Happy reading, Pemirsah!
...* * *...
"Athar mana, Mir?" Mama bertanya kala tangannya masih sibuk menata piring yang ada di meja pagi itu.
Mira yang baru saja duduk di kursi untuk menikmati sarapan menjawab, "Udah berangkat, Ma."
"Serius?"
"Iya. Dia ada meeting pagi di Jakarta. Jadi dari pada nanti kejebak macet, mending dia berangkat lebih awal," seteguk air putih telah ditenggaknya. "Ini Sheli sama Ghani mana, Ma?"
"Ghani kuliah siang. Sheli baru aja berangkat."
Mira memilih menikmati kopi susunya lebih dulu dibandingkan menyantap nasi gorengnya. Kopi panas adalah salah satu hal ternikmat di pagi hari, seperti biasanya.
Setelah dua teguk kopi panas ditenggaknya, Mira kini menatap sang Mama yang baru saja duduk, karena sejak tadi beliau sibuk mondar-mandir ke dapur dan meja makan untuk membantu Mbak Nani.
"Ma ... kok kalian tega sih sama aku?"
"Tega kenapa?"
"Kenapa aku gak dikasih tau rencana kalian semua? Mana ada orang mau menikah tapi kok gak dikasih tau? Apaan, alasan kecap-kecap segala, padahal Mama emang sengaja nyiapin baju pengantin buat aku nikah."
"Kami sepakat merahasiakannya dari kamu itu, karena kami yakin kamu pasti bakalan menolak buat menikah duluan lebih dulu dari pada Sheli. Ya kan?!"
"Trus kenapa Mama setuju? Kan Mama sendiri yang bilang kalau urutannya mesti Sheli duluan yang menikah."
Mama menatap Mira sendu. "Mama minta maaf soal itu. Iya, Mama egois karena kasihan melihat kakak kamu. Tapi setelah melihat kesungguhan Athar, Mama yakin sudah kalau kalian memang berjodoh. Jadi, akan sangat berdosa jikalau Mama menghalangi keinginan kalian untuk sebuah perbuatan baik."
Oh gitu,
Syukurlah kalo Mama beneran tulus ikhlas menikahkan gue.
"Kesepakatannya juga baru terjadi hari rabu malam kemarin. Athar bilang kalau dia yang akan mengatur semuanya. Dari berkas-berkas, penghulu, dan tamu undangan. Jadi, ya ... alhamdulillah semua berjalan mudah."
"Aku kok heran ya, Ma,"
"Heran kenapa?"
"Kapan kalian ketemunya sama Athar, trus merencanakan semuanya?"
"Rabu malam. Kan kamu setelah makan malam gak keluar dari kamar lagi," jawab Mama.
Ohh, itu gue lagi maraton drakor sih, makanya ngandang di kamar.
"Makanya," lanjut Mama. "Saat itu Athar bersama Dirga dan Mama sama Ghani ketemuan di resto seafood yang sebelum komplek sana itu, buat membicarakan ini semua. Ya awalnya, Athar ngomong sendiri sewaktu antar kamu sorenya itu. Kan dia lihat kamu sudah naik ke lantai dua, trus Athar mengutarakan niat baiknya sama Mama. Baru deh, malamnya kami janjian lagi di resto tadi."
"Mama nggak kaget sewaktu Bang Athar bilang gitu?"
"Ya pastilah kaget, Mir. Seperti yang Mama bilang tadi, tapi Mama melihat kesungguhan Athar saat itu, dan Mama jadi teringat akan kesungguhan Papa sewaktu beliau melamar Mama dulu. Makanya, saat itu juga hati Mama luluh."
Oh ...
"Padahal tadinya Mama berniat menjodohkan kamu sama Ryo aja. Mbak Ayumi baik banget soalnya."
Mira yang baru saja menghirup kopinya lagi, kini tersedak setelah mendengar ucapan sang Mama. Bagaimana bisa itu terjadi? Wah, kekuatan hubungan antara ibu-ibu itu sangatlah menakutkan rupanya.
"Mama kok gitu? Aku kan punya pacar."
"Ya iya. Mama sih pengennya Ryo buat Sheli aja, tapi kan Ryo sukanya sama kamu. Udah gitu Sheli juga sudah punya pacar. Jadi buat menyatukan mereka, kayaknya terlalu mustahil. Beda kalau ke kamu, sepertinya masih ada peluang."
"Mama."
Mama menyengir. "Iya, itu kan sebelum Athar berniat serius sama kamu, Mir. Kalau sekarang sih, Mama sudah puas dan gak akan selingkuh hati lagi dari menantu Mama yang super oke itu."
Gue mesti lega gak sih?
"Kok kamu kayak gak senang ya udah dinikahin?" tanya Mama lagi.
Mira mengendikkan bahu. "Bukan gak senang sih, tapi lebih kepada sebel. Lagian, aku gak tau apa-apa padahal yang nikah itu aku. Nyebelin banget kan."
"Biar beda gitu, Mir. Nikah yang terasa beda. Ya lagian, tenang aja, nanti kan kamu bisa atur sendiri mau resepsi kayak apa. Pasti bakalan dikabulkan sama Athar."
Waduh,
"Ma," ucapnya tiba-tiba. "Kayaknya sebelum resepsi tiba, aku maunya ini jadi rahasia aja dulu deh."
"Rahasia dari siapa?"
"Di kampus maksud aku. Aku bakalan segera kasih tau Pram, Puput, sama Abay supaya jaga rahasia juga. Pokoknya gak boleh ada yang tahu selain yang kemarin sudah datang."
"Kenapa begitu? Athar marah gak kalau kamu begitu?"
Oh iya ya.
"Ah pokoknya gitu aja dulu, Ma. Sampai resepsi nanti. Kan kalau udah resepsi mah, semua orang juga bakalan tau."
"Ya terserah kalian kalau Mama sih."
"Emang resespsinya kapan, Ma?"
"Ya mana Mama tau. Kan kalian yang mau resepsi."
Mira menghela nafas. "Kemarin aku yang mau nikah pun aku yang gak tau," ucapnya datar.
"Kamu gak ada kuliah kan hari ini?" tanya Mama mengalihkan pembicaraan.
Mira hanya menggeleng sambil mulai mengambil piring dan menyendok nasi goreng setelah menghabiskan kopi susunya.
"Ya udah, kamu beres-beres aja kalau gitu."
"Beres-beres? Mbak Nani mau berenti kerja emangnya?"
"Ya nggaklah. Maksud Mama tuh kamu beres-beres baju dan barang-barang kamu. Kan besok bukannya kamu bakalan pindah ke rumah Athar?"
Mira menganga. Nasi gorengnya bahkan masih melayang di sendoknya, belum sempat dimasukkan ke dalam mulutnya.
Kok? Kenapa gue gak tau ya? Ini siapa yang mau pindah sih?
Gue?
tapi gue gak tau!
Jadi sebel sama dia.
"Pasti kamu belum tau." tepat sekali tebakan Mama.
Mira membuang nafas kasar dan menyuap nasinya dengan kasar pula.
"Mama nggak bakalan sedih kok kalau kamu tidur di rumah Athar," ucap Mama saat Mira tak menyahuti perkataannya yang sebelumnya. "Soalnya, kapanpun Mama kangen sama kamu, Mama tinggal bilang ke Athar buat minta kamu datang kesini. Atau Mama yang bakalan ke rumah kalian. Beres deh."
"Emangnya Mama bisa kangen juga sama aku,"
Mama mencubit setengah keras pipi Mira yang sebelah kiri. "Mana ada orang tua yang gak kangen sama anaknya?"
Eeehhh, kirain itu cuma berlaku buat Sheli doang.
"Trus kamar aku?"
"Emangnya kamu mau bawa pindah kamar kamu juga?"
"Ya bukan gitu sih," cuma sayang aja rasanya bakalan ninggalin kamar tercinta gue.
"Kamar kamu ya buat kalau kamu tidur di sini, kali."
"Mesti besok banget ya, Ma? Pasti ini maunya Bang Athar kan?!"
Mama mengangguk. "Iya, dia pengennya kalian pindah besok. Kalo Mama sih terserah aja, pindah hari ini pun gak apa-apa."
"Mama ngusir aku?"
Sekarang Mama mencubit kedua pipi Mira. "Aduh duh, Mama–"
"Kalau dilarang pasti Mama salah, kalau dibolehin malah bilangnya ngusir. Kamu maunya Mama diemin aja kan?!"
"Iya, Ma, iya. Maaf." tiba-tiba Mira baru mengingat sesuatu. "Oh iya, Ma. Aku lupa mau nanyain Ryo kapan pulang ke Jepangnya." Mira bangkit dari kursi. "Aku mau ambil hp buat nanya–"
"Gak perlu."
Suara Mama membuat Mira batal melangkah. "Apanya?"
"Gak perlu kamu nanyain lagi. Ryo sama Mamanya sudah terbang ke Jepang semalam."
"Ha?"
Kok Ryo gak kabarin gue ya?
Tapi sekarang pertanyaannya ...
Apa Ryo masih mau berteman sama gue? Setelah status gue berubah begini, gue harap gue gak menyakiti Ryo terlalu banyak.
...* * *...
"Kamu mau kemana?" tanya Mama saat dilihatnya putrinya itu sudah rapih siap untuk keluar rumah.
"Kencan dong, Ma."
"Pacar kamu datang kesini?"
Dia mengangguk saja.
"Serius? Kenapa gak disuruh kesini?"
"Belum mau. Eh, ralat– aku sedang usahain buat mau."
"Bryan itu tidur dimana dong?"
"Kalau sama Bryan aku udah putus, Ma."
"Lah trus udah ada pacar baru lagi?"
Shelia mengangguk lagi. Dia mengulum senyum sambil memikirkan seseorang yang akan ditemuinya sebentar lagi. Seseorang yang ternyata pulang ke Jakarta untuk beberapa hari. Persis seperti dirinya.
Mungkin, jodoh itu emang gak akan kemana ya.
"Mending cari jodoh aja, Shel," usul Mama. Saat ini Mama sedang menyemprot bunga mawarnya yang tertata rapih pada pot-pot di depan teras.
"Ini lagi cari jodoh, Ma. Aku lagi usaha. Makanya Mama doain aku, biar kali ini dia jodohku beneran."
"Ya amin deh. Eh, gimana kalau kamu Mama jodohin aja?"
"Masih ngetren ya, Ma? Sorry deh, Ma. Aku bukan penganut paham jodoh-jodohan, sekalipun itu tren. Aku udah yakin sama yang satu ini. Aku jamin, kalau akhirnya aku dapetin dia, Mama pasti setuju seribu persen."
"Masa sih? Segitunya,"
"Aku pergi dulu ah." Shelia mencium tangan sang Mama dan segera pergi dengan taksi yang tadi dipesannya.
Berdasarkan chatting semalam, katanya hari ini Baihaqi ada di sebuah kampus untuk menjadi motivator dalam sebuah tema keagamaan dari sudut pandang anak muda yang sukses.
Sheli yang sudah menyesuaikan pakaiannya menjadi anak kuliahan yang beradab, kini berjalan untuk mencari informasi dimanakah kira-kira letak gedung yang sedang mengadakan seminar.
Setelah bertanya pada beberapa mahasiswa, akhirnya Shelia sudah berjalan menuju gedung yang dimaksud. Dengan perasaan berdebar karena hendak memberikan kejutan pada sang pujaan, Shelia mampir dulu di kantin. Sepertinya, dia mesti memberikan sebotol minuman untuk Ubay nanti.
Namun, tak disangkanya, dia malah melihat Athar yang sedang berdiri di depan sebuah lemari pendingin di kantin sekarang.
* * *
plis like, komen, or vote ya. Makassiiihhh 😘
.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 105 Episodes
Comments
Almeera💕
noh noh noh npa? noh
2021-01-14
1
Sindi Paulia
Kok aku neg sama Mira yah😣 udah deh mirrr gak usah banyak enye enye, turutin apa aja katakan takdir padamu 😙😙
Kaka july lagi gak mood yah👀 kok... agak gimana gitu bahasanya 😭
2021-01-14
2
Anin Nafila
lah...kok jadi GT Kaka...gantung deh...
2021-01-14
1