HATI SUAMIKU

HATI SUAMIKU

part 1 MAAF DAN JANJI

Selepas sholat isya, Yuana mengajak Nabila, buah hatinya yang berusia dua tahun untuk tidur di kamar. Satu-satunya kamar di rumah kontrakan yang ia tempati bersama Amar, suaminya.

Dari kaca nako kamar yang menghadap ke carport di depan rumah, terdengar sayup-sayup suara lelaki menyenandungkan sebuah lagu diiringi petikan gitar. Rupanya ada seseorang sedang mengamen di tetangga depan rumah.

"~~Kamu yang aku butuhkan

Untuk jadi teman hidupku

~~

Bidadari tak bersayap datang padaku

Dikirim Tuhan dalam wujud wajah kamu

Dikirim Tuhan dalam wujud diri kamu

~~

Sungguh tenang kurasa saat bersamamu

Sederhana namun indah kau mencintaiku

Sederhana namun indah kau mencintaiku

~~

Sampai habis umurku

Sampai habis usia

Maukah dirimu jadi teman hidupku?

Kaulah satu di hati

Kau yang teristimewa

Maukah dirimu hidup denganku?

~~

Diam-diam aku memandangi wajahnya

Tuhan, kusayang sekali wanita ini

Tuhan, kusayang sekali wanita ini

~~

Sampai habis nyawaku

Sampai habis usia

Maukah dirimu jadi teman hidupku?

Kaulah satu di hati

Kau yang teristimewa

Maukah dirimu hidup denganku?~~"

"Suaranya bagus... kenapa tidak rekaman aja," sepertinya bu Martha keluar rumah untuk memberi lembaran rupiah kepada pengamen tersebut.

"Menthit Buk... mboten gaduk," jawaban lelaki tersebut masih sempat terdengar sebelum akhirnya suasana menjadi hening setelah terdengar suara pintu ditutup.

Yuana menepuk-nepuk paha Nabila sambil melantunkan bacaan sholawat untuk mengantarkan putrinya itu memasuki alam mimpi. Namun rupanya suara pengamen tadi mengusik rasa kantuk Nabila, karena ia tiba-tiba teringat pada ayahnya yang sampai saat ini belum pulang dari bekerja.

"Bila ndak mau bobok Bunda... Bila nunggu Buya pulang," rengek Nabila yang kangen dengan ayahnya.

Nabila memang jarang bertemu karena Amar, ayahnya, selalu berangkat pagi dan pulang malam.

Ketika bangun pagi tadi, ia hanya sempat salim dan melambaikan tangan saja mengantar kepergian ayahnya bekerja. Kemarin pun begitu... hanya kemarin lusa saja yang sempat sarapan bareng bersama.

Sedangkan malamnya, selalu saja ayahnya itu belum pulang ketika ia sudah sangat mengantuk.

Sejak Amar memutuskan menjalankan taksi online, jam kerjanya tidak sama dengan ketika ia menghandle pabrik garment peninggalan mertuanya. Jika dulu paling lambat menjelang maghrib sudah di rumah, maka sekarang paling tidak jam sembilan atau sepuluh malam baru pulang. Hal itu ia lakukan demi mengumpulkan tabungan guna menebus kembali rumahnya yang disita oleh bank serta menghidupkan kembali pabrik yang hangus terbakar.

Ya... kebakaran pabrik itu lah penyebab utama terpuruknya perekonomian keluarganya. Selain karena kebakaran yang menghanguskan pabrik peninggalan mertuanya tersebut, keputusan Amar terlibat riba demi menambah modal usaha turut membuat keluarga kecilnya kehilangan segalanya. Termasuk rumah yang mereka tinggali sebelumnya.

Pabrik yang berhenti operasional, menghentikan kemampuan Amar untuk membayar cicilan hutang di bank. Belum lagi tagihan dari supplier bahan baku yang barangnya ikut terbakar di saat belum jatuh tempo pembayaran serta pengembalian down payment dari outlet-outlet rekanan yang barangnya belum sempat terkirim.

"Bunda telepon Buya dulu yaa, biar cepat pulang. Tapi janji... kalau Buya sudah pulang, Nabila harus cepat bobok," akhirnya Yuana menyerah, setelah berulangkali tidak berhasil membujuk Nabila tidur.

"Assalamu´alaikum Mas... bisa pulang awal kah? Nabila kangen... ndak mau tidur kalau belum ketemu Mas," ujar Yuana begitu telepon tersambung.

"Alaikumussalam... Iya Dik... ini juga lagi otw pulang, uda hampir perempatan ini," jawab Amar.

Tak berapa lama terdengar suara mobil berhenti di depan rumah. Lalu terdengar pintu mobil ditutup dan suara alarm diaktifkan.

deb... tit... tit...

"Holeee... holee... Buya pulang... Bunda... Buya pulaaang...." sorak Nabila senang menyambut kedatangan orang yang dirindukannya.

"Assalamu´alaikum Bila sayang," sapa Amar ketika membuka pintu dan menemukan Nabila bersorak-sorak. Sedikit melompat-lompat membuat curly pada ujung rambut Nabila bergoyang-goyang.

"Atum salam Buyaaa," jawab Nabila.

"Bentar yaa sayang... Buya mandi dulu, baru nanti Bila gendong Buya. Oke?" ujar Amar sembari meletakkan kunci mobil dan handphone pada rak dinding dan menggantung tas selempang di paku yang tertancap di sebelah rak.

"Ote Buya. Buya mandi dulu bial ndak ada tuman ya?"

"Pinternya anak Buya. Iya... Buya mandi biar ndak ada kuman, biar bersih, biar sehat, biar ndak sakit. Emang Bila tadi uda mandi?" jawab Amar yang berganti bertanya pada bidadari kecilnya itu.

"Uda dong Buya," jawab Nabila sambil menghampiri bundanya.

"Masak apa Dik? Laper... ," tanya Amar pada Yuana.

"Masak sup ceker Mas," jawab Yuana dengan sedikit menyengir.

"Mas mandi dulu... tolong dipanasi ya."

"Okey... siap ndan!" Yuana memberi sikap hormat layaknya pada seorang komandan upacara, tapi sambil mengedipkan sebelah matanya. Membuat Amar tergelak melihatnya.

Kelopak mata Nabila yang tadinya sedikit memerah di tepiannya karena sudah mengantuk, kini bulat sempurna demi merasakan antusias bermain bersama ayahnya.

Sebuah busy book menemani kebersamaan dua orang beda gender dan beda usia, yang jika mereka bermain bersama maka seolah tak ada orang lain di sekitarnya.

"Melah... Buya... butan tuning... itu melah," seru Nabila saat Amar dengan sengaja menempelkan pompom benang berwarna merah ke hook velcro berbentuk persegi berwarna kuning yang tertempel pada salah satu halaman busy book itu. Di situ terdapat lima buah persegi dengan lima warna yang berbeda sesuai dengan warna pompom yang menyertai.

"Waaah makin pinter princessnya buya ini... pasti diajarin sama bunda yang cantik itu kan?" puji Amar pada buah hatinya sambil mengerling ke arah Yuana yang sedang duduk tak jauh dari mereka berdua.

Yuana yang sedang mencoret-coret sebuah notes hanya tersenyum menanggapi kode dari suaminya itu. Demi memberi quality time untuk suami dan putrinya itu, ia mencoba mengisi waktu dengan membuat sketsa rancangan desain tas tangan.

Jika ia merasa puas dengan desain yang ia buat, maka ia akan mengirimkannya pada seorang pemilik sebuah butik tas di Singapura dengan royalti yang sepadan tentunya.

Setelah makan malam dan puas bermain dengan Nabila serta bercengkerama dengan Yuana di ruang depan, Amar mengajak anak dan istrinya tersebut ke kamar untuk menidurkan Nabila.

Seperti biasa, Nabila memilih tidur di dekat dinding, karena dihiasi stiker dinding favoritnya juga berderet aneka boneka tangan yang biasa digunakan Yuana untuk mendongeng. Jadi Yuana berada di tengah-tengah sedangkan Amar tidur di tepi, walaupun lebih sering tidur beralas hambal yang terbuat dari kain tebal yang digelar di atas karpet di ruang depan.

Setelah membaca doa sebelum tidur, Yuana membaca sholawat sambil menggaruk-garuk pungung Nabila sampai Nabila memejamkan mata. Jika Yuana menghentikan garukannya, maka Nabila yang belum tertidur sepenuhnya pasti akan bergumam, "galuuk..."

"Maafkan mas Dik..." bisik lirih Amar sambil memeluk pinggang Yuana dari belakang.

Yuana yang sedang melembutkan garukan pada punggung Nabila agar tidur nyenyak, menghela napas panjang, hingga dirasa Nabila telah terlelap.

"Harus berapa kali meminta maaf, Mas" sahut Yuana setengah berbisik sambil membalik posisi badannya.

Kali ini ia berbaring menghadap suaminya, tetap dalam pelukan Amar di pinggangnya. Tangan kanannya ia letakkan di dada Amar, sedang tangan kirinya mengelus pipi kanan Amar.

"Sudah kukatakan, aku ikhlas Mas. Berbaiksangkalah kepada Allah. Mungkin itu memang bukan rezeki kita. Kebakaran itu memudahkan kita melepasnya."

Melihat senyum dan tatapan mata Yuana, membuat Amar semakin merasa bersalah pada istri tercintanya.

"Tapi... pabrik itu... satu-satunya peninggalan orangtuamu Dik. Sungguh... aku... tak tahu diri, tidak bisa menjaganya dengan baik," lirih Amar menahan sesak di dadanya.

"Kita bisa selamat dari kebakaran itu, kita harus bersyukur Mas, itu yang penting. Sementara kita jalani dulu apa yang bisa kita jalani. Masih diberi kesempatan menemanimu dan merawat Nabila sudah nikmat yang luar biasa buatku, Mas," ucap Yuana pelan dengan tatapan dalam pada manik hitam mata suaminya.

"Aku menyayangimu Dik, lebih dari apapun di dunia ini. Kamulah satu-satunya nafasku. Mas janji, Mas akan berusaha keras mengembalikan milikmu Dik."

Demi apapun, Amar berjanji dalam hatinya, untuk selalu menjaga dan memberikan kebahagiaan pada istri dan anaknya. Ia akan berjuang untuk bisa mendapatkan rumahnya kembali dan menghidupkan pabrik yang selama ini dipercayakan kepadanya.

Tak selamanya angin topan bertiup, tak selamanya badai menerjang. Akan ada saatnya topan berganti angin sepoi-sepoi, akan ada saatnya badai berganti pelangi. Itu yang harus kita yakini agar bisa tetap berdiri tegak, apapun ujian yang kita hadapi.

Beruntung mereka bisa menemukan rumah sewa yang asri dengan biaya terjangkau. Rumah kecil dengan satu kamar berukuran sedang, dapur mungil yang menyatu dengan ruang tengah, satu kamar mandi di belakang persis ruang tamu, teras jemuran di belakang rumah, taman kecil di depan bersebelahan dengan carport yang berpagar kokoh.

Walaupun jauh lebih kecil dari rumah mereka yang disita bank, bahkan tak jauh lebih besar dari kamar mereka dulu, tetapi cukup nyaman untuk dihuni keluarga kecil seperti mereka.

Beruntung juga mereka masih memiliki satu unit city car yang bisa digunakan untuk menyambung hidup. Satu-satunya mobil yang tersisa, yang tidak ikut terjual untuk menutup kerugian, mobil yang merupakan hadiah pernikahan dari ayahnya Yuana.

Ya... Amar menjadikan mobilnya sebagai taksi online berbasis aplikasi. Ia bertekad mengumpulkan modal untuk memulai usaha yang baru, tanpa harus terlibat riba lagi.

"Bersabarlah sayangku, aku sungguh menyayangimu. Percayalah, jiwa ragaku hanya untukmu. Hatiku milikmu selamanya. Apapun akan kulakukan untuk membahagiakanmu." Sambil mencium ubun-ubun Yuana, Amar menelusupkan tangannya ke punggung istrinya itu dan mengelus-elusnya dengan lembut.

"Terima kasih Mas, sudah mencintaiku sebegitu dalam. Semoga Allah memberkahi keluarga kita ya Mas." Kemudian Yuana mendongakkan kepalanya, mencium lembut dagu suaminya.

Dengan sedikit menunduk, Amar membalas ciuman itu dengan hangat.

"Kita pindah ke depan ya, biar Bila tidak terganggu."

Kemudian keduanya bangkit. Yuana mengambil selimut dan bantal panjang dan meletakkan di atas hambal kain tebal yang baru digelar Amar.

Berbaring berdua di atas hambal dan menutupi badan dengan satu selimut. Saling mendekatkan diri dalam pelukan hangat. Menyatukan rasa dan desahan dalam aktifitas jiwa dan raga yang mampu menumbuhkan bunga-bunga dalam hati keduanya.

Setelah saling menunjukkan besarnya rasa cinta dan kasih sayang dengan penyatuan raga yang hangat dan lepas, mereka memutuskan tetap tidur di atas hambal tersebut, saling memeluk dalam satu selimut.

Dikecupnya kening Yuana dengan dalam, lalu dipandangi wajah teduh nan ayu yang ternyata sudah tertidur. Amar menelentangkan diri sambil membiarkan istrinya tidur dalam pelukan.

Bayang-bayang kebakaran pabrik dan pengusiran kolektor eksternal sebuah bank, tempat Amar menggadaikan sertifikat rumahnya, pada keluarganya mengusik pikirannya. Mungkin menjelang fajar, baru ia bisa memejamkan mata.

\=\=\=

menthit \= terlalu tinggi

mboten gaduk \= tidak terjangkau

Terpopuler

Comments

Senajudifa

Senajudifa

salam kenal...jika berkenan mari mampir kenovelku yg berjudul kutukan cinta

2022-05-03

0

Fufa Reys

Fufa Reys

revisi... done
mohon krisannya 😊

2021-04-13

0

🇮🇩كون كوني🇮🇩

🇮🇩كون كوني🇮🇩

Andaikata Amar tidak ada istri sebaik itu, dia pasti lemah...

2021-03-19

1

lihat semua
Episodes
1 part 1 MAAF DAN JANJI
2 part 2 ILHAM ADELIO
3 part 3 BIAL TANTIK TAYAK BUNDA
4 part 4 KEPULANGAN BU FATMA
5 part 5 FIRASAT BURUK
6 part 6 MENGENASKAN
7 part 7 GELISAH TAK BERUJUNG
8 part 8 PINDAH KE ICU
9 part 9 NABILA JUGA CUCU IBU
10 part 10 PANGGIL IBU SAJA
11 part 11 AWAL KEHIDUPAN YANG BARU
12 part 12 MUNGKINKAH DIA?
13 part 13 DOKTER YUSUF?
14 part 14 AZYAN DAN NABILA
15 part 15 DEAL!
16 part 16 BISA MENDENGAR?
17 part 17 HASIL BIOPSI
18 part 18 AMAR SADAR
19 part 19 PESAN TERAKHIR?
20 part 20 UMMAH... MAAFKAN ILHAM
21 part 21 KAK JOSEPH!
22 part 22 GELAP
23 part 23 KENAPA?
24 part 24 INNAA LILLAAHI WA INNAA ILAIHI ROOJI´UUN
25 part 25 RAPUH
26 part 26 PEMAKAMAN AMAR
27 part 27 KEGUNDAHAN BU FATMA
28 part 28 ALHAMDULILLAH
29 part 29 QURROTA A'YUN
30 part 30 ENJOY IT!
31 part 31 MEMBUKA LUKA
32 part 32 KERINDUAN (Bagai tidur bertalam air mata)
33 part 33 ANAK BARU
34 part 34 SELEPAS IDDAH
35 part 35 PONDOK REHABILITASI
36 part 36 TERKEJUT
37 part 37 PERTEMUAN TAK TERDUGA
38 part 38 DEJAVU
39 part 39 AAAAH
40 part 40 LAMARAN KAK JO
41 part 41 BERDAMAILAH HATI
42 part 42 NEW NORMAL
43 part 43 ASISTEN PRIBADI
44 part 45 PANTANG MENYERAH
45 part 44 AL HUBBU LAA YA'RIFU AYYA QOONUUN
46 part 46 ADAPTASI
47 part 47 MEMBACA PELUANG
48 part 48 PERCAYA SAJA PADAKU
49 part 49 KEGALAUAN DUA PRIA
50 part 50 SALAH PAHAM
51 part 51 CALON ISTRI
52 part 52 AKAL-AKALAN SAJA
53 part 53 MENIKAHLAH DENGANKU
54 part 54 BERTEMU BAJINGAN
55 part 55 KENAPA
56 part 56 IZINKANLAH
57 part 57 SIMPUL BENANG MERAH
58 part 58 SIMPUL BENANG MERAH (2)
59 part 59 SIMPUL BENANG MERAH (3)
60 part 60 SIMPUL TELAH TERBUKA
61 part 61 SURAT DARI LINDA
62 part 62 PENJELASAN PAPAH RUDI
63 part 63 TANOEWIDJAYA
64 part 64 MANUVER BU FATMA
65 part 65 UMROH
66 part 66 RINDU?
67 part 67 MAKAN SIANG DI ROMANSIAH
68 part 68 ATTA'ALLUMU FII KIBARI KANNAQSYI 'ALAL MAAI
69 part 69 PAPI... MAMI...
70 part 70 RENDEZ-VOUS
Episodes

Updated 70 Episodes

1
part 1 MAAF DAN JANJI
2
part 2 ILHAM ADELIO
3
part 3 BIAL TANTIK TAYAK BUNDA
4
part 4 KEPULANGAN BU FATMA
5
part 5 FIRASAT BURUK
6
part 6 MENGENASKAN
7
part 7 GELISAH TAK BERUJUNG
8
part 8 PINDAH KE ICU
9
part 9 NABILA JUGA CUCU IBU
10
part 10 PANGGIL IBU SAJA
11
part 11 AWAL KEHIDUPAN YANG BARU
12
part 12 MUNGKINKAH DIA?
13
part 13 DOKTER YUSUF?
14
part 14 AZYAN DAN NABILA
15
part 15 DEAL!
16
part 16 BISA MENDENGAR?
17
part 17 HASIL BIOPSI
18
part 18 AMAR SADAR
19
part 19 PESAN TERAKHIR?
20
part 20 UMMAH... MAAFKAN ILHAM
21
part 21 KAK JOSEPH!
22
part 22 GELAP
23
part 23 KENAPA?
24
part 24 INNAA LILLAAHI WA INNAA ILAIHI ROOJI´UUN
25
part 25 RAPUH
26
part 26 PEMAKAMAN AMAR
27
part 27 KEGUNDAHAN BU FATMA
28
part 28 ALHAMDULILLAH
29
part 29 QURROTA A'YUN
30
part 30 ENJOY IT!
31
part 31 MEMBUKA LUKA
32
part 32 KERINDUAN (Bagai tidur bertalam air mata)
33
part 33 ANAK BARU
34
part 34 SELEPAS IDDAH
35
part 35 PONDOK REHABILITASI
36
part 36 TERKEJUT
37
part 37 PERTEMUAN TAK TERDUGA
38
part 38 DEJAVU
39
part 39 AAAAH
40
part 40 LAMARAN KAK JO
41
part 41 BERDAMAILAH HATI
42
part 42 NEW NORMAL
43
part 43 ASISTEN PRIBADI
44
part 45 PANTANG MENYERAH
45
part 44 AL HUBBU LAA YA'RIFU AYYA QOONUUN
46
part 46 ADAPTASI
47
part 47 MEMBACA PELUANG
48
part 48 PERCAYA SAJA PADAKU
49
part 49 KEGALAUAN DUA PRIA
50
part 50 SALAH PAHAM
51
part 51 CALON ISTRI
52
part 52 AKAL-AKALAN SAJA
53
part 53 MENIKAHLAH DENGANKU
54
part 54 BERTEMU BAJINGAN
55
part 55 KENAPA
56
part 56 IZINKANLAH
57
part 57 SIMPUL BENANG MERAH
58
part 58 SIMPUL BENANG MERAH (2)
59
part 59 SIMPUL BENANG MERAH (3)
60
part 60 SIMPUL TELAH TERBUKA
61
part 61 SURAT DARI LINDA
62
part 62 PENJELASAN PAPAH RUDI
63
part 63 TANOEWIDJAYA
64
part 64 MANUVER BU FATMA
65
part 65 UMROH
66
part 66 RINDU?
67
part 67 MAKAN SIANG DI ROMANSIAH
68
part 68 ATTA'ALLUMU FII KIBARI KANNAQSYI 'ALAL MAAI
69
part 69 PAPI... MAMI...
70
part 70 RENDEZ-VOUS

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!