Nisya dan kedua adiknya sudah berjalan dengan mengendarai sepeda yang mereka kendarai masing-masing. Meisya menatap Fatih yang berjalan tepat sejajar di sampingnya. lelaki yang tepat di sampingnya itu tidak terlalu memperhatikannya, atau mungkin ia tidak ingin menggubris tatapan itu.
"kak.."
"hemmm..."
" maaf, jadi ganggu tidur kakak"
" ya nggak lah, kakak senang ko"
" tapi kayaknya tadi tante bangunin karna harus temanin aku mendaftar"
" nggak juga, sekalian kakak kerja, makanya bunda bangunin"
"oh... memang kakak nggak libur?"
" hemmm... kakak tahun ini yang bertugas menerima murid baru"
" ohhh... kalau gitu kakak antar sampai disini aja, biar aku urus sendiri pendaftarannya".
" hai Dir, udah lama"
" sekitar 40 menitan yang lalu, murid baru?" sambil menatap Meisya dengan senyuman
" iya, sepupu aku"
" Mei, masuk! silahkan duduk" melihat Meisya yang masih bingung, Fatih memberi penjelasan yang menghilangkan kebingungannya.
" Oiya... Kak Fatih kerja disini, dan sekarang kakak sama pak Dirga yang bertugas menerima murid baru"
mendengar penjelasan Fatih, Meisya menjadi sedikit lega, setidaknya ia tidak mengusik tidurnya di hari libur. Meisya duduk di depan Fatih dan menyelesaikan urusan administrasi dan mengisi formulir pendaftaran.
" mau langsung pulang?"
" kakak masih lama?"
" hemmm... jam 12 baru pulang"
" kalau gitu, aku liat-liat sekolah dulu" ujar Meisya beranjak dari duduknya dan berjalan keluar.
saat akan menuruni tangga ia berpapasan dengan seorang wanita separuh baya yang bertanya padanya.
" maaf nak, apa masih menerima murid baru"
" iy tante masih, silahkan tante" jawab Meisya sopan, setelah ibu itu hilang dari pandangannya Meisya kembali melanjutkan langkahnya.
Meisya berjalan mengitari sekitar sekolah. Terakhir ia berjalan menuju belakang sekolah, ada sebuah pohon yang cukup rindang menarik perhatian Meisya dan memutuskan untuk istrahat di bawah pohon tersebut.
" Mak, pak, aku sudah menyelesaikan pendaftaran ku. Aku bahkan sangat bahagia, uang yang ku tabung dari jualan jambu, mencuci dan menyetrika benar-benar membantu segala urusan sekolahku, ternyata usahaku tak sia-sia" . Air mata mengalir begitu deras melewati setiap inci pipi Meisya.
sambil memukul dadanya ia mencoba agar tidak mengeluarkan suara yang mungkin akan ada orang yang mendengar suara tangisnya.
" kamu bisa menangis, jika ingin menangis." sebuah suara dari balik pohon mengagetkan Meisya, spontan menghapus air mata dan menutup wajahnya.
" tenang aja di sini nggak bakalan ada yang datang, kan masih pada liburan." sambung orang tersebut.
" apa kamu murid baru?." Meisya hanya mengangguk mengiyakan pertanyaan tersebut.
" aku Arya kelas dua." perkenalannya tidak digubris oleh Meisya. Walau tidak ada respon dari lawan bicaranya itu, Arya terus bicara.
" apa kamu tau, kenapa ada air mata?." Meisya masih tetap diam
" kata mario teguh menangislah dalam deritamu jika kamu ingin menangis, karena air mata adalah do'a di saat engkau tak mampu berbicara ."
" so sekarang kamu bisa mengeluarkan air mata penderitaan itu dan bangkitlah kembali."
" terima kasih." dengan suara pelan
" ucapan itu kedengarannya tidak tulus." goda Arya
Meisya membalikan badannya menghadap Arya yang sejak awal ia terus membelakanginya.
tidak berani menatap wajah Arya, Meisya mengulurkan tangannya untuk memperkenalkan namanya.
" Meisya." melihat itu Arya tersenyum dan menyambut uluran tangan itu. ternyata wanita didepannya itu sangat polos.
" Arya." balasnya
" apa kamu tidak ingin menangis lagi, aku akan menemanimu
" nggak, aku udah nggak pa-pa kok."
"Itu bagus, karena aku juga bingung harus berkata apa lagi untuk menghiburmu"
" maaf dan terima kasih, pada hal ini pertama kalinya kita bertemu tapi..."
" nggak pa-pa, siapa tau pertemuan ini akan memiliki makna yang tersembunyi" Arya masih menggodanya.
" maksudnya?"
" hahaha... aku cuma bercanda"
Meisya mulai merasa nyaman dengan sikap yang Arya tunjukan padanya. Ia mulai bercerita tentang dari mana asalnya dan banyak hal tentang dirinya. begitu juga dengan Arya, mereka saling bertukar cerita dengan sangat ceria.
Arya menatap Meisya yang masih asyik berbicara,ia pun senang karena Meisya telah lupa akan kesedihannya.
" Sya... Meisya" Fatih memanggilnya
" aku harus pulang."
Meisya berdiri, Arya juga ikut berdiri saat melihat yang datang adalah Fatih.
" Assalamualaikum pak."
" waalaikumsalam Arya, ibu kamu udah pulang loh"
" iya, ibu pulang sama Aldo."
" tapi kayaknya tante nyari deh tadi."
" aku udah sms Aldo untuk pulang sama ibu."
" oh.. gitu, kalau gitu yuk kita pulang."
" kak, ini kan masih jam 11."
" hmmm... trus kenapa?." tanya Fatih
" em...nggak pa- pa, kayaknya tadi Meisya salah dengar deh kalau kak Fatih bilang pulangnya jam 12."
" kamu nggak salah dengar kok." jawab Fatih santai
" kalian saudara?" Arya menyela pembicaraan Meisya dan Fatih.
" Iya, kak Fatih sepupu aku."
" sepupu?" pertanyaan Arya hanya mendapatkan anggukan dari Meisya dengan senyum manisnya.
" kalian tinggal serumah."
" iya, kan tadi aku udah bilang, aku tinggal sama tante disini." mendengar itu Arya hanya mengangguk dan menatap ujung sepatunya. dan suasana menjadi hening, hingga tiba di gerbang sekolah.
" Mei...apa aku boleh minta nomor kamu"
" nomor apa?" balas Meisya
" nomor HP ".
" aku nggak punya HP ".
" beneran?? tapi kok bisa?"
" dia masih harus fokus sekolah, kalau mau ngomong sama Meisya, hubungi aja nomor bapak."
" beneran ni pak?" Arya tampak bahagia
" makasi pak, Aldo udah jemput, aku pulang dulu." pamit Arya dan berlalu pergi. Tapi langkahnya terhenti dan kembali menghampiri Meisya.
" ayo menjadi teman." ujar Arya sambil mengulur tangan untu bersalaman, tanpa berfikir panjang Meisya menyambut tangan Arya dengan senyum lebar
" baiklah." Melihat adegan romantis itu Fatih memilih untuk berjalan duluan.
Meisya mengejar Fatih yang belum terlalu jauh, langkahnya menjadi sejajar.
" kamu kelihatan bahagia sya." menatap wajah Meisya yang masih memasang senyum manisnya.
" aku senang, benar-benar senang, sekarang aku sudah punya teman, yang paling penting dia cakep banget " balas Meisya dengan senyum lebar.
" apa kamu menyukainya?".
" aku sangat suka" jawab Meisya
" baguslah, semoga kamu betah tinggal disini".
" hmmm... makasi kak."
" iya sama- sama."
Meisya juga berharap semoga kedepannya ia bisa menyelesaikan setiap masalah yang ia hadapi. dan cita-cita tertingginya yaitu dapat membuatkan rumah yang layak untuk di tinggali keluarganya di masa depan.
" semoga kamu menjadi orang yang sukses Meisya, belajarlah dengan penuh semangat, jika nanti ada masa kamu merasa gagal, ingatlah kegagalan adalah awal kesuksesan. Tapi pada saat gagal kamu putus asa, maka semua akan hancur. Kamu akan menjadi orang yang hanya bisa bermimpi tetapi tidak bisa menjadi orang yang meraih mimpi" pesan dari guru Meisya dan juga tetangga Meisya, sebelum ia meninggalkan rumah menuju pelabuhan saat itu. Nasehat itu menjadi kekuatan tersendiri untuk Meisya saat merasa ingin menyerah. Tetapi saat ingat kata-kata itu ia akan kembali semangat.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 61 Episodes
Comments
Ina Core
kejarlah cita2mu meisya jgn terlena.. hidup msh panjang
2021-09-08
1