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 70 Episodes
Comments
🇮🇩كون كوني🇮🇩
Meski belum ada konflik, tapi tulisan yg rapi dan enak dibaca bikin aku nyantai baca.. Mangat, buns
2021-03-19
1
🇮🇩كون كوني🇮🇩
Keluarga yg hangat dan agamais..
Oh ya bunda asli mana? Madiunkah?
2021-03-19
1