Ayah Biologis
Kisa ini menceritakan tentang gadis cantik yang harus menjadi ibu muda di usia yang beluam genap 20 tahun. gadis itu bernama Cahaya atau sering di panggil Ayak.
Kehancuran hidup Cahaya bermula saat pesta malam perpisahan. pasta yang membawa kehancuran dalam hidup nya. Pesta yang membawa petaka dalam hidup nya, hingga dia di usir dari rumahnya dan hidup sebatang kara di luar kota, kota yang asing bangainya, dan jauh dari kota asalnya.
Kedatangannya di kota itu membawa nya bertemu dengan pemuda yang juga berasal dari kota yang sama dengan nya, pemuda itu bernama Ragata, atau sering di panggi Raga. Pemuda yang berasal dari keluarga kaya, anak dari CIO sebuah perusahaan yang mempuyai ribuan supermarket yang tersebar di seluruh negara bahkan sampai keluar negeri.
Kedatangan Raga kekota itu dengan alasan inggin hidup mandiri dan terbebas dari kekangan orang tuanya yang suka menekankan semua kehendak nya, dengan kata kata lain dia minggat atau kambur dari rumah orang tua nya.
💔💔💔💔💔💔
Di malam pesta.
Cahaya dan beberapa teman lainnya mengadakan pasta di salah satu rumah rekan sekolah mereka. Cahaya datang bersama kekasihnya yang berbeda sekolah dengan nya. namun dia juga lulus di tahun yang sama dengannya.
Malam pesta berahir sampai pagi hari, kekacawan terjadi di mana-mana, mereka yang merayakan pesta tertidur di sembarang tempat, karena terpengaruh dengan apa yang mereka minum.
Namun tidak dengan Cahaya, Cahaya terbangun di salah satu kamar bersama kekasihnya. Dia terkejut dengan apa yang terjadi, namun sang kekasih meyakinikan kalau tidak terjadi apa-apa pada nya.
Satu bulan lebih telah berlalu, bisa dibilang sudah dua bulan telah berlalu, semenjak pesta malam mperpishan itu.
Cahaya keluar dari kamar mandi, memegang sebuah benda kecil dengan warna biru dan putih, dan terdapat dua geris marah di tengahnya.
Cahaya syok dengan apa yang dia lihat, air matanya menetes membasahi pipinya, rasa takut dan cemas menyelimuti dirinya. Tubuhnya merasa gemetar dan terasa lemas. Dia binggung harus berbuat apa, hanya bisa menanggis di samping ranjang tempat tidurnya.
Kembali melihat benda itu, memastikan kalau dia hanya salah melihat. namuan sayang, garis itu tidak berubah sama sekali.
"Ti tidak mungkin, ini pasti salah," berusah tidak mempercayai apa yang dia lihat.
Mencoba untuk menguji untuk kedua kalian nya dengan tespek yang kedua.
Menunggu hasil.
mulai nmenunjukan hasil nya.
Cahaya syok dengan hasil yang di dapat, hasilnya masih sama dengan yang pertama, dua garis atau Cahaya positif hamil dengan kekasihnya itu.
"Aku harus menemuinya."Cahaya berjalan dengan tergesa-gesa menuju sebuah taman yang ada di depan kompleks perumahan mewah. Cahaya meminta untuk bertemu si sana.
Meskipun kilat menyambar dan anggin yang cukup kencang tak menyurutkan niatnya untuk bertemu dengannya malam ini juga. bertemu dengan kekasih nya yang tinggal di perumahan itu.
Dengan perasa'an cemas ia menunggu kedatangan kekasihnya itu, bahkan gerimis yang mulai turun tak menyurutkan niatnya itu. Kilat di sertai petir dengan intensitas rendah terus menyambar, namun Cahaya masih teguh dengan pendirianya.
Setelah menuggu satu jam, pemuda yang Cahaya tunggu datang juga.
" Ayak, ada apa?," tanya kekasih Cahaya dengan perasa'an cemas dan was-was.
Cahaya langsung memeluk kekasihnya itu dengan erat, tanpa bicara sepatah kata pun, dia menanggis tersedu-sedu.
" Sayang ada apa?," tanyanya lagi. " Bicaralah, jangan menangis terus?,"
" Sayang, kamu sayangkan sama aku?, kamu cintakan sama aku?," tanya Cahaya, penuh emosional.
" Pertanya'an macam apa ini?, tentu, kalau tidak aku tidak akan datang kesini menemuimu, "jawab nya.
" Kalau gitu nikahi aku." pinta Cahaya.
" Apa?!, nikah?," terkejut.
" Iya, kita nikah,"
" Kenapa kamu tiba-tiba minta nikah?,"
" Aku hamil."
Duwarrrrrrr!!!!!⚡⚡
Bak di samabar petir, pemuda itu terkejut akan apa yang dia dengar barusan.
" Kamu bercanda kan?," tanya nya, memastikan.
" Tidak, aku tidak bercanda, aku serius, aku hamil, ini bukti nya." Cahaya menunjukkan hasil tes urin yang dia pegang sedari tadi.
"Tidak, tidak mungkin, ini tidak mungkin!, kamu bohong kan?, kamu tidak hamil kan?!," tanya pemuda itu sambil menguncang tubuh Cahaya, mencoba meyakinkan kalau itu tidak benar atau Cahaya sedang bohong.
" Hentikan!, apa yang kamu lakukan?!, kamu menyakiti ku!, aku tidak bohong!, aku hamil, aku hamil anak mu!,"jelas Cahaya penuh emosional.
" Tidak!, ini bukan anak ku!." jawab nya dengan tegas.
Duwarrrrrr!!!!!!⚡⚡
Suara petir terdengar dengan keras seolah mewakili apa yang Cahaya rasakan, degan pernyata'an kekasihnya itu, diikuti turunnya hujan yang cukup deras menguyur keduanya.
"A a apa yang kamu katakan?!, ini anak Kamu, cu cuma dengan mu aku melakukan nya, cuma kamu," jelas Cahaya, meyakinkan.
" Tidak!, itu buka anak ku!," jawab nya lagi.
" Ini anak kamu!!!," tegas Cahaya dengan lantang.
" Kalau ini anak ku, gugurkan dia!,"
Duwarrrrr!!!!! ⚡
Terdengar suara petir untuk kesekian kalinya, mewakili apa yang barusan cahaya dengar dengan perminta'an ayah dari anak yang ia kandung.
" A apa ka kamu bilang?, gugurkan?, jangan gila kamu!, ini anak kita!, darah daging kita!, kita sudah berbuat dosa dengan melakukan hal itu!, dan sekarang kamu meminta ku untuk membunuh anak ini!?, apa kamu tidak waras!?, di mana otak kamu?!,"tanya Cahaya penuh emosi.
" Tidak ada jalan lain!, Ayak, kita masih muda, kita baru dua bulan lulus SMA, apa kamu mau menyia-nyiakan masa muda mu dengan mengurus anak ini?," meyakini cahaya.
Cahaya diam mencerna apa yang kekasihnya katakan.
" Ini, pengang kartu ini, di sini ada uang yang cukup banyak, uang ini cukup untuk biaya kamu melakukan aborsi, kamu pegang dulu, dan aku akan mencari dokter atau alternatif terbaik yang mau melakukan ini semua, pengang lah dan pakai jaket ini, jangan sampai kamu sakit, aku pergi." mencium kening cahaya sekilas dan pergi meninggalkan Cahaya di tengah derasnya hujan. Dia pergi dengan motornya.
Cahaya menatap kartu yang di pengang dan meremasnya.
" Apa yang harus aku lakukan?," gumamnya.
Cahaya berjalan dengan perasa'an hancur dengan apa yang tengah terjadi. Berjalan menebus deresnya hujan yang di sertai petir. Berjalan tak tentu arah mengikuti kemana langkah kakinya berjalan.
Hingga Cahaya berhenti di sebuah jembatan yang memiliki arus yang cukup deras. Cahaya berdiri tepat di pinggir jembatan, menatap arus sungai yang sedang meluap, terbesit niyat untuk mengakhiri hidupnya, namun dia teringat akan kedua orang tuanya dan adik laki-lakinya yang sangat dia sayangi.
"Ayah, ibu, maafkan Ayak, Ayak sudah membuatmu kecewa, Maaf kan Ayak, bu."
Cahaya semekin terisak saat menggigat masa-masa bahagia bersama ibu dan adiknya.
" Ibu!!!, maaf kan Ayak bu!!!!, maaf kan Ayak bu... hik hik hik hik." Tangis cahaya semakin menjadi-jadi.
Cahaya kembali berjalan menembus gelapnya malam dan lebatnya hujan, petir terus menyambar dan anggin kencang beluam juga reda. Tak lama Cahaya ambruk dan tak sadarkan diri.
...----------------...
Pagi hari nya, Cahaya terbangun sudah berada di ruang perawatan rumah sakit.
" Dimana aku?," Cahaya melihat sekeliling namun tidak ada satupun orang. Cahaya mencoba bangun namun kepalanya terasa sakit, serta pusing.
"Awww...Kepala ku," keluh Cahaya sambil menyentuh kepalanya yang terasa berdenyut.
Cahya kembali merebahkan tubuhnya, agar rasa sakit di kepalanya mereda.
"Kak Ayak, kakak sudah banguan?," Adik laki-laki Cahaya datang.
"Kakak di mana?," tanya Cahaya. sambil terus memengang kepalanya yang masih terasa berdenyut.
" Kakak di rumah sakit, semalam ada warga yang menemukan kakak tak sadarkandiri dipinggir jalan."
Cahaya kembali menangis saat inggat kejadian semalam, tentang penolakan kekasihnya dengan anak yang sedang dia kandung.
"Hik hik hik hik, ibu... ibu... ", Cahaya terus menangis sambil terus memanggil sang ibu
" Ibu sama ayah masih di ruang dokter, sebentar lagi mereka datang. kak, kakak kenapa menanggis?,"
" Sam, kakak bodoh Sam, kakak bodoh..." ucap Cahaya diselah-selah tangis nya.
" Bodoh bagai mana maksut kakak."
" Kakak bodoh Sam.., kakak sudah membuat ayah sama ibu kecewa, kakak mengecewakan mereka Sam, kakak bodoh, hik hik hik..., kakak Bodohhhhh saaaammm!!!! kakak bodooohhhhh!!!! Aaaaaa!!!," Cahaya berteriak histeris karena tak mampu menahan rasa sesak di dadanya.
" Kak Ayak!, tenang kak, kakak tenang, kakak kenapa?, apa yang terjadi sama kakak?," Tanya adik Cahaya yang Cahaya panggil Sam, Lebih tepatnya *S**amudra*
Samudra adalah adik satu-satunya Cahaya, usia nya hanya terpaut 3 Tahun darinya. Kini Samudra masih duduk di kelas satu SMA.
Sedang Cahaya baru saja lulus.
"Ayakkkkk!!, panggil seorang pria dengan suara lantang dan penuh emosi. Pria itu masuk dengan membuka pintu dengan begitu kasar.
"Brakkk!!, mendorong pintu, kasar.
" A ayah," Cahaya langsung bangkit, namuan sayang, rasa pusing di kepalanya membuat dia jatuh. Cahaya mencoba merangkak untuk mencapai kaki laki-laki itu, yang tidak lain ayah Cahaya.
" Ayah, maaf kan Ayak, maafkan Ayak!, Hik hik hik hik!, ucap Cahaya, penuh sesal.
" Anak tidak tau diri!!," ucap saga Ayah sambil menarik rambut ikal cahaya dengan kasar.
" Ampun ayah, ampun.... hik hik hik maafin ayak," Ucap Cahaya.
"Maaf kamu bilang!."
"Plakkk.. !! plakk..!!
Tamparan keras mendarat dipipi mulus Cahaya.
" Ayah!!, jangan ayah, jangan!!, ini anak kita yah!!, hik hik hik hik, sadar yah sadar!, " pinta sang ibu.
Ibu Cahaya menghentikan apa yang tengah suami nya lakukan, memeluk sang putri dengan erat.
" Anak ku uuu.. kenapa jadi begini nak...?, kenapa kamu melakukan semua ini..??, kenapa?," Ibu cahaya menangis meraung-raung sambil mendekap erat tubuh sang putri.
" Maaf kan Ayak bu, maaf kan Ayak..., Ayak salah bu.. maafkan Ayak...hik hik hik,"
Cahaya menangis dalam pelukan sanga ibu, Cahaya tau kalau sang ibu sangat kecewa dengannya, namun rasa kecewanya tak kalah besar dengan rasa sayang dan cinta pada sang putri.
" Ibu, Ayah, kenapa dengan kak Ayak?," tanya Samudera yang binggung dengan apa yang tenggah terjadi.
Bukanya menjawab, sanga Ayah malah pergi begitu saja.
Samudra beralih mendekati Cahaya dan sang ibu yang tenggah menangis bersama.
" Bu, bangun lah bu, kak, bangun, kakak masih sakit," ucap Samudera sambil mengelus punggung Cahaya.
" Nak, bangun lah, kamu harua banyak istirahat, Kamu harus dirawat, dokter bilang besok kamu boleh pulang," Jelas sang ibu, mencoba untuk kuat di hadapan sang putri.
Sang ibu yakin, kalau sang anak juga tak kalah sakit, seperti apa yang dia rasak.
Cahaya bangkit dengan di bantu Samudra dan sang ibu.
" Bu, maafkan Ayak bu, maafkan ayak," ucap Cahaya lagi, saat Cahaya sudah berbaring di ranjang perawatannya.
" Sudahlah nak, lebih baik kamu istirahat, jangan banyak pikiran, kasihan calon anak mu," pinta sang ibu.
" Anak?, a anak siapa bu?," tanya Samudra dengan terkejut.
" Sam, kakak, kakak hamil, Sam," jawab Cahaya.
"Apa!!, hamil dengan siapa kakak?,"
"Dengan... dengan..." Cahaya ragu untuk menjawab
" Jangan bilang kakak hamil dengan cowok berengsek itu!?," tegas Samudra.
Cahaya tak menjawab pertanyaan Samudra lagi, di terus saja mengis dan menangis.
" Kalau kakak diam, berarti iya!," tegas Samudra lagi. " Dasar manusia berengsek!!,"Sam beranjak pergi dengan amarah yang memuncak.
" Sam, mau kemana?!," panggil Cahaya
"Menemui orang itu, dia harus bertanggung jawab dengan apa yang terjadi dengan mu, kak!," jawab Samudra.
" Percuma, dia....dia tidak mengiginkan anak ini, dia memita kakak untuk mengugurkan anak ini," jawab Cahaya.
" Apa?!, gugurkan..?!, tidak, kamu tidak boleh lakukan ini nak, tidak boleh!," pinta sang ibu.
" Apa kakak bilang, dia tidak mau bertanggung jawab?," tanya Samudra dengan geram.
Bersambung..
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 172 Episodes
Comments
Puan Harahap
duh cahaya
2021-08-23
0
° 。☬R▼ェzel_Yuichi 🗡️
cio
2021-07-31
0
zien
Hadir 💗💗
2021-05-31
1