Episode 2

Sepulang kuliah, Fadila merenungi pesan Dosen nya. Wanita itu beranjak dari ranjang dan turun ke lantai satu menemui saudara kembarnya yang sementara nonton di ruang keluarga.

"Kakak, Papa di mana?" tanya Fadila sambil meraih kue kering didalam toples kaca yang terletak di atas meja.

"Papa ada di rumah Nenek" jawab Fattan tanpa menatap adiknya. "Kamu kenapa, Dek?" tanyanya menoleh sang adik.

.

.

.

Usai shalat Isya. Papa Aziz langsung keluar dari masjid. Terlihat seorang pria mengikutinya hingga di parkiran masjid. Papa Aziz menghentikan langkahnya dan menoleh ke belakang, dilihatnya Pak Farhan tersenyum padanya.

"Ada apa Nak Farhan?" tanya Papa Aziz. Papa Aziz mengenal Farhan saat Papa Aziz mengantar Fadila ke kampus.

"Saya lagi perlu Bapak tapi nggak enak ngomongnya di jalan. Boleh saya ikut Bapak ke rumah?" Farhan menjelaskan.

"Boleh. Mari ikut saya" kata Papa Aziz. Papa Aziz menaiki sepeda motornya. Begitu juga dengan Farhan. Sesampainya di depan rumah, Aziz mempersilahkan Farhan untuk masuk ke dalam rumah.

Papa Aziz dan Farhan duduk di ruang tamu. "Mau minum apa?" tanya Papa Aziz menawarkan.

"Nggak perlu repot-repot, Pak" balas Farhan dengan ramah.

"Fadila sudah menyampaikannya padaku kalau kamu mau datang di rumah. Apa yang mau kamu bicarakan denganku, Nak?" tanya Papa Aziz sedikit penasaran.

"Bismillahirrahmanirrahim" Farhan mengucap basmalah lalu mengirup udara dalam-dalam dan menghembuskan nya dengan pelan.

"Kedatangan saya kesini mau melamar putri Bapak, Fadila Annisa Zakri" ungkap Farhan dengan lugas.

.

.

.

.

Dua hari kemudian....

Fadila duduk di samping Fattan, berhadapan dengan Farhan. Di ruang tamu, ada keluarga besar Aziz. Yaitu Nenek Eka, Kakek Sofyan, Fakri, Hanin, Om Aher dan Tante Mahdania. Aziz sengaja meminta keluarganya untuk datang. Agar mereka semua dapat menyaksikan keberanian seorang pria yang bernama Farhan. Yang tiba-tiba datang melamar Fadila-Putri satu-satunya.

"Bagaimana Fadila, apa kamu menerimanya?" tanya Aziz menatap putrinya.

"Jika Papa menerimanya maka akupun akan menerimanya" jawab Fadila menunduk.

"Fadila, apa kamu berpacaran dengan dosenmu?" tanya Aziz memastikan. Takutnya Fadila berpacaran secara sembunyi-sembunyi dibelakangnya.

Fadila menggeleng kuat. "Demi Allah, Pa. aku nggak pernah pacaran. Apalagi dengan Dosen ku sendiri" jawab Fadila.

Papa Aziz tersenyum, begitupun dengan yang lainnya. Mereka merasa lega karena Fadila tidak berpacaran. Aziz melirik semua keluarganya. Dan mereka memberi kode tanda setuju. Melihat respon keluarganya, Aziz menghela napas pelan lalu menghembuskannya secara perlahan. Kemudian menatap Farhan yang sedang menunduk menunggu jawaban dari keluarga besar Fadila..

"Farhan, kami sekeluarga menerima lamaran mu" jelas Aziz dengan lugas.

"Alhamdulilah" gumam Farhan sambil mengusap wajahnya.

Setelah kepergian Farhan, Nenek Eka, Hanin dan Mahdania mengajak Fadila duduk di ruang keluarga. Dan membiarkan kelompok laki-laki duduk di ruang tamu. Nenek Eka mengelus kepala cucunya, Fadila.

"Mamamu pasti bahagia di surga. Melihat putrinya dilamar oleh pria baik-baik" ujar Nenek Eka.

"Farhan tidak mungkin melamarmu jika dia tidak menyukaimu. Yakin dan percaya, semakin kalian bersama dan saling terbuka, kamu akan merasakan hadirnya cinta dalam dirimu" jelas Nenek Eka.

"Benar kata Nenek. Mama dan Papamu juga dulu tidak pacaran. Bahkan mereka tidak saling mengenal. Tapi coba kau lihat, bagaimana besarnya cinta yang dimiliki Papamu terhadap almarhum Mamamu. Papamu nggak mau menikah sekalipun berulang kali wanita datang menggodanya" sambung Mahdania.

"Saat kamu sudah sah menjadi istri Farhan, berjanjilah untuk menjalankan kewajiban mu dengan baik. Kamu harus menghargai suamimu. Jangan membantah perkataannya. Ridho suami adalah ridho Allah" kata Hanin menasehati.

"Nenek, Tante, aku berjanji akan menjadi istri yang baik untuk Om Farhan" ungkap Fadila dengan netra mata berkaca-kaca.

.

.

.

.

Berhubung akhir pekan. Fadila, Fattan, Sabila, dan Sakia. Mereka berempat jalan pagi di Pantai Losari. Kerena merasa lelah, Sakia dan Fattan memilih beristirahat sementara Fadila dan Sabila masih terus lari pagi.

"Kakak Fattan, aku dengar Kak Fadila akan menikah. Apa itu benar?" tanya Sakia. Sakia adalah putri kedua dari Aher dan Mahdani

"Benar, Dek. Nggak lama lagi Kak Fadila akan menikah" balas Fattan sambil membuka penutup botol aqua.

"Owww. Lalu Kak Fattan kapan menikah?" tanya Sakia lagi.

"Kalau Kak Fattan belum tahu kapan. Kak Fattan belum bekerja, bahkan belum selesai kuliah" balas Fattan tersenyum.

"Lelah....!" teriak Fadila, mengambil tempat di samping kakaknya. Lalu merampas botol minum kakaknya. "Aku habisin airnya ya, Kak" ujarnya.

"Dek, mana air minum yang kamu bawa?" tanya Sabila yang sementara sudah duduk di samping adiknya.

"Sudah habis, Kak" balas Sakia dengan santai.

"Ayo kita pulang. Aku lapar dan haus" ajak Sabila beranjak dari duduknya.

"Ayo Sabila. Aku juga sudah lapar" balas Fadila yang juga beranjak dari duduknya.

Fattan dan ketiga adiknya pun kembali ke perumahan menggunakan motor. Fadila dan Fattan mengendarai motor scopy merah, sementara Sabila dan Sakia mengendarai motor scopy hitam.

Perumahan Citraland Hertasning

"Sabila, kalau kamu butuh bantuan nanti ke rumah saja. Aku nggak kemana-mana hari ini" ujar Fadila setelah membuka helem yang ia kenakan.

"Iya, Kakak" sahut Sabila tersenyum.

Fattan tersenyum asimetris. Pria itu selalu tersenyum dan merasa berbunga-bunga saat jalan bersama Sabila. Ada cinta yang ia pendam namun tak ingin mengungkapkannya. Fattan tak ingin mengajak Sabila pacaran. Hingga ia meminta Papanya untuk menjodohkannya dengan Sabila.

"Tunggu sampai aku wisuda dan koas" gumam Fattan lalu masuk ke dalam rumah. Mengambil botol air es di kulkas kemudian menghampiri Papanya di kolam renang.

"Assalamuaalaikum, Pa" ucap Fattan mendudukkan bokongnya di kursi.

"Waalaikumsalam. Bagaimana dengan study mu?" tanya Aziz tanpa menatap putranya.

"Alhamdulilah lancar, Pa" balas Fattan.

Di tempat lain, tepatnya di kamar lantai dua. Fadila sedang duduk menatap wajahnya di depan cermin. Wanita itu baru saja selesai bersiap-siap. Mengenakan baju lengan panjang, celana panjang longgar dan jilbab langsung.

"Apa benar yang dikatakan Nenek, kalau Pak Farhan menyukaiku. Atau Pak Farhan punya alasan lain hingga Pak Farhan melamar ku tanpa mengajakku ta'aruf" gumam Fadila menatap wajahnya di cermin.

"Ummu dan Rahmat adalah sahabat ku. Tidak ada salahnya jika aku memberitahu mereka tentang lamaran Pak Farhan" gumamnya lalu mengambil ponselnya di atas tempat tidur berukurang king size.

Fadila menghidupkan layar ponselnya lalu mencari group three friends. Kedua ibu jarinya sibuk mengetik sesuatu di group. Seulas senyum tersungging saat membaca apa yang ia ketik, lalu mengirimnya. Dalam sekejap, notifikasi balasan dari Ummu dan Rahmat begitu banyak. Boleh di kata Fadila hanya mengirim beberapa kata saja.

Terpopuler

Comments

oyttigiz

oyttigiz

like lagi

2021-07-06

0

Adila Rafanda.k Alhadits

Adila Rafanda.k Alhadits

hadir

2021-06-03

1

zien

zien

hadir💗💗

2021-06-02

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!