Seorang wanita cantik dengan body goals nya terbangun dari mimpi indahnya, karena merasakan tidak enak yang berasa dari perut. Ia melangkah menuju kamar mandi, mencoba memutahkan semua isi perut, tapi tidak ada sesuatu pun yang ia keluarkan, hanya cairan berwarna kuning yang terasa pahit. Ia jadi teringat ucapan kekasihnya beberapa hari yang lalu soal kehamilan dan ngidam.
Wanita itu keluar kamar mandi mencari sesuatu yang pernah ia beli tapi belum sempat di gunakan. Dengan perasaan campur aduk tidak karuan, ia mulai menggunkan alat tersebut. Mencelupkan sebagian alat itu ke dalam air urine yang telah ia kumpulkan sebelumnya. Menunggu dengan was-was, bahkan ia tidak berani menatap benda yang berada di hadapannya itu.
Setelah cukup lama mempertimbangkan, di buka apa tidak benda itu, ia pun memutuskan untuk melihat langsung benda tersebut.
DEG
Dadanya bergemuruh, matanya melotot dengan mulut yang menganga. Ia tidak menyangkan sesuatu yang ia takutkan terjadi juga. Ia positif hamil. Air matanya luruh tanpa permisi, sekuat tenaga ia memukul-mukul perut yang berisi janin dari lelaki lain, bukan calon suaminya.
Kakinya tak lagi kuat menopang tubuh rampinya, ia terduduk di depan wastafel kamar mandi. Menangis sejadi-jadinya. Menyesali perbuatan yang telah terjadi beberapa minggu yang lalu, ia khilaf benar waktu itu ia khilaf.
"Tuhan! Apa yang harus aku lakukan!" serunya dengan isak tangis.
"Aku tidak mungkin menjelaskan semuanya, dia pasti akan kecewa, apalagi besok adalah hari pernikahan kita," lirihnya, ia masih saja menangis, menumpahkan perasaan bersalah dan juga kecewa pada diri sendiri.
Lama Sherena duduk termenung di dalam kamar mandi, berbagai spekulasi yang muncul dari otaknya. Ya, wanita itu adalah Sherena si calon pengantin wanita yang rencananya akan melaksanakan pernikahan besok pagi. Ia bingung harus berbuat apa? Apakah ia harus lari dari kenyataan ini, atau ia harus menghadapinya? Pusing sendiri memikirkan keadaan tersebut. Hingga ketukan pintu dari luar kamarnya terdengar.
Tok
Tok
Tok
"Non, sarapan dulu sudah di tunggu sama yang lain," titah orang yang berada di luar kamar.
Sherena berdiri, lalu ia keluar dari kamar mandi menuju ke arah pintu. "Bik, sarapanku bawa ke kamar aja ya," titahnya tanpa membuka pintu kamar, ia tidak mau ada orang yang melihat wajah sembab serta mata bengkaknya saat ini.
"Baik Non," setelah itu tidak ada suara dari luar sana.
Sherena memutuskan untuk membersihkan tubuhnya terlebih dahulu, ia akan kembali memikirkan apa yang harus ia lakukan dengan keadaan yang seperti ini.
Tak lama ia keluar dari kamar mandi, ternyata sarapannya sudah ada di dalam kamar, karena sebelum masuk kamar mandi tadi ia lebih dulu membuka pintu kamar sedikit, supaya pembantunya bisa masuk.
Melihat makanan yang tersaji, tiba-tiba perutnya mual ia pun mengurungkan niatnya untuk menyantap makanan tersebut. Tapi jika tidak di makan, pasti orang tuanya akan khawatir, lalu ia berinisiatif membungkus sarapannya ke dalan kantong plastik, lalu membuangnya ke tempat sampah yang ada di dalam kamar. Setelah itu, ia meletakkan peralatan makan tadi di samping pintu luar kamar.
Merebahkan diri di atas ranjang, ia memikirkan apa yang harus ia lakukan saat ini, apakah ia haeus menggugurkan kandungannya, tapi tidak mungkin di lakukan dalan waktu yang singkat. Ia merubah rencananya lagi, jujur pada Farhan, rasanya tidak mungkin.
"Aaaakh!" teriaknya frustasi.
Lalu ia teringat dengan kartu nama yang di berikan oleh lelaki yang sudah merenggut kesuciannya saat itu. Tadinya ia tidak memperdulikan kartu tersebut, jadi ia lupa meletkkan kartu itu dimana. Mencari kesana kemari, ternyata kartu tersebut masih berada di dalam tasnya.
Menekan nomor ponsel yang ada di sana, dengan segera ia menghubungi orang tersebut. Orang di seberang sana langsung menjawab saat telfon tersambung.
"Gara-gara kamu hidupku jadi hancur!" terik Seheran, ia tidak bisa mengendalikan emosinya saat ini.
"Enggak, aku maunya nikah sama kekasihku! Mau aku gugurin anak ini!" teriaknya setelah mendengar jawaban orang di seberang sana.
"Oke, hanya sampai anak ini lahir, setelah itu jangan pernah ganggu aku." Sherena memutus panggilan telfon, ia menyetujui permintaan orang di seberang sana.
Ia terduduk lemas di sisi ranjang, air mata membasahi pipinya. Ia harus rela membuang jauh mimpinya menikah dengan orang yang sangat ia cintai, ia berharap jika kembali nanti sang kekasih mau menerimanya seperti dulu. Hanya itu yang ia harapkan di masa depan.
¤¤¤
Malam harinya, Sherena mondar-mandir di dalam kamar, ia sudah menemukan sebuah cara untuk keluar dari rumah. Tapi ia belum yakin jika rencananya bisa berhasil.
"Aku harus yakin, ini pasti akan berhasil," gumamnya, lalu ia melangkah keluar kamar, menuruni anak tangga menuju dapur. Terlihat gelap dan sepi, sepertinya pembantu pun sudah tertidur. Beberapa kerbat yang dari luar kota pun sepertinya sudah berada di dalam kamar mereka.
Sherena memulai aksinya, ia membuat tiga gelas kopi, memberi sedikit obat tidur di dalam kopi tersebut. Ia akan memberikan kopi itu pada penjaga di depan gerbang, karena ia tidak mungkin melewati penjaga dengan mulus jika tak melakukan itu. Ia bisa mendapatkan obat tidur dari pembantunya tadi siang, yang ia suruh untuk membeli obat itu dengan alasan supaya nanti malam bisa tidur dengan nyenyak, sungguh rencana yang sangat matang.
Membuat kopi telah selesai, ia kembali bimbang tapi kebimbangannya tak bertahan lama ketika mendapati seorang satpam masuk ke dapur.
"Pak, mau buat kopi ya?" tanya Sherena basa-basi.
"Eh Non ... iya Non," jawab satpam tersebut.
"Kebetulan banget Pak, aku sudah buatin kopi buat kalian bertiga." Sherena menunjuk tiga gelas kopi yang terletak diatas nampan.
"Makasih Non, merepotkan saja," timpalnya sungkan, "Tumben Non Rena buatin kopi buat kita?" tanyanya kemudian.
"Iya Pak, mulai besok aku kan udah enggak tinggal di sini, sesekali lah membuatkan kopi buat Pak satpam," tersenyum, karena aktingnya berhasil.
"Iya ya Non, yaudah Bapak bawa dulu kopinya ya," satpam itu melangkah mengambil nampan yang berisi kopi lalu ia bawa ke post satpam.
Setelah kepergian satpam tersebut, Sherena kembali ke kamar, ia akan memantau ke tiga satpamnya itu. Jika mereka sudah tertidur makan ia akan melancarkan aksinya keluar dari rumah.
Tak butuh waktu berjam-jam, obat tidur dosis tinggi yang ia berikan pada kopi satpam-satpamnya bekerja dengan baik. Terbukti ketiga satpam itu sudah tertidur di kursi masing-masing.
Sherena turun dari kamar dengan mengendap-endap. Ia menjinjing koper ukuran kecil yang isinya beberapa pakaian miliknya. Keluar rumah dengan terburu-buru karena takut orang rumah akan terbangun, ia tidak mempedulikan satpam-satpamnya yang tertidur pulas. Melewati ketiga satpam itu, lalu membuka gerbang yang sudah di gembok, untung saja kunci gembok berada di meja salah pos satpam.
Setelah gerbang terbuka, ia keluar dengan buru-buru, lalu menutup gerbang dengan hati-hati. Di luar gerbang sudah ada sebuah mobil yang menunggunya, siapa lagi jika bukan laki-laki yang menanam benih di perutnya. Mereka memang sengaja merencanakan itu semua, supaya Sherena bisa kabur dari rumah. Setelah ini, keduanya akan pergi ke luar negeri, karena lelaki itu memang tinggal di sana sebelumnya.
"Kita akan terbang malam ini juga, pakai jet pribadi saya," ucap lelaki yang duduk di sisi Sherena.
"Terserah," timpal Sherena cuek. Ia enggan berbicara dengan pria yang duduk di sampingnya, ia memilih untuk menyusun kata-kata yang akan ia kirim pada sang kekasih esok pagi.
Bersambung.......
Jangan lupa like dan komennya yah...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 100 Episodes
Comments
Qaisaa Nazarudin
Masih kepedean aja masih mau diterima lagi,udah rosak kel gitu,siapa juga yg mau..
2023-06-08
0
Qaisaa Nazarudin
Anaknya siapa tuh??
2023-06-08
0
Rusminisuyitno
kasihan sicakep farhan
2022-01-07
0