Om Jerapa

Perumahan Citraland Hertasning nomor A19

Di balkon rumah lantai dua, Aziz duduk di kursi sembari menatap foto keluarganya saat Fadila dan Fattan baru berumur tiga tahun. Di foto itu, Amrita nampak tersenyum mengenakan baju kebaya warna Navi. Begitu juga dengan Fadila. Hanya saja, baju yang dikenakan Fadila model dress. Sementara Aziz dan Fattan mengenakan baju kemeja dengan warna yang sama seperti warna baju kebaya Amrita. Foto keluarga itu diambil saat mereka melakukan foto studio di clabers sebelum Amrita akan wisuda.

"Sayang, putri kita sudah menikah dengan pria yang begitu baik. Di rumah ini nampak sunyi, tidak ada lagi canda dan tawanya. Tidak ada lagi Amrita kedua di rumah. Aku merindukan mu dan juga putri kita" ujar Aziz memeluk bingkai foto yang ia pegang.

"Maafkan aku yang menikahkan putri kita diumurnya yang ke delapan belas tahun. Aku hanya tidak ingin dia salah pergaulan. Amrita, istriku. Bisakah kau datang dalam mimpiku, aku sangat merindukanmu Sayang" gumamnya sesenggukan.

Dari kejauhan, tanpa sengaja Fattan melihat Papanya menangis. Pria itu juga merasakan rindu yang sama, rindu mendalam. Rindu sosok Mamanya yang sudah bahagia di surga dan rindu adiknya yang kini menjadi seorang istri.

"Papa" panggil Fattan tersenyum menghampiri Papanya.

Aziz segera menyeka air matanya, berusaha serileks mungkin agar putranya tidak tahu, bahwa Papanya sedang tidak baik-baik saja. "Ada apa, Nak?" tanyanya.

"Jangan berpura-pura tegar. Aku tahu Papa merindukan Mama dan adikku" kata Fattan mengambil tempat di kursi yang berhadapan dengan Papanya.

Aziz menunduk lalu menangis tersedu-sedu. "Papa merindukan Mama kalian dan rindu adik mu. Kapan Allah mempertemukan Papa dengan Mama kalian" ujarnya disela sela tangisnya.

...---...

Di tempat lain, Fadila dan Farhan duduk di sofa sambil menikmati kue kering yang selalu Farhan sediakan di ruang keluarga. Ditemani siaran televisi yang dimana menayangkan film horor Thailand. Film yang begitu menyeramkan namun tetap di tonton oleh pengantin baru.

"Akkh!!" Fadila berteriak lalu melompat memeluk suaminya. Wajahnya ia tenggelamkan di dada bidang sang suami. Deru napas wanita itu membuat jantung Farhan seakan lari maraton.

"Ada yang mau pedekate ni" ledek Farhan agar Fadila melepas pelukannya.

"Huh!" seru Fadila melerai pelukannya. "Baru juga dipeluk, jantungnya sudah lari maraton" ucapnya membalas ledekan suaminya. Dan kembali duduk di tempatnya semula.

"Bukan jantungku, tapi jantungmu" kata Farhan mengelak.

"Om yang baik hati, yang sekarang menjadi suamiku. Kalau mau membodohi wanita usahakan jangan aku orangnya. Aku pandai menebak sesuatu" jelas Fadila tersenyum penuh percaya diri.

Farhan bergidik ngeri. "Baru kali ini aku bertemu wanita yang penuh percaya diri seperti kamu" kata Farhan.

"Alhamdulilah. Itu tandanya aku wanita pertama yang membuat Om terkesan. Hahahaha" kata Fadila tertawa. Lagi-lagi dia menjawab ucapan suaminya.

"Om Jerapah, ayo kita tidur. Besok aku mau ke kampus" ajak Fadila lalu beranjak dari sofa dan masuk ke dalam kamar.

"Om Jerapah? Dia memanggilku Om Jerapah" Farhan membulatkan matanya menatap punggung istrinya hingga menghilang dari pandangannya. Dengan rasa geram, Farhan menyusul istrinya ke kamar. Rasa kesalnya berganti dengan senyum asimetris.

"Aku suami kamu, bukan orang lain. Kamu bisa melepas hijab mu, Sayang" jelas Farhan dengan senyum menggoda. Lalu membulatkan mata seketika. "Oh tidak! Jangan bilang kamu botak?" tudingnya dengan mata terbelalak.

Yang benar saja Farhan memudingnya wanita botak. Fadila yang merasa kesal dituding wanita botak, perempuan itu beranjak dari tempat pembaringan kemudian melepas jilbabnya dengan kasar. Mengurai rambutnya seperti di reklame sampo Sunslik.

"Lihat ni, rambutku lurus dan wangi seperti rambut di iklan Sunsilk" ujarnya penuh percaya diri seraya mengibaskan rambutnya di udara.

Farhan yang tadinya banyak bicara kini terdiam menatap wajah imut dan rambut lurus istrinya yang panjangnya sepinggang. "Subhanallah, aku tidak salah melamar wanita" gumamnya hampir tak terdengar.

Fadila terkekeh. "Hati-hati, Om Jerapah. Jangan mencintai orang dari fisiknya. Belum tentu rambut cantikku ini sama dengan hatiku. Bisa jadi hatiku sehitam sampo Sunsilk" tutur Fadila lalu menarik bedcover.

"Apa kita akan menunda malam pertama?" tanya Farhan berbisik ditelinga istrinya.

"Sepertinya begitu, Om. Tamuku sedang datang jadi nggak mungkin kita malam pertama kan" balas Fadila.

Farhan menghela napas pelan. "Dasar tamu yang tidak tahu sopan santun!!" ketusnya.

"Hahahahaha. Dasar pria tua tidak sabaran" kata Fadila sebelum memejamkan mata.

...--...

Pagi hari, Fadila dan Farhan sedang memulai sarapan pagi di meja makan yang terletak di dapur. Keduanya baru menikah tapi mereka terlihat sangat akrab seperti pasangan yang sudah lama menikah. Mungkin karena sifat keduanya sebelas dua belas.

"Gaya tidurmu sangat jelek. Wanita apa yang tidur mengeluarkan liur" ledek Farhan seraya mengambil roti panggang buatan istrinya.

"Apa Om pikir hanya aku yang tidurnya jelek. Semalam Om tidur sambil memaju mundurkan bibir. Seperti mulut ikan marlin" Fadila membalas ledekan Farhan. Wanita itu mengambil satu roti panggang dan menggigitnya dengan pelan.

"Sory Sayangku. Itu bukan tidur jelek tapi lagi mimpi basah" balas Farhan tersenyum sambil mengeluarkan lidahnya.

"Hahahaha. Mana ada orang mimpi basah sampai bibirnya panjang kek gitu" ledek Fadila lagi.

"Namanya juga mimpi basah, kan enak-enak" kata Farhan.

Fadila bergidik geli. "Om, aku mandi duluan ya. Aku mau ke kampus pagi ini" ujar Fadila lalu masuk ke dalam kamar.

...--...

Setelah mandi dan bersiap-siap. Fadila keluar dari kamar menghampiri suaminya di ruang keluarga. "Om, apa Om punya aplikasi grab? Memory ponselku penuh jadi aku nggak bisa download aplikasinya. Dan motorku masih di rumah Papa" jelas Fadila.

"Gunakan motor yang di depan rumah. Ada motor scoopy diluar" kata Farhan.

"Kuncinya mana?" tanya Fadila sambil mengulurkan tangannya.

"Mau cium tangan dulu atau mau ambil kunci motor dulu?" tanya Farhan menggoda istrinya.

Fadila terkekeh. "Kalau tangannya bau harum ya aku cium tangan dulu" sambungnya tersenyum lalu meraih tangan suaminya dan menciumnya.

"Istri calon surga ini" Farhan tersenyum sumringah.

Fadila tertawa pelan. "Kalau Om juga mau jadi suami calon surga maka jangan lupa berikan istrimu ini uang jajan" kata Fadila sambil mengedipkan sebelah matanya.

"Aduh, sepertinya jantungku mau berpindah dari tempatnya" canda Farhan sambil memegang dadanya dan tertawa.

"Jangan dulu, aku belum siap menjanda" kata Fadila tertawa.

"Dasar istri nakal" kata Farhan kemudian ke kamar. Dan kembali membawa kunci motor serta dompet. "Ini kunci motornya" Farhan menyodorkan kunci motor scoopy.

"Dan karena sekarang aku adalah suamimu. Maka aku akan memberikanmu uang jajan sesuai pendapatan ku. Sepertinya tiga puluh ribu dalam sehari itu cukup. Kalau kurang kamu bisa temui aku diruangan ku" sambung Farhan sambil mengeluarkan uang dua puluh ribu dan sepuluh ribu.

"Hahahahaha. Itu udah banyak, Om. Cukup beri aku sepuluh ribu saja" kata Fadila.

"Karena aku suami yang baik dan karena kamu yang minta jadi akan aku turuti" ucap Farhan seraya menyerahkan uang sepuluh ribu.

"Dasar nyebelin. Tadi bilangnya tiga puluh ribu tapi ngasihnya hanya sepuluh!" ketus Fadila.

"Ya Allah. Dia yang minta sepuluh ribu tapi dia juga yang kesal" gumam Farhan menggeleng tak mengerti.

Terpopuler

Comments

oyttigiz

oyttigiz

segini dulu kaka

2021-07-06

0

zien

zien

Hadir. 💐💐

2021-07-06

0

Tutihadiatun

Tutihadiatun

dulu mama amrita di kasih 50 kadang100 ribu sama papa aziz
kok fadila di kasih 30 sama om farhan ....duh suami pelit nich

2021-06-14

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!