°AttT°
\=\=\=\=\=\=\=\=
"Laki lo mana?" tanya Shelia sambil celingukan melongok ke dalam kamar Mira. Sedangkan dirinya sendiri masih berdiri di depan pintu kamar Mira. Sekarang, dia mesti tau privasi kalau adiknya sudah bukan single lagi seperti sebelumnya. Ada penghuni lain yang bakalan tidur sekamar dengan adiknya itu. Cukup miris juga, kenyataan bahwa dirinya lebih segalanya dibandingkan sang adik, bahkan sejak zaman mereka kecil pun, tapi rupanya takdir berkata lain. Malah adiknya yang lebih dulu mendapatkan jodoh dibandingkan dirinya yang sudah eksis dan famous di kalangan kaum adam sejak dahulu kala.
Laki? Idih, "Lagi mandi."
Sheli mendesah. "Ya udah deh, gue bertamunya ntar aja."
"Yailah, Shel–"
"Eh stop!" Shelia menghentikan langkah Mira yang berniat untuk menyusulnya. "Lo mau kemana?"
"Mau ikut lo. Kalo lo keberatan ke kamar gue, itu berarti gue yang mesti ke kamar lo."
Shelia menggeleng keras. "Enak aja. Lo tuh mestinya diam, tungguin sampai Athar kelar, trus anter dia sampai depan pintu kalo dia mau berangkat kerja."
"Masa sih?"
"Kayaknya iya. Gue perhatiin dulu Mama kayak gitu sih."
"Oh ..." Mira mengangguk paham. Tapi sesaat kemudian dia protes, "Tapi gak mendadak kayak gini juga kali."
"Apanya yang mendadak?"
"Ipinyi ying mendidik," Mira menatap kakaknya itu dengan sebal. "Kita belum bikin penyelesaian ya. Awas aja,"
"Udah sih, jangan bahas itu sekarang. Dah, sana tutup pintu. Gue balik ke kamar aja deh. Gak level ganggu pengantin baru yang mau belah duren, anu-anu, uhuy-uhuy, mantab-mantab ..."
"Sheliiiiiiii!"
Kakaknya itu segera kabur menuju kamarnya, meninggalkan Mira yang masih merasa kesal sendirian.
Kenapa jadi begini sih? Cinta sih cinta, tapi jangan jadi mendadak kawin begini dong. Gue kan belum siap. Ngurusin diri sendiri aja gue belum becus, ini gimana mesti ngurusin anak orang? Hadeeeehhh, sebel.
Dan lagi, Mira baru menyadari satu kebodohannya. Mana ada Athar pergi ke kantor malam-malam gini? Akibat pikirannya yang sedang mengalami kejutan keras, kan dia jadi gak fokus dan dengan mudahnya terperdaya oleh Sheli, seperti biasanya.
Setelah menutup kembali pintu kamarnya, perlahan Mira berjalan menuju kasur lalu mengambil bantal kesayangannya. Saat itulah terlihat Athar keluar dari kamar mandi dengan kaus dan celana selututnya.
"Mau diapain bantalnya?"
"Mau kurebus," sahutnya jutek.
Athar tak menyahut, tapi dia malah berjalan mendekati Mira dengan wajah datarnya.
Mira yang pikirannya sedang kacau balau akibat cerita hidupnya yang tiba-tiba berubah ini, seketika menghindar dengan mengitari ranjang pada sisi satunya, masih dengan tangan mendekap bantal kesayangannya. Hal itu membuat Athar melotot.
"Kenapa kamu menjauh?"
"Gak papa."
Kaki Mira melakukan pergerakan dengan pelan dan hati-hati agar Athar tak melihatnya. Maksudnya sih dia hendak kabur keluar dari kamar.
Gue mesti keluar, gue mesti angkat kaki, gue mesti–
Dua langkah Mira mulai berlari, tapi Athar telah menghadangnya dengan tangan berkacak pinggang dan kedua alis yang terangkat menatapnya. "Kamu mau kabur?"
Sumpah, Mira tuh deg-degan banget sekarang ini. Dia takut diapa-apain sama Athar, karena dia sangatlah belum siap untuk melakukan sebuah hubungan dewasa dengan jiwa polosnya yang masih mendominasi.
Mira tersenyum garing. Gue kesel sih, tapi mesti senyum kan?! Biar dia gak marah, sedangkan gue udah marah. Ah tau ah.
"A-aku mau ke kamar Sheli."
"Buat?"
"Ada urusan."
"Urusan apa?"
"Abang mesti tau?"
"Pastinya."
Mira gak heran dengan sikap pemaksa Athar yang seringkali dia tak mampu elak. Bukan hal baru, sifat Athar yang satu itu memang telah Mira pahami sekali sejak masa mereka pacaran kemarin.
"Mau ..." gimana sih biar enak jawabnya?
"Mau apa?"
"Mau ngobrol."
"Bisa besok."
"Tapi aku maunya sekarang."
"Aku gak kasih izin."
"Terserah aku."
"Yakin?"
Tatapan intimidasi Athar selama beberapa detik membuat Mira akhirnya menyerah dan memakai jurus andalannya tatkala saat berada di dekat cowok itu, yakni ... merengek. "Abang, iiihh ... plis izinin aku ke kamar Sheli sebentaaar aja ...."
"Nggak. Aku yakin, setelah kamu berhasil keluar dari kamar ini, kamu gak bakalan masuk lagi." Athar menyunggingkan senyum yang terlihat horor dalam mata Mira.
Dia menggeleng keras. "Mana ada. Aku janji bakalan balik," eh, kalo gue ingkar, dosa gak ya?
"...."
"Abang, plis ..."
Athar menatap Mira dalam. "Kamu tega tinggalin aku sendirian di malam pengantin kita?"
Malam pengantin? Ya Alloh, horor banget gue dengernya.
"Satu jam di kamar Sheli," jawab Mira dengan berani.
"Yakin, kamu tega sama aku?"
Gak mempan. Pokoknya gak mempan.
"Yakin."
Athar berbalik melangkah kembali menuju kamar mandi sambil berkata, "Setengah jam aku tunggu. Kalau kamu gak balik sendiri, aku yang bakal jemput paksa kamu dari sana dan membuat keributan di rumah ini."
Mira hanya bisa menelan saliva.
* *
"Jelasin sekarang juga kenapa ini bisa terjadi? Kapan? Bagaimana? Kok bisa? Buruan jawab gak pakai lama. Soalnya dalam setengah jam gue mesti balik ke kamar."
Shelia memberi cengiran lebarnya. "Cieeee ... cieeee ... yang mau ehem-ehem,"
Mira segera menepis perasaan malu yang bakalan membuat wajahnya merah, sehingga Sheli akan semakin lama meledeknya. "Jangan mengalihkan pembicaraan."
Tapi Shelia tetap tersenyum meledek dengan telunjuk yang sudah mencolek-colek pinggang Mira. "Cie-cie,"
"Gue serius, Shel,"
"Eh, katanya sakit loh," bisik Shelia di dekat telinga Mira.
Hah?
"Apanya?" Kening Mira berkerut dalam.
"Kalau pertama itu terasa sakit," Shelia mengucapkannya dengan pelan. Intonasi nadanya dibuat seseduktif mungkin.
Mira yang terpengaruh kini merasakan merinding pada bagian belakang tengkuknya. Dia menelan saliva. Haduh, ini gimana?
"Udah siap, belum?" tanya Shelia lagi. Senyum jahilnya semakin membuat Mira merasakan gugup yang semakin jadi.
Lantas Mira menggeleng pasrah tanpa sadar. Itu membuat Shelia jadi tertawa terpingkal-pingkal.
Mira mencubiti pinggang kakaknya yang tak berhenti-berhenti tertawa itu. "Sialan. Jangan nakutin gue."
"Haha ... emang nyatanya begitu."
Mira menghentikan gerakannya tiba-tiba. "Nyata? Lo udah pernah?" tanyanya dengan mata memicing. Apalagi jantung Mira, gak tau kayak apa rasanya karena mendadak dia memiliki pemikiran-pemikiran mengerikan tentang kakaknya itu.
Sheli menghentikan tawanya seketika. Dia menggerak-gerakkan kedua alisnya dengan jahil. "Menurut lo?"
Mira merasakan dadanya sesak seketika. Seperti dia mewakili apa yang kedua orang tuanya rasakan bila mengetahui kenakalan putri cantik kesayangan mereka. "Shel ..." lirihnya sambil meraba perut kakaknya itu.
"Apa sih!" Sheli menepis tangan Mira seketika.
"Jangan-jangan ... sebenernya gue punya keponakan–"
Shelia mentoyor kepala Mira. "Jangan kotor deh isi kepala lo. Dari pada lo pikirin hidup gue, mendingan lo pikirin detik-detik terakhir lo sebagai seorang perawan."
Mira menabok lengan Sheli. "Sembarangan sih, Shel!"
"Idih, kenapa sembarangan? Kan lo emang udah punya suami mulai hari ini. Trus ini malam adalah malam pengantin lo. Mending lo balik ke kamar deh sekarang. Tapi belah durennya jangan berisik ya. Tolong hargailah kaum jomblo di sekitar lo. Eh, nggak ding! Gue ini calon bini ustadz. Hihi ..."
"Idih, siapa juga yang mau gituan."
"Wah, lo belajar jadi istri durhaka nih? Ckck, gak boleh kayak gitu, Mir. Gak baik."
"Sholehah bener omongan lo, tumben!"
Mata Shelia berbinar. "Beneran? Serius? Berarti gue udah cocok jadi calonnya si Ubay?"
"Sorry, gue salah ngomong."
Shelia cemberut. "Resek lo!"
"Udah deh, Shel, buruan cerita yang sebenarnya. Kenapa gue malah jadi nikah bukannya tunangan?"
"Besok aja deh gue ceritanya. Capek tau gue tuh." Shelia merebahkan tubuhnya di kasur.
"Baru jam sembilan, kali."
"Gue kan mau chit chat sama calon laki. Emangnya lo doang yang punya laki. Laki gue juga otewe KUA dong. Haha ..."
Mira masih diam di tempatnya, yakni di sisi kanan Shelia. Bahkan sekarang dia malah ikut merebahkan dirinya juga.
"Shel ... gue tidur sini aja ya ...." cicit Mira.
"Jangan ngawur." Mata Shelia berfokus pada layar hpnya. "Lo mendadak benci gitu sama Athar gara-gara dinikahin?"
"Bukan gitulah. Mana ada kayak gitu."
"Kalau gitu ya sana balik. Ada pacar sah dan halal, masa lo malah pengen tidur di sini?"
"Ya lagian lo nya malah nakutin gue,"
"Nakutin?" Shelia menoleh. "Nakutin apaan?"
"Yang tadi." Mira menutup wajahnya dengan bantal.
"Yang tadi?" Shelia meloading cepat. "Ya ampun, Mira. Masa lo takut gituan?" matanya melebar tak percaya.
Mira mendesah. "Gue bukan takut, gue cuma belum siap."
\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 105 Episodes
Comments
Marhaban ya Nur17
plis mir mending balik deh segera
2024-05-16
0
Bundanya Naz
kasian..malah takut mau malam pertama 😂😂😂
2021-01-20
1
alone
gemezzz bacany...
2021-01-16
1