Happy reading guys!
Al segera turun dari rumah pohonnya, lalu masuk ke dalam ruang kerjanya yang terletak di sebelah kamar utamanya yang ditempati Arti.
"Assalamualaikum." Ucapan salam dari seorang wanita terdengar dari luar rumah.
"Waalaikumsalam warahmatullahi wabarakatuh." Jawab Bi Ani yang menyambutnya." Dokter Raudha mari sini saya antar ke kamar orang yang harus Anda periksa." Bi Ani melangkahkan kakinya menuju kamar tempat Arti terbaring sakit.
"Al nya mana Bi?" Tanya Dokter Raudha sambil berjalan mengikuti langkah bi Ani.
"Tuan muda ada di ruang kerjanya Dokter." Jawab bi Ani sembari membukakan pintu kamar.
"Ini kamar utamanya Al kan Bi?" Dokter Raudha mengedarkan pandangannya ke sekeliling ruangan itu.
"Iya." Singkat bi Ani.
Disana banyak foto-foto yang terpajang diatas dinding, ada foto keluarga Alrizzi dan pemandangan alam sekitarnya yang sangat indah hasil jepretan
Al sendiri. Apalagi langit-langit kamar itu sengaja didesain sedemikian rupa sehingga membuat siapapun pasti kagum melihatnya.
Siapa sebenarnya cewek ini? Apa hubungannya dengan Al? Perasaan sebelumnya dia gak pernah bawa cewek lain ke villa ini selain aku? Apalagi sampai tidur di kamar dan ranjang pribadinya seperti ini?" Batin Dokter Raudha bertanya-tanya dalam hatinya.
Ehemmm... Al berdeham mengejutkan Dokter Raudha yang menatap wajah Arti dengan sangat intens.
"Masya Allah!" Dokter Raudha terlonjak kaget sambil memegangi dadanya ketika melihat orang yang ada di belakangnya.
Tampak seorang laki-laki yang sangat cupu dengan tompel di pipinya, memakai kacamata minus tebal dan gigi tonggos berpakaian seperti Jojon pelawak zaman dulu.
"Gak usah kaget gitu!" Ketus Al dengan memasukkan kedua tangannya di saku celananya.
Dokter Raudha menghela nafasnya ketika mendengar suara laki-laki yang sangat dikenalnya.
"Gue kira siapa? Kenapa style Lo kayak gini sekarang?" Tanyanya sambil menatap Al dari atas ke bawah seraya mengulum senyumnya.
"Gue lagi menyamar supaya tuh cewek gak tau siapa gue sebenarnya." Bisik Al supaya Arti tidak terbangun dari tidurnya.
"Loh kok gitu?" Dokter Raudha mengangkat satu alisnya sambil memicingkan matanya.
"Supaya gue tau dia tulus apa gak bila gue deketin." Jujur Al menjelaskan.
Tiba-tiba Arti membuka matanya lalu mengerutkan keningnya menatap wajah kedua orang yang ada didepannya karena sangat asing baginya.
"Kalian berdua siapa?" Tanya Arti dengan nada serak khas bangun tidur.
"Perkenalkan namaku Adri dan ini Dokter Raudha." Al memperkenalkan dirinya sebagai Adri sesuai dengan nama depannya Adriansyah dan sahabatnya yang cantik tapi tomboi itu.
"Namaku Arti." Lirihnya sambil berusaha bangkit dengan susah payah.
Al segera membantunya dengan menumpuk bantal dibelakangnya, hingga posisinya sangat dekat dengan wajah Arti.
Deg...deg...deg... Al merasakan jantungnya berdegup kencang, ada getaran yang tidak biasa dirasakannya ketika berada dalam posisi seperti itu.
"Maaf bisa lebih cepat dan tolong lepaskan tanganmu dari bahuku." Pinta Arti karena dia merasakan hal yang sama seperti yang dirasakan oleh Al.
Namun Al seakan berada di dunia lain dan tidak mendengar suara biduanita itu, dia terus menatap lekat wajah cantik Arti tanpa berkedip sedikitpun. Tanpa sadar Al terus memangkas jarak antara mereka berdua, hingga akhirnya Dokter Raudha mengeluarkan suaranya untuk menyadarkan sahabatnya yang terpesona menatap wajah cantik wanita dihadapannya.
"Lebih baik aku periksa sekarang saja!" Dokter Raudha meninggikan intonasi suaranya karena kesal menyaksikan itu semua.
Sebenarnya Dokter Raudhatul Jannah sudah lama memendam perasaannya kepada Al, makanya dia rela melakukan apa saja yang diperintahkan oleh sahabat sekaligus pujaan hatinya itu. Namun sayangnya Al hanya menganggapnya sebagai best friend forever yang sudah di anggapnya seperti saudaranya sendiri.
-
"Kamu habis minum ya tadi malam? Mulutmu bau alkohol yang sangat menyengat." Dokter Raudha langsung mengambil masker dari dalam tasnya lalu memakainya kemudian melanjutkan tugasnya untuk memeriksa kondisi Arti secara keseluruhan.
"Aku gak pernah minum-minuman keras." Jujur Arti dengan menggelengkan kepalanya.
"Jangan bahas itu lagi, dia gak sengaja meminumnya!" Bisik Al dengan menekankan kata-katanya.
"Maksud Lo?" Dokter Raudha benar-benar bingung dibuatnya.
"Nanti gue jelasin." Al kembali berbisik.
"Kenapa kalian harus bisik-bisik?" Arti merasa curiga dengan apa yang dilakukan kedua orang itu.
"Gak papa kok Arti, kamu tenang aja ya." Jawab Al seraya mengulas senyumnya.
Arti menganggukkan kepalanya lalu mengulurkan kakinya untuk turun dari tempat tidur yang sangat nyaman itu.
"Kamu mau kemana?" Tanya Al ketika Arti mulai melangkahkan kakinya menuju pintu keluar dengan tertatih.
"Aku mau ke kamar mandi." Jawab Arti sambil memegangi kepalanya yang masih sakit.
"Kamar mandinya ada didalam kamar ini juga, jadi kamu gak usah repot-repot keluar." Al menuntun Arti menuju pintu kamar mandinya yang terletak di balik tirai warna biru.
"Kenapa kamar mandinya tembus pandang kayak gini?" Arti merasa heran dengan sekat pembatas kamar mandi yang terbuat dari kaca transparan tersebut.
"Sudahlah masuk saja, aku gak akan mengintipmu." Al mengulum senyumnya lalu pergi meninggalkan Arti setelah menutup tirainya.
Untuk sekarang aku akan berusaha menjaga pandanganku padamu, tapi kalau kita sudah menikah nanti aku gak akan menahan diriku lagi." Batinnya seraya tersenyum penuh makna.
"Ngapain Lo senyum-senyum? Habis liat aurat tuh cewek!" Ketus Dokter Raudha dengan melipat kedua tangannya di atas dada.
"Ya enggak lah!" Sahut Al tidak kalah ketusnya.
"Yaudah gue balik dulu! Nich obat buat dia, assalamualaikum." Pamit Dokter Raudha lalu melangkahkan kakinya keluar dari kamar tuan muda itu.
"Waalaikumsalam warahmatullahi wabarakatuh." Jawab Al sambil mengikuti langkah Raudha untuk mengantarkannya sampai ke depan villanya.
"Oh ya, tadi Lo bilang tuh cewek gak sengaja minum. Gimana ceritanya tuh?" Tanya Dokter Raudha karena masih penasaran dengan cerita Al yang terpotong.
"Gue gak sengaja ngasih dia minuman yang ada ditangan gue, ketika dia tersedak makanan di acara resepsi pernikahan anak rekan bisnis Papa kemarin malam." Jujur Al lalu menceritakan semua kejadiannya dari awal hingga akhirnya dia memutuskan untuk membawa Arti ke villa nya itu.
Setelah selesai mendengarkan cerita Al sambil berjalan menuju ke tempat motornya yang terparkir di halaman villa, Dokter Raudha segera menyalakan mesin motor matic nya itu. Dia kemudian berlalu pergi dari sana dengan perasaan yang sulit untuk diartikan dengan kata-kata. Ada rasa cemburu menggelitik hatinya karena Al begitu perhatian dan memperlakukan wanita yang baru dikenalnya dengan sangat romantis.
-
Al kembali masuk ke dalam villa nya lalu mencari asisten rumah tangganya yang sudah dianggapnya seperti keluarga sendiri itu.
"Bi Ani." Panggilnya sambil berjalan mendekati wanita paruh baya itu.
Karena bunyi air kran Bi Ani yang sedang sibuk mencuci peralatan bekas memasaknya, tidak mendengar panggilan tuan muda Adriansyah Alrizzi itu.
"Bi Ani." Sebutnya mengulangi panggilannya sembari menepuk pundak asisten rumah tangganya itu dengan lembut.
"Iya Tuan Muda, ada yang bisa saya bantu?" Bi Ani dengan membalikkan badannya.
"Tolong buatin sarapan buat Arti dan taruh di atas nampan sekarang ya, biar aku yang akan membawanya kekamar." Pintanya sambil mendudukkan dirinya di kursi meja makan.
"Baik Tuan Muda." Bi Ani menganggukkan kepalanya lalu melakukan apa yang di pinta oleh majikannya itu." Tuan Muda mau sekalian saya buatkan makanan juga?" Tawar Bi Ani sembari menata makanan diatas nampan.
Sebab tadi Al tidak jadi memakan sarapannya ketika mendengar laporan bahwa Arti dalam keadaan sakit, entah mengapa tiba-tiba selera makannya langsung hilang karena mengkhawatirkan kondisi biduanita itu.
"Gak usah Bi, aku mau memastikannya dia makan dan minum obatnya terlebih dulu, baru aku bisa makan dengan tenang." Tolaknya dengan halus.
"Siapa sebenarnya cewek yang ada dikamar Tuan Muda? Ada hubungan apa dengan Anda? Sebelumnya Anda tidak pernah mengajak wanita manapun masuk ke kamar pribadi Anda." Bi Ani mengerutkan keningnya menatap wajah Al yang masih terlihat tampan walaupun sedang menyamar sebagai cowok cupu.
"Dia wanita yang istimewa bagiku Bi, sebab dia sudah membuatku jatuh cinta pada pandangan pertama setelah sekian lama aku terluka karena cinta pertamaku, aku mau menjadikannya sebagai calon istriku." Jujur Al menjelaskan alasannya.
"Tapi kenapa harus menyamar seperti ini?" Bi Ani kembali bertanya.
"Karena aku mau dia menerimaku apa adanya bukan ada apanya." Jawab Al seraya tersenyum penuh makna.
"Ohh." Bi Ani mengangguk-anggukkan kepalanya lalu menyerahkan nampan berisi makanan kepada Al.
Tuan muda Adriansyah Alrizzi itu segera beranjak dari duduknya lalu berjalan menuju kamarnya. Dia langsung masuk karena pintu kamar masih terbuka lebar lalu meletakkan nampan berisi makanan itu di atas meja sofa yang ada dalam kamar tersebut.
Kenapa dia lama banget dikamar mandi? Jangan-jangan dia pingsan lagi?" Batinnya sembari mendekati tirai pembatas.
"Arti kamu sudah selesai mandinya?" Al mendekatkan telinganya di balik tirai.
"Iya tapi aku gak punya baju ganti." Jawab Arti dengan hanya memakai handuk yang melilit di dadanya dari balik tirai pembatas.
"Sebentar ya aku carikan bajuku yang bisa kamu pakai." Al kemudian berjalan menuju lemari pakaiannya.
Dia memilih satu steel baju olahraga lengan panjang dan celana panjangnya, lalu menyerahkan kepada Arti sambil menutup matanya.
Lima menit kemudian Arti keluar dari balik tirai dengan baju olahraga milik Al yang kebesaran ditubuh mungilnya.
"Maaf jika bajuku kurang nyaman untukmu." Ucap Al sembari menatap Arti dari atas ke bawah.
"Gak papa kok, daripada aku gak pakai baju." Jawab Arti sambil menundukkan kepalanya karena salah tingkah akibat ulah Al yang terus menatapnya tanpa berkedip.
"Ya udah kalau begitu kamu makan dulu ya, makanannya sudah ada di atas meja." Al meraih tangan Arti lalu mendudukkannya di sofa panjang yang ada dalam kamarnya itu.
"Terima kasih atas semuanya Adri." Arti menatap wajah Al yang ada di sampingnya.
" Iya sama-sama, gak usah sungkan anggap aja rumah sendiri." Balas Al seraya mengulas senyumnya." Cepatlah makan! Aku gak mau liat kamu sakit lagi, atau mau aku suapin?" Tawarnya sembari meraih sendok yang ada di atas nampan karena Arti tidak merespon apa yang dikatakannya.
Cowok ini jelek tapi baik hatinya." Batin Arti sembari menatap lekat ke arah Al yang duduk di sampingnya.
"Gak usah aku bisa sendiri!" Tolak Arti lalu merebut sendok yang ada di tangan Al." Kamu sendiri sudah makan, apa belum?" Tanyanya sambil menolehkan kepalanya ke arah Al yang tengah sibuk memainkan handphonenya.
"Nanti setelah kamu makan." Jawab Al tanpa mengalihkan pandangannya dari handphonenya.
Sebab dia baru saja membuka email dari Rano tentang biodata Arti Aurora yang sebenarnya.
"Kenapa harus nungguin aku? Nanti kalau kamu sakit juga gimana?" Arti memperhatikan Al yang tampak sangat serius menatap layar handphonenya.
Karena tidak ada respon dari Al, Arti memberanikan dirinya untuk menyuapi makanan ke mulut laki-laki yang baru dikenalnya itu.
"Lebih baik kita makan sama-sama aja ya." Arti langsung menyodorkan sendok berisi makanan kedepan mulut Al yang sedikit terbuka.
Al sangat terkejut dibuatnya, karena sebelumnya tidak ada siapapun yang berani memperlakukannya seperti itu, apabila melihatnya sedang sibuk dan serius dengan apa yang dikerjakannya.
"Apa yang kamu lakukan?" Al menatap tajam ke arah Arti sambil mengunyah makanan yang sudah terlanjur masuk ke dalam mulutnya.
"Aku cuma mau kamu juga ikut makan." Arti berkata dengan entengnya, tanpa rasa takut sedikitpun membalas tatapan mata yang sangat tajam bagaikan elang.
Cewek yang berani, aku semakin menyukainya." Batinnya seraya tersenyum smirk.
"Apa kamu gak takut sedikitpun denganku?" Al mendekatkan wajahnya ke wajah Arti hingga tinggal beberapa centi saja lagi.
Arti menelan salivanya dengan susah payah karena merasa terintimidasi. Al memperlihatkan sifat aslinya yang sangat dingin terhadap semua orang, dia lupa bahwa sedang melakukan penyamarannya.
...☘️☘️☘️☘️☘️...
Apakah yang akan terjadi selanjutnya?
Tunggu episode-episode yang akan datang ya!
Bersambung...
See you next time!
Jangan pernah bosan untuk memberikan dukungan kalian melalui tanda cintanya, setangkai bunga mawar merahnya, like yang tiada henti, komen yang sesuai dengan alur cerita, rate bintang lima dan jadikan favorit kalian selalu ya.
Salam sayang selalu dariku Khardha Love.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 53 Episodes
Comments
Nofi Kahza
hayoo..mau ngapain itu si Al..
jangan2 mau dikecup2 basah..wkwkwk🤣
2022-01-11
0
Xianlun Ghifa
next
2021-11-09
0
Li Permana
Lanjut!
2021-11-01
0