Meisya membantu Diana menyiapkan makan malam, Nisya dan adik-adiknya asyik menonton TV di ruang keluarga. Tampak Fatih menuruni anak tangga dan melangkah menuju dapur.
" Fatih bantu ya bun."
" jangan kak, Meisya aja yang bantu tante."
" nggak pa-pa, kak Fatih udah biasa kok."
" maksudnya, kak Fatih bisa masak?"
" bisa dong." jawabnya dengan bangga
" wah... bukan kah kak Fatih terlihat sempurna. wajah tampa, pintar, bisa masak pula semoga aku bisa memiliki suami seperti kak Fatih." batin Meisya sambil menatap punggung Fatih yang memotong sayur-sayuran.
" Sya...Meisya."
" iya tante." Meisya kaget dan menatap Diana, dengan salah tingkah.
" siapkan piring- piring."
" baik tante."
" apa kamu melamun sya?"
"emmm....nggak kak." bohongnya dengan masih salah tingkah.
" jangan-jangan kamu..." sambil menatap Meisya
" memangnya aku..aku kenapa kak." Meisya semakin gugup.
" lagi jatuh Cinta sama Arya."
" Arya, siapa dia?"
" murid Fatih di sekolah bun, tadi mereka kenalan, dan anehnya mereka langsung akrab."
" bagus dong, tapi jangan pacaran ya Sya."
" baik tante, Meisya janji."
" bukan mau membatasi kamu, tapi kamu punya cita-cita yang harus kamu gapai. jangan sampai pacaran, putus dan membuat kamu depresi dan akhirnya pelajaran kamu terganggu."
" iya tante, Meisya ingat dengan tujuan Meisya."
" bunda ko jadi serius sich."
" nggak ko kak Fatih, Meisya senang, kata mama kalau ada yang marah sama kita demi kebaikan kita, berarti kita masih disayang, masih ada yang peduli."
" hmm..bener banget." Diana membenarkan perkataan Meisya.
selesai menyiapkan makan malam, Diana memanggil anak-anaknya dan Sultan suaminya.
" ternyata kakak sangat telaten di dapur." ujar Meisya saat menata meja makan.
" itu hanya menjadi hobi."
" kalau aku sama sekali tidak bisa masak."
" kalau begitu carilah suami yang pintar masak, seperti kak Fatih "
" Aamiiin, semoga dapat jodoh yang pintar masak."
" Aamiiin." sambung Fatih.
"Amiiinn" sambung yang lain dan mengambil tempat duduk masing- masing. Mendengar itu Meisya menjadi malu, ternyata pembicaraan dengan Fatih terdengar.
" belajar dulu, masih terlalu mudah untuk mikirin suami" Sultan memperingati Meisya
" baik om."
" baik ayah." sambung Fatih
" kalau kamu, sudah bisa menikah." mendengar perkataan ayah, semua tersenyum
" aku masih mudah ayah, umurku baru 23 tahun."
" tapi kamu kan sudah mapan."
"Ayah... makan dulu, ntar lagi baru lanjut."
akhirnya mereka makan dengan tenang, Fatih juga merasa lega. Melihat keluarga Diana membuat Meisya kembali teringat akan keluarganya.
" makanan sangat banyak untuk sekali makan, bagaimana keluargaku di kampung, apa malam ini mereka hanya makan nasi putih yang disiram air, atau mungkin." memikirkan keluarganya membuat Meisya tidak berselera makan.
" ko makannya sedikit banget kak?" Nisya bertanya
" kakak udah kenyang."
" kamu terlihat kurus, makan yang banyak, jangan malu." sambung om Sultan
" aku benar-benar kenyang Om." Meisya menolak untuk menambah makanan.
Meisya membereskan meja makan dan mulai cuci piring. Walau Diana sudah memperingatinya besok pagi baru cuci piring. Meisya berharap Nisya akan membantunya, ternyata begitu selesai makan Nisya langsung masuk kamarnya.
Meisya berfikir mungkin Nisya tidak terbiasa membersihkan rumah di malam hari. Tapi dari hari ke hari sikap Nisya tidak pernah berubah Nisya memang tidak pernah membantu pekerjaan rumah. Ia hanya asyik dengan laptop, tidak tau apa yang ia lakukan dari pagi hingga malam
💕💕💕
Meisya kembali ke kamar dan menghempaskan badannya di atas kasur. Rumah tampak sudah sangat sepi Nisya dan adik-adiknya sudah di kamar, padahal Meisya ingin mengobrol dengan anak- anak Diana.
Meisya tidak bisa tidur, ia tampak sangat gelisah. karena benar- benar tidak bisa tidur Meisya membuka pintu kamar dan melangkah keluar, ia mendekati pintu kamar Nisya karena masih ada suara ribut dari kamar tersebut.
tok..tok..tok Meisya mengetuk pintu kamar Nisya.
" put, buka pintunya" Suara Nisya
pintu kamar terbuka, tampak Nisya dan Lavina baring di atas kasur dan menatap layar laptop di hadapan meraka.
" kakak belum tidur?" tanya Nisya
" kakak blom ngantuk"
" kakak mau ikutan nonton nggak?" sambung Nisya
" mang lagi nonton apa?" Meisya mendekati Nisya dan menatap layar laptop tersebut.
" ini drama korea kak, cowoknya ganteng banget." ujarnya dengan wajah yang sangat berseri-seri.
" hmmm... ganteng sich, tapi kakak nggak terlalu suka nonton."
" rugi bangeet sich kak, padahal oppa-oppa korea tu buat seger otak kalau lagi banyak masalah, yakin deh kak semua masalah akan sirna." ujar Nisya sambil mengeratkan pelukannya di bantal guling yang ia peluk sejak tadi.
" gimana kalau kita ke atas aja."
" boleh, aku bawa laptop, biar kita nonton di atas aja."
dengan cepat Nisya menyetujui permintaan Meisya, senyum Meisya merekah indah, ini pertama kalinya ia bisa melihat suasana malam hari dari gedung tinggi. Putri dan Lavina berlari menaiki anak tangga Nisya mengikuti langkah Meisya.
" wah.. ternyata banyak kamar disini."
" iya kak, mungkin nanti kamar kita akan di pindah ke sini, soalnya di bawah mau di jadikan kamar tamu."
" ini kamarnya kak Tazkia, sebelahnya kamar kak Riana sama Kak Rifka, di depan masih kosong."
" trus di lantai atas juga ada kamar?"
" iya kak, di atas juga ada tiga kamar, tapi satunya udah di pake sama Fatih."
"wah ..... aku benar- benar di atas gedung tinggi, dan menatap langit malam. ini benar- benar membuatku sangat senang." Meisya menatap kendaraan yang terus mondar - mandir di temani cahaya bulan yang sangat lembut.
Saat berumur 12 tahun Meisya pernah bermimpi bisa menatap langit dan kota malam hari sambil duduk-duduk santai di balkon. dan akhirnya keinginan itu menjadi kenyataan.
Meisya berharap semoga keinginan-keinginannya yang lain juga bisa menjadi kenyataan suatu hari nanti.
" kak kita sudah terlalu lama disini."
" iya kak, Vina juga udah ngantuk."
" ok kakak juga udah ngantuk."
Karena sudah puas dengan pemandangan malam Meisya juga mulai merasa mengantuk, ia akhirnya kembali ke kamar dan mengeluarkan buku kecil yang ia beli saat akan meninggalkan kota kelahirannya. Meisya berharap buku itu menjadi teman yang bisa mengisi cerita-cerita hidupnya.
selesai menulis Meisya menyimpan buku tersebut dalam laci meja belajar yang ada di sisi tempat tidurnya.
" ma..pak, aku berharap bisa menyelesaikan pendidikan dan bisa mengubah masalah ekonomi yang kita hadapi. Walau hanya rumah kecil dan warung kecil depan rumah menjadi tiang ekonomi yang mana mampu menopang dan mencukupi dalam keseharian kita agar mamak dan bapak tidak harus lagi mencari sesuap nasi dari orang-orang yang selalu meremehkan kita." batin Meisya dan tampak air mata kembali mengalir, ia memiringkan wajahnya dan berusaha agar segera tertidur, tapi air mata itu tetap saja mengalir membasahi bantal yang ia gunakan. ia kembali memukul mukul dadanya untuk menghilangkan rasa sesak di dadanya.
" kuatlah dan yakinlah, semua akan berubah" ucapnya lirih menghibur dirinya dan kembali menutup mata.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 61 Episodes
Comments
Ina Core
semangat mesya
2021-09-08
1