Nala dan Melani saling menatap lalu tersenyum “Jovanka, Bu” ucapnya serempak menunjuk Jovanka yang pura-pura menulis tanpa mendengarkan ucapan Nala dan Melani
“Kenapa kalian memilih dia ?” tanya Bu Maria
“Bu, dia itu cerewet” ucap Melani
“Iya, lagian saya pribadi percaya kalau Jo bisa dikasih tanggung jawab buat nyimpen uang Bu” tambah Nala penuh semangat
“Melani, tulis nama Jovanka di papan tulis sebagai bendahara” perintahnya “Jovanka, maju kedepan”
Jovanka menatap kesal Nala dan Melani yang tersenyum melihatnya berjalan ke arahnya.
“Sekarang kalian semua ingat dan perhatikan baik-baik.. Lana sebagai ketua kelas, Tiara wakil ketua kelas, Melani sekertaris 1, Nala sekertaris 2, dan Jovanka sebagai bendahara, paham ?”
“Paham Bu” jawab semua murid
“Sekarang Melani tolong hapus tulisan di papan tulis, kalian bertiga boleh duduk” ucap Bu Maria menunjuk Lana, Jovanka, dan Tiara
Bu Maria memberikan selembar daftar nama murid kelas 10-2 yang tidak lain adalah kelas Nala sendiri dengan buku absensi kelas dan buku besar “kamu salin daftar nama murid di kelas ini ikuti kolomnya dan buku besar ini kamu dan Melani simpan, catat setiap ada hal penting tentang kelas, Ibu akan mengeceknya setiap Ibu mengajar di kelas ini”
Nala menerimanya “baik Bu”
“Kamu boleh duduk” ucapnya lagi
Segera Nala membawa tugas negaranya kembali ke tempat duduknya.
..
“Cie sekertaris tukang bohong” bisik Lana
“Mau nama lo nggak gue catet di buku absensi kelas ?” bisik Nala mengancam
“Kayaknya lo cocoknya jadi bendahara, galak” ledek Lana
..
“Sekarang buat jadwal piket, ada saran ? Ibu mau kalian aktif” tanya Bu Maria
Nala angkat tangan “saya lihat jumlah siswa dan siswi imbang Bu, gimana kalau 1 hari 6 orang yang piket mengingat jumlah hari sekolah dalam 1 minggu cuma 5 hari dan jumlah murid di kelas ini ada 30”
Daebak eonni.. Jovanka dan Melani berdecak kagum melihat Nala
“Bisa kamu maju kesini bantu Melani tuliskan nama-namanya di papan tulis ?”
Nala tersenyum dan mengangguk tipis “cih, ketua kelas kalah sama sekertaris” ledek Nala tersenyum sinis sebelum bangun dari duduknya dan berjalan ke depan kelas
Ugh, nyebelin banget itu cewek ! batin Lana kesal
“Kalian buatkan daftar piket dimana 1 hari hanya ada 1 pengurus kelas yang akan bertanggung jawab dengan hasil piketnya” perintah Bu Maria
“Baik Bu” jawab Nala dan Melani
Nala dan Melani berunding sambil menulis nama di papan tulis sesuai perintah Bu Maria sementara Bu Maria sendiri memilih duduk di bangku Nala.
“Siapa namanya ?” tanya Bu Maria menunjuk Raymond
“Raymond, Bu” jawab Lana
“Raymond” panggil Bu Maria membuat Raymond langsung duduk menghadap Bu Maria
“Saya Bu” jawab Raymond panik
“Kenapa kamu bisa kenal Nala ?” tanya Bu Maria
“Nala tetangga saya dari kecil Bu” jawabnya mulai tenang
“Apa Nala benar-benar pintar ?” tanya Bu Maria lagi
“Iya Bu”
“Kenapa dia nggak angkat tangan pas Ibu suruh tadi buat jadi wakil ?”
Raymond hanya tersenyum tipis dan menggelengkan kepalanya takut salah ngomong lagi.
Nala dan Melani sudah selesai menulis jadwal piket di papan tulis “udah selesai Bu, silahkan Ibu koreksi lagi” ucap Melani
“Gimana ketua ?” tanya Bu Maria
Yang ditanya sempat kaget karena masih fokus membaca jadwal piket “udah pas Bu” jawabnya
Bu Maria berjalan ke depan kelas dan menyetujui hasil kerja Nala dan Melani.
Nala dan Melani kembali duduk lalu Melani mencatat jadwal piket tadi di buku tulisnya dulu sebelum Nala tulis di buku besar karena kini Nala sedang menuliskan struktur organisasi kelas.
Lana menatap Nala yang sedang serius menulis itu, kalau lagi anteng gini kan enak, iblisnya lagi pergi
Hari ini karena hari pertama sekolah, jadi tidak belajar dan sibuk mengurus segala keperluan kelas bersama wali kelas masing-masing.
..
Selesai jam istirahat, Bu Maria meninggalkan kelas dan membiarkan para pengurus barunya mengurus kelasnya hari ini.
Jovanka dan Miko menarik bangku untuk duduk di dekat teman-temannya. Nala masih sibuk menyalin jadwal piket dari buku Melani sementara Jovanka mulai panik karena ini kali pertamanya menjadi seorang bendahara.
“Gimana nih ? Gue mesti siapin apa aja ?” tanya Jovanka bingung
“Ambil buku lo” jawab Nala tanpa meninggalkan tugas negaranya
Dengan cepat Jovanka langsung mengambil buku tulis dan pulpennya di atas meja lalu langsung kembali duduk bersama teman-temannya.
“Udah Nal” lapornya
“Tanya Pak ketu lah, buat apa punya ketua kelas pinter kalau diem doang ?” sindir Nala ketus
“Hahahahaha.. Akur kek lo berdua” ledek Miko
“Ogah gue akur sama cewek judes kayak dia” protes Lana ketus
Nala sudah selesai dengan tugas negaranya, walaupun dia belum sempat menyalin daftar nama murid di buku absensi karena mau membantu tugas Jovanka.
“Lo nggak manggil wakil lo buat ikut rembukan ?” tanya Nala serius
“Gue udah ajak Nal, tapi dia nggak mau” jawab Jovanka
“Yang ditanya siapa yang jawab siapa” sindir Nala menggelengkan kepalanya
Lana bangun dari duduknya “gue ajak langsung” ucapnya dingin
Lana berjalan ke bangku Tiara yang sibuk mengobrol dengan teman-temannya lalu Lana kembali duduk tanpa Tiara “dia nggak mau, katanya disini rame”
“Dia pikir mau ngapain ? Jadi wakil nggak ada tanggung jawabnya banget” gerutu Nala ketus
Gawat kalau Nala sampai emosi, pikir Raymond.
Bagaimana tidak, sejak SMP dia bersekolah dan 1 kelas bersama Nala, belum lagi berteman sejak kecil di rumah walaupun seringkali adu mulut tapi hubungan mereka tidak benar-benar marah yang tentu saja Raymond tahu jelas bagaimana sifat Nala kalau sudah marah.
Kembali ke diskusi..
“Bu Maria bilang kalau pihak sekolah nggak sediain sapu dan sejenisnya, biasanya kita harus siapin taplak meja sama pot bunga plastik buat hiasan di atas meja guru” ucap Lana serius
“Saran gue mending dilapisin plastik apaan sih tuh namanya gue lupa buat meja guru terus di paku biar nggak repot-repot cuci taplaknya lagi, kalau kotor tinggal di lap pake kain basah, paling gantinya kalau robek aja” saran Melani
“Bener tuh Lan, dan saran gue kunci lemari lo aja yang pegang buat nyimpen barang-barang kelas” ucap Miko
“Jadi kira-kira apaan aja yang mesti kita beli ?” tanya Jovanka
“Lo catet aja apa yang tadi diomongin” ucap Nala
Miko membantu menyebutkan barang-barang yang harus mereka beli sendiri.
“Kita mau budgetin uang kas berapa nih Lan ?” tanya Jovanka lagi
“Eum.. Gimana kalau seminggu goceng ?” tanya Lana
“Boleh sih, nggak berat juga kan buat anak-anak, lagian sebulan lumayan juga dapetnya” ucap Raymond
“Tambahin denda juga nggak ya ?” tanya Melani
“Gimana Pak ketu ?” tanya Nala
Apaan sih si judes ini manggil gue kayak gitu, gerutu Lana.
“Contohnya denda apaan ?” tanya Lana
“Apa ?” tanya Melani yang tidak mendengar ucapan Lana karena kelas berisik
Sekali lagi Lana bertanya dan terpaksa Nala dan yang lainnya harus sedikit mendekat ke tengah meja agar terdengar namun diskusi makin tidak fokus karena keramaian kelas, sampai akhirnya..
Brak !!
..
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 137 Episodes
Comments