Lanjut yuk aah!
...-----***-----...
Mira melongok ke dalam kamarnya perlahan. Masih kurang lima menit dari waktu yang diberikan Athar tadi. Dia tidak berniat melanggar karena jelas mengetahui bagaimana sifat cowok itu yang amat sangat disiplin kalau soal waktu. Apalagi kalau itu terkait dengan ucapannya sendiri.
Ya udah, mau gak mau Mira juga harus kembali lagi ke kamarnya, kan?! Kalau pergi ke kamar tamu sudah pasti bakal dimarahin sama Mamanya. Bisa diusir dia dari rumah ini.
"Hehe ..." cengiran lebarnya terbit setelah melihat wajah Athar yang terbenam separuh di bantalnya. Sepertinya Athar sedang beristirahat dengan posisi telungkup di atas ranjang.
Lalu perlahan Mira berjalan mendekati cowok yang telah resmi menjadi suaminya itu dengan ceria. Hatinya sudah tidak resah lagi seperti setengah jam yang lalu. Sudah plong istilahnya.
"Abang lagi ngapain?" tanyanya sambil menaiki ranjang dan duduk di sisi Athar. Telunjuknya mencolok-colok bisep Athar dengan gemas. Keren euy, ototnya.
"Tidur."
"Kok tidur masih nyaut? Eh, aku tepat waktu kan?! tuh, tuh, masih kurang dua menit. Aku kan udah hitung dengan akurat sejak aku keluar dari kamar ini tadi,"
"Tapi aku nggak."
"Lah?"
Athar membawa kepalanya untuk rebah di atas paha Mira. Refleks Mira mengusap-usap rambut suaminya itu dengan sayang. Duh, yang udah jadi suami, boleh ya nempel-nempel gini, hmmm ...
"Kamu udah gak marah, Al?"
Pertanyaan Athar membuat Mira bingung. "Marah kenapa?" tanyanya.
"Karena aku nikahin kamu gak melalui persetujuan kamu. Bukannya kamu lagi marah ya, sampai menghindariku?"
Kesel sih iya. Apalagi belum tau jelasnya apa yang terjadi. Tapi, gue gak semarah itu kok. Gue menghindar itu karena sebab yang lain.
"Nggak juga."
"Kamu tenang aja, kita bakal melewati semua fase romantis yang biasanya dibayangkan oleh semua wanita. Satu hal yang pasti juga, kita bakalan resepsi nanti." Athar mengecup singkat tangan Mira yang berada di dekat wajahnya.
"Emang kenapa mesti buru-buru kayak gini sih, Bang? Kita kan masih muda. Belum selesai kuliah juga. Trus aku kan nggak tekdung duluan kali ah."
Athar tersenyum geli tanpa merubah posisinya. "Iya, aku tahu. Lagian aku belum apa-apain kamu, gimana bisa hamil kan?!"
Mira merasakan wajahnya merona karena ucapan Athar. Mendadak hatinya deg-degan lagi setelah tadi susah payah dia meredamnya di kamar Shelia.
"Ya trus kenapa alasannya?"
"Ya karena ini satu-satunya solusi supaya aku bisa bawa kamu kemanapun aku mau. Mana bisa aku tenang tinggalin kamu di rumah ini kalau dia masih ada di sini."
Mira paham maksud Athar. "Ryo udah pindah kok ke hotel, eh–" dia mengambil hpnya dan berniat menghubungi Ryo perihal kapan temannya itu hendak kembali ke Jepang. Tapi belum juga niat itu terlaksana, Athar telah merebut hpnya dan menyimpannya di saku celana cowok itu. "Abang!"
"Kamu mau ngapain?"
"Mau telepon sebentar," tangannya berupaya merebut kembali hpnya, tapi Athar tak berniat memberikannya.
"Gak perlu."
"Ish, aku mau nanyain Ryo kapan pulang ke Jepangnya. Cuma itu."
"Gak usah. Gak penting."
"Ya pentinglah. Siniin hpku, Bang. Abang mah gitu banget."
Adegan tangan Mira yang hendak merebut hp di saku celana Athar, kini malah tangannya ditarik Athar dan membuat tubuh Mira jatuh menimpa Athar.
Sebuah kecupan yang cukup lama mendarat di kepala Mira. "Ternyata enak ya kalau udah sah kayak gini. Bebas mau ngapain aja. Kenapa nggak dari awal aja ya kita nikah?"
Mira mengangkat wajahnya dan menatap Athar dengan datar, "Sebelum Abang bikin adegan wafat itu kan ya?"
"Tuh kan dibahas lagi," Athar mencium paksa bibir Mira dengan kedua tangan yang memegang kedua pipi Mira dengan gemasnya. "Dibahas lagi gak?"
"Apa–"
Athar kembali mencium bibirnya dengan gemas lalu melepasnya. "Yang waktu itu."
Ya ampun
"Bang Athar ih," Mira mencoba mendorong dada Athar, tetapi sukar. "Jangan deket-deket dong! Nyosor-nyosor aja,"
"Emangnya kenapa? Kita kan udah halal."
"Oh iya ya. Eh– bukan itu maksud aku,"
"Apa?"
Udah waktunya bilang, apa belum ya?
Mira melebarkan telapak tangannya untuk mengalihkan pembicaraan barusan. "Hp sini," pintanya.
Athar seketika bangkit. Dia berjalan menuju sebuah lemari besar meletakkan hp Mira di atasnya.
Mata Mira melebar. "Abang kok gitu? Jangan jahat deh,"
"Nggak ada hp di malam pengantin kita ya."
Wajah Mira udah gak merona lagi. Dia biasa saja. Malahan, sekarang dia sudah memindahkan tubuhnya ke satu sisi tempat tidurnya –menyadari kenyataan kalau mulai malam ini ia mesti berbagi ranjang dengan Athar– lalu ditariknya selimut sebatas dada.
"Terserah Bang Athar deh ya." emangnya kita mau ngapain? Ih, yang ada gue pengen buru-buru tidur supaya besok bisa mendengar penjelasan Mama, Shelia, atau Ghani.
"Al," Athar berjalan menuju Mira kembali. "Kamu mau apa?"
"Mau apa?" Mira membeo. "Mau tidurlah. Ngantuk."
"Ooh tidak bisa ya," Athar sudah menaiki ranjang dan segera menyergap tubuh Mira. Ditatapnya wajah Mira dalam jarak yang paling dekat. Kedua tangannya memegang tiap sisi pipi Mira, seperti tadi.
"Abang mau cium?" tanya Mira pelan nyaris berbisik.
Kilatan gairah itu nampak di netra mata Athar saat menatap Mira. "Lebih dari cium, boleh?" suara paraunya membuat Mira merinding. Dia mengatakan begitu sambil perlahan mengecup bibir Mira lagi. Tanpa bertanya boleh atau tidak, sudah pasti Athar tidak akan melewatkan malam pertamanya.
Tapi,
"Gak boleh," balas Mira masih dengan berbisik.
Athar tak menyahutinya. Dia masih saja sibuk melanjutkan mencium lembut setiap inci wajah Mira.
"Serius gak boleh, Bang. Ya kalau sekitar wilayah atas aja sih gak papa ..."
Athar menarik wajahnya dan menatap Mira. "Ada apa dengan semua wilayah?" dia menunggu kalimat horor apa yang akan diucapkan oleh gadis yang telah sah menjadi istrinya itu.
Mira tersenyum lebar karena perasaan cemasnya akan sesuatu telah lenyap sama sekali. Bahkan, melihat wajah Athar yang langsung berubah ekspresi dalam sekejap membuat Mira tak mampu menahan rasa geli dalam hatinya. Oke, selama seminggu ini pastinya dia bakalan tenang. Tapi setelahnya ... ah, itu kan masih seminggu lagi. Santuy lah.
Dia mengecup singkat bibir Athar sebelum berkata, "Aku lagi datang bulan ... baru aja."
* * *
^^^Me:^^^
^^^Dear, A' Ubay.^^^
^^^Mau tanya dong, gimana caranya menghilangkan rasa iri hati serta dengki, kalau gak jauh dari tempat kita berada sedang ada pengantin baru yang menikmati surga dunia? Gimana nggak iri kan, kalo akunya jomblo?^^^
^^^Jawab dong, A^^^
^^^Aku butuh nasehat banget ini^^^
^^^A Ubay^^^
^^^Aku butuh siraman rohani^^^
^^^Aku butuh kata-kata mutiara yang menguatkan jiwaku yang kesepian ini^^^
^^^A Ubay, bales dong^^^
^^^Apa mau aku telepon aja?^^^
A' Ubay:
Kenapa, Shelia?
***
bersambung.
Jangan lupa dukungannya ya. Biar aku semangat lagi. 😆
.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 105 Episodes
Comments
Marhaban ya Nur17
yah sheli wkwkw
2024-05-16
0
Gechabella
kekel q thor malam pertamanya itu lho...
2021-07-03
0
Bundanya Naz
gagal deh..pdhl suara sdh parau gt..ngertilah bagi yg sdh nikah 😁
2021-01-20
2