RAGATA atau Raga.
Pemuda yang yang sama-sama berasal dari luar kota. Ia pergi hanya bermodal nekat dah uang seadanya, dengan minim pengalama untuk hidup mandiri. Ragata nekat kabur dari rumah, dengan alasan inggin hidup bebas tanpa tekanan orang tuanya, orang tua yang selalu menentukan apa yang harus dia lakukan. dan memutuskan untuk kabur dari rumah.
Dia pergi selang sehari dengan kepergian Cahaya, menuju kota yang sama dan sama-sama minim pengalaman.
Saat dia baru saja tiba dikota itu, Raga menemukan selembaran kertas yang sama dengan Cahaya temukan, ia membaca dan setelah itu bergas menuju alamat yang ada pada selebaran itu.dan bertemulah Ragata dengan Cahaya.
......................
Tok tok tok"
Cahaya membuaka pintu kontrakannya.
" Hai." Raga menyapa Cahaya dengan senyuman manis, sambil melambaikan tangan nya. Cahaya berjalan begitu saja sambil mengunci pintu. "Kamu mau kemana?," Cahaya diam tak menjawab apa yang Raga tanyakan dan pergi begitu saja. Raga mengikuti kemana Ayak pergi.
Setelah beberapa menit berjalan, Ayak masuk kedalam warung makan yang berjualan dipinggir jalan. " Pak nasi goreng satu, jangan pedes ya pak," Cahaya memesan makanan.
" Saya juga pak, pedes tapi ya pak," Ragata ikut memesan, karna dari awal Ragata inggin mengajak Cahaya pergi untuk mecari makan." Ayak, kamu baru beberapa hari di kota ini?," Cahaya diam tak menanggapi Pertanya'an Raga.
Aisss susah banget di ajak bicara.
Karena Cahaya tak merespon, Raga diam, sambil diam-diam melihat wajah cantik Cahaya.
Cantik, tapi kenapa dia terlihat pucat, terlihat murung?, Aah... mungkin dia kangen sama keluarganya.
Tak lama pesan mereka datang. Cahaya yang tadi sangat lapar tiba -tiba tidak berselera makan, bahkan perutnya terasa mual saat melihat dan mencium aroma makan itu. Cahaya mencoba menahan rasa mual diperut nya. " Pak, bisa di bungkus saja" Cahaya mengurungkan niatnya untuk makan.
" Punnya saya juga pak," Ragata mengikuti apa yang Cahaya lakukan. Cahaya melihat sekelas Ragata yang mengikuti apa saja yang dia lakukan.
" Ini, semua jadi.. " Penjual memberikan nasi goreng yang sudah di bungkus dan menyebut kan total yang harus di bayar.
" Kita... "
" Ini pak, terima kasi pak, " Ragata menyela apa yang akan Cahaya katakan."Udah aku bayar, itung-itung ucapan terimakasih sudah membantuku mencari kontrakan."
"Makasih."ucap nya. Cahaya kembali mengabakan Ragata, namun Ragata tak merasa sakit hati akan sikap Cahaya, malah dia merasa tertantang untuk terus mendekati Cahaya.
Cahaya berjalan meyusuri tepian'an jalan yang banyak menjual berbagi makan. Lapak penjual yang hanya bukan saat malam saja, karena saat siang tempat itu akan beralih fungsi menjadi jalan raya. dan akan di tutup saat malam untuk di jadikan sebagai pasar kuliner.
Dengan setia Raga terus mengikuti Cahaya. Cahaya berhenti saat melihat sepasang suami istri, sang istri yang terlihat bahagia karena diperlakukan sangat baik oleh sang suami, menyuapi nya dan mengelus perut sang istri sambil berbicara tak jelas pada sang buah hati yang ada dalam kandungan sang istri. Cahaya mengelus perutnya sendiri, terbesit rasa iri dalam hatinya. namun sayang, jangan di perlakuan secara baik oleh ayah dari anak yang tenggah dia kandung, sang ayah malah memintanya untuk menggugurkannya.
Maaf sayang, kamu tidak punya ayah, tapi... bunda janji akan menjadi ayah sekaligus bunda untuk mu.
Cahaya kembali berjalan dan berhenti di salah satu bangku yang sedikit sepi. pandangan Cahaya fokus dalam satu objek namun dengan tatapan kosong.
Ragata yang sedari tadi menahan diri untuk tidak bertanya atau sekedar berbicara tak tega melihat Cahaya yang sedari tadi diam saja. Ragata melihat kalau Cahaya sedang masa yang sangat tidak baik.
Medapat Ide untuk mengajak Cahaya tidak larut dalm pikirannya.
"Mama sekarang sedang apa yah?,aku kangen sama mama," Ragata mencoba memancing Cahaya untuk mau bebicara.
" Pulang," mendengar Cahaya yang merspon ucapnya membuat Ragata menjadi lebih bersemangat.
" Tidak!, aku tidak akan pulang sebelum aku bisa hidup madiri, aku akan tunjukan pada keluarga ku kalau aku bisa hidup tanpa mereka." jawab Ragata, dan berharap ada respon lagi dari Cahaya dengan jawabanya.
" Pulang lah, selama mereka masih menerima mu untuk pulang."
Pulang lah selagi mereka masih menerima mu untuk pulang? maksud nya?, apa jangan-jangan dia..., yah pasti itu.
" Tidak, meskipun dia tidak menerima ku kembali aku tetap tidak akan pulang,"
" Keras kepala," Ragata semakin bersemangat saat Cahaya merespon setiap ucapannya, kini dia tau bangi mana dia bisa membuat cahaya bisa nyaman berbicara dengannya, yaitu dengan tidak menayakan perihal tentang diri nya.
"Apa kamu mau itu?," Ragata melihat Cahaya yang fokus melihat penjual yang menjajakan kembang kapas dengar berbagi bentuk.
Cahaya menoleh seakan senang kalau Ragata memahami apa yang dia mau. " kalau kamu mau akan aku belikan untuk mu, kamu mau bentuk apa?,"
" Alpaka, " mejawab cepat.
" Baiklah akan aku belikan untuk mu," Ragata bangkit dari duduk nya dan berjalan menuju penjual kembang gula.
Saat Ragata kembali dengan membawa apa yang Cahaya mau, terlihat raut kebagi'an di wajah Cahaya. Ragata yang melihat itu mencoba untuk tidak memperhatikan nya, karna dia yakin Cahaya akan kembali murung kalau dia meledek nya." ini yang kamu mau?," memberikan kembang kapas pada Cahaya.
" Makasih," Mengambil dan langsung memakannya.
Seperti nya aku ngidam, sayang jangan minta yang aneh-aneh yah, nanti bunda susah nyarik nya.
" Ayak, baru saja aku mau mintak udah abis aja." pura-pura terkejut saat kembang kapas itu habis di makan oleh Cahaya.
" Maaf," jawab Cahaya dengan senyum terukir di bibirnya.
Senyuman yang manis.
" Ayak, kita makanyuk, aku udah lapar nih,"
" Tidak, aku tidak beselera makan,"
" Ya sudah, aku makan sendiri saja kalau begitu." Ragata membuka pembungkus nasi goreng miliknya, " Emm.. kayaknya enak." Ragata makan dengan lahap,membuat Cahaya inggin ikut makan. " Kamu mau?," Sadar kalau Cahaya memperhatikan nya.
" Tidak, "
" Beneran?, enak lo, meskipun udah dingin." mencoba mempengaruhi Cahaya agar mau makan. " Aa, " Ragata mencoba menyuapi Cahaya.
" Tidak," menggelengkan kepalanya nya.
" Satu suap aja," masih mencoba membujuk Cahaya. Cahaya membuaka mulut nya dan merasa terkejut karna dia tidak merasakan mual seperti tadi.
"Biar aku makan sendiri," Cahaya mengambil makan yang ada di tangan Ragata dan langsung memakan nya.
Kenapa tidak enak, perut kunjuga terasa mual lagi.
" ini makan lah," Cahaya mengambilkan makana milik Ragata.
" Kenapa?,
"Tidak enak,"
" Tidak enak?, enak ko," Ragata mencoba memakan makanaya untuk mestikan kalau makana itu enak. " Coba kamu, aa, " Ragata kembali myuapi Cahaya ." Enakkan?,"
Kenapa jadi enak?, apa jangan-jangan aku... aah tidak, sayang jangan lakukan ini sama bunda.
"Ayak, kamu naggis?, kenapa?," Ragata melihat air mata pada sudut mata Cahaya.
" Tidak apa-apa. Raga... emm mau.. maukah kamu menyuapi ku?," sedikit ragu.
Menyupi?, bukanya dia bilang tidak enak?, lalu kenapa dia sekarang...? ah sudah lah, mungkin di sedang merindukan ibu atau ayah nya.
" Akan aku suapi, sekarang buka mulut mu," Ragata menyuap Cahaya hingga nasih goreng milik nya habis.
" Raga, aku sudah kenyang."
" Baguslah, karena nasinya juga udah habis."
Cahaya menoleh dan sedikit malu karna menghabiskan makana Ragata. " Maaf, ini makan lah punya ku," memberikan kota nasi goreng miliknya.
" Tidak, nanti saja, melihat cara makanmu saja aku sudah kenyang,"
" Ha. .maaf yah,"
"Santai saja."
"Raga, pulang yuk, udah malam."
" Yuk, lagian besok kita mulai bekerja, " keduanya berjalan beriringan sambil sesekali berbincang-bincang.
...----------------...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 172 Episodes
Comments
A..S..J
hay thor aq nyingah yah ,,, 😅😅😅
2021-12-18
0
Gilang Hamzah
Sama sama merantau,smg kalian akur" ya...jgn berantem 😁
2021-11-19
0
𝐇iatus Selamanya ♡⃝◡̈
mampir kesini juga kk
semangat berkarya
2021-08-10
1