Episode 3

Halohaaaaa Happy Reading para kecambah2ku. Salam sayaang Poppy alias candu.

***

“Kau di hukum, Alina!”

Alina menelan salivanya susah payah. Hukuman? Atas dasar apa dirinya di hukum? Perasaan Alina tidak melakukan apapun yang melanggar perjanjian dalam berkas sialan itu. Tapi kenapa pria di hadapanya ini dengan mudahnya memberikan Alina hukuman.

Gadis cantik itu menatap tuan mudanya dengan tajam. Seolah tatapannya itu adalah bentuk protes yang tidak bisa dia ungkap melalui kata-kata.

“Tidak tidur di siang hari. Itu merupakan kesalahan terbesarrmu.”

O Lord! Yang benar saja. Hah! Tidur atau tidak tidur bukankah itu hak Alina untuk menentukannya? Dan kenapa pria di hadapanya ini. Lord! Alina kau harus sabar. Tarik napas dalam-dalam, lalu hembuskan.

“Kau tidak beristirahat dengan cukup, dan itu akan mempengaruhi kinerjamu..” lugasnya. Tuan muda Ron menjelaskan tanpa menatap kea rah Alina. Dia tidak tahu jika di depan sana, sudah ada gadis yang menatapnya dengan kesal. Seperti banteng yang melihat kain merah.

Arron mengangkat wajahnya, dengan raut wajah datar dia bertanya. “Kau mengerti?”

Secepat kilat Alina mengubah raut wajahnya. Dia harus terlihat tenang dan baik-baik saja di hadapan tuan muda menyebalkan itu. Alina mengangguk dan menjawab. “Aku mengerti, Tuan.”

“Kau tidak membaca perjanjian itu dengan baik?” tanya Arron. Membuat Alina terhenyak.

Lord! Seharian penuh aku membantu ibu. Aku malas membaca. Dan aku yakin isinya hanyalah bertuliskan masalah denda dan nominal angka saja. Itu sangat menyakitkan untuk mata. Gumam Alina dalam hati.

Arron berdecak tidak percaya. “Bukankah kau tinggal di kediaman Washington sejak kecil? Dan aku dengar jika ibumu adalah pekerja yang baik. Lantas mengapa kau tidak bisa bersikap kompeten Alina?”

Hening … Alina tidak menjawab. Bahkan jika dia mau, itu hanya akan memperkeruh suasana saja.

Arron menghela napas lelah. Apakah dia harus mencari pelayan pribadi lagi? Namun di sisi lain, hanya Alina lah satu-satunya pelayan pribadinya yang tidak berusaha naik ke atas ranjang Arron ketika dirinya tertidur. Menyusahkan!

“Ambilkan aku redwine-”

“Baik, Tuan.” Alina langsung menundukan tubuhnya dan pergi seletah menerima perintah dari Tuan mudanya. Gadis itu! Dia bahkan tidak memastikan apakah Arron sudah menyelesaikan perkataanya atau belum.

Dengan kekuatan seribu langkahnya, Alina melangkah menuju gudang redwine yang berada di lantai bawah tanah kediaman Washington. Sesaat Alina dapat bernapas lega karena dia bisa lari dari jerat pria menyebalkan itu.

Lord! Apakah semua orang kaya itu sama? Pikiran Alina malah menjadi liar. Memikirkan kata ‘hukuman’ yang di ucapkan oleh Aron, dan menyamakannya dengan beberapa film luar negeri yang memiliki hukuman mengerikan.

Apakah dia akan di ikat di atas ranjang menggunakan sebuah tali? Satu pecut? Dan … AAAARRRGGHH! Lord! Itu mengerikan!

Setelah sampai di gudang redwine, Alina langsung masuk ke dalamnya dan menutup pintu dengan rapat. Dia berjalan menyusuri lemari-lemari khusus yang berisikan berbagai jenis minuman beralkhohol di dalamnya. Namun ketika Alina menyusuri setiap lorong di sana, tiba-tiba dia baru teringat mengenai suatu hal.

Astaga! Jenis redwine apa yang harus aku ambil? Ah sialan! Alina mengumpati dirinya sendiri di dalam hati.

Dengan sangat terpaksa, dan degub jantung yang sepertinya akan berhenti. Alina memberanikan diri untuk kembali ke dalam tuan mudanya untuk menanyakan jenis wine apa yang dia perintahkan. Gadis cantik itu menundukan wajah sembari menautkan jemarinya dengan gugup.

“Ma-maaf, Tuan ….” Dia terdiam sejenak untuk mengambil napas. “Redwine jenis dan tahun berapa yang anda inginkan?” tanya Alina dengan suara yang begitu rendah.

“1992.”

“Baik, Tuan.”

Tanpa menatap Arron terlebih dahulu, gadis cantik itu langsung melangkahkan kakinya kembali dan keluar dari kamar tuan mudanya. Langkah Alina begitu tergesa, seolah-olah dirinya tengah di kejar oleh segerombol hantu. Ah! Ini lebih menyeramkan daripada segerombolan hantu.

Kaki jenjangnya kini mulai memasuki area gudang wine kembali. Dia mencari tahun wine yang sebelumnya Arron beritahu. Dia mencari sembari menggunamkan tahun wine tersebut. Tanpa memberi jeda sedikitpun.

“1992, 1992, 1992,” dan seterusnya.

Tidak lama kemudian langkahnya terhenti tepat di depan pintu masuk. Dimana itu artinya jika dia sudah kembali ke tempatnya semula. Namun sialnya, Alina belum mendapatkan jenis wine yang di carinya. Lord! Apakah dia melewatkan sesuatu?

Gadis cantik itu akan mencobanya lagi. Pastikan jika kini tidak ada satupun sudut yang terlewat. Dia harus segera menemukannya atau tidak hukumanya akan bertambah. Atau mungkin yang lebih parah lagi, Alina akan di tuntut untuk membayar denda. Jangan biarkan itu terjadi!

Sekitar dua puluh lima menit berlalu. Dan kini tubuh kecil mungil itu tengah terduduk lemah di depan pintu gudang wine. Dia tidak menemukannya dimanapun. Dan Alina juga yakin jika ketika mencarinya, Alina tidak melewatkan satu sudutpun.

“Aku akan gila!” geramnya seraya memukul angin.

Alina terpaksa kembali dengan tangan kosong. Dia melangkah masuk ke dalam kamar tuan mudanya dengan langkahnya yang lemas dan wajah tertunduk ke bawah. Bodoh! Alina mengumpati dirinya sendiri. Tidak tahu apa yang akan terjadi setelah ini.

“Tuan … Aku tidak dapat menemukannya.” lirih Alina lemas. Sudahlah. Pasrah saja dengan hukuman selanjutnya.

Arron menatapnya sangat tajam. Apakah gadis di hadapanya ini selalu bertindak ceroboh seperti ini, atau hanya di hadapanya saja?

“Tentu saja kau tidak akan menemukannya. Wine itu hanya ada satu di kediaman ini, dan itu berada tepat di belakang tubuhmu.” lugas Arron.

Seketika Aline terhenyak, matanya membulat seperti bola pimpong. Apa maksudnya? Apa maksud yang di katakana oleh tuan mudanya? kemudian, secepat kilat Alina menolehkan wajahnya ke belakang untuk memastikan jika ucapan Arron itu benar. Dan ternyata … itu benar! Botol redwine tahun 1992 yang sedari tadi Alina cari berada tepat di belakangnya.

“Kau.” Seru Arron, membuat Alina kembali menolehkan wajahnya ke depan. Kini gadis cantik itu sudah bisa menatap wajah Arron dengan leluasa. Terlebih Alina menatap Arron dengan begitu tajam dan kesal. Karena dia merasa jika Arron telah mempermainkannya.

“Tuan, apakah ini hukuman bagiku?” tanyanya terdengar memprotes.

Baiklah, tidak apa. Ini hanya menyebabkan kepala dan mataku sakit saja. Tidak lebih. Aku akan menerimanya! Batin Alina teguh. Padahal pada kenyataanya dia merasa sangat kesal. Kenapa tuan mudanya itu begitu kekanakan? AAAARGH!!!

“Bukan, ini bukan hukumanmu.” Jawab Arron, membuat Aline terperangah.

“Aku memintamu hanya untuk mengambil redwine, tidak memintamu untuk mengambilnya di gudang penyimpanan. Kau pergi sendiri, dan tidak mendengarkan ucapanku sebelum aku menyelesaikannya. Sekarang, bawalah botol wine itu kemari.” Titah Arron.

O Lord! Sudah di pastikan jika ini memanglah salahku!

Sesuai perintah Arron, Alina membawa botol redwine itu mendekat. Kini gadis cantik itu sudah berdiri tepat di samping Arron. Pria tampan itu menatap gadis cantik di hadapannya dengan seringai.

“Kali ini, aku akan benar-benar menghukummu, Al—lina.”

Bersambung ....

Haiiiii jangan lupa like dan juga koment yaaa ....

Terpopuler

Comments

Zifa Zifa

Zifa Zifa

lajut sampai happy ending ya thor

2021-02-17

0

Dini Distrianti

Dini Distrianti

lanjut thor

2021-02-13

0

AniaH

AniaH

hais"""
sih Aron ngajak gelut nie 🤣

wakkkkk .alina" habisan" kmu di kerjaain SMA Aron nya
semangt"" kk

2021-01-25

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!