Bab 4

Indah dan Arfan duduk bersebalahan kedua nya sudah seperti tersangka. Tiga orang pria paruh baya duduk di hadapan mereka. Dan warga yang mengelilingi ke lima orang itu. Arfan dan Indah diam karena mereka bingung dan tidak tau harus melakukan apa.

"Kalian ada ikatan saudara?" tanya kepala desa yang duduk di depan Arfan.

"Tidak Pak. Kami hanya teman" jawab Arfan.

"Itu ber-arti sudah pasti kalian juga bukan pasangan suami istri" kata Kepala desa itu.

"Bukan Pak. Dan kami sedang menunggu tumpangan karena mobil kami mogok" jawab Arfan.

"Bohong. Itu bukti nya. Mobil nya saya yang bawa kemari dan mobil itu sangat baik tidak ada kerusakan apa-apa" kata seorang pria tadi yang mengemudi mobil Arfan.

"Iya. Saya juga tadi naik di mobil mewah itu. Mobil bagus begitu di bilang rusak. Orang nya itu yang rusak" kata seorang pria yang tadi ikut menaiki mobil Arfan.

"Hey. Saya tidak bohong. Kamu tidak tau siapa saya?" tanya Arfan yang mulai emosi.

"Sudah-sudah. Jangan ribut lagi" kata kepala desa itu berusaha menenangkan kedua orang itu yang sedang ada keteganggan.

"Tapi kami memang tidak melakukan yang mereka tuduh kan Pak" kata Arfan. Arfan tetap lah Arfan manusia yang tidak mudah di tindas. Tapi seperti nya kali ini perlawanannya sia-sia karena warga itu pun tidak mengenali Arfan sama sekali.

"Kita selesai kan baik-baik" kata kepala desa itu lagi.

"Apa tadi kalian yang menemukan Neng dan Mas nya ini. Sedang melakukan hal yang tidak senono?" tanya kepala desa itu. Ia tidak ingin langsung mengambil keputusan tanpa ada nya bukti kebenaran.

"Ya pak. Kami lihat mereka berdua sedang berpelukan di dalam mobil di tengah hutan" kata seorang pria yang tadi ikut mengitip kaca mobil Arfan.

"Saya juga liat Pak" kata yang lain nya.

"Saya juga Pak" kata lainya lagi.

"Saya juga Pak" jawab seorang pria lagi sambil mengankat tangannya ke langit.

Tadi memang beberapa warga yang mendatangi rumah kepala desa itu sudah mengatakan kalau mereka menangkap pasangan mesum dan mereka sudah di bawa ke masjid. Karena memang biasa nya sering kali terjadi orang-orang dari kota melakukan perbuatan tidak senonoh di desa mereka. Dan mereka mengangap Indah dan Arfan juga begitu. Awalnya ingin kepantai tapi akhirnya mojok di tengah hutan.

"Pak. Kami benar-benar tidak melakukan hal yang di tuduhkan bapak-bapak ini" kata Arfan yang sudah sedikit putus asa.

"Mohon maaf nak. Bapak bukan tidak percaya dengan omongan mu. Tapi di sini warga yang sudah melihat dan menjadi saksi mata nya" kata kepala desa itu.

"Lalu kami harus bagai mana Pak?" tanya Arfan.

"Ada dua pilihannya Nak. Biasanya warga disini. Kalau pasangan itu tidak bersedia di nikahkan. Maka mereka akan mengarak keliling desa tanpa pakaian" kata kepala desa itu.

Indah hanya diam saja. Dan ia mulai takut tubuh nya semakin gemetar mendengar ucapan kepala desa itu.

Arfan diam dan melihat wajah-wajah warga yang mengelilingi mereka. Lalu pandangan Arfan jatuh pada Indah di samping nya. Mata wanita itu mulai berkaca-kaca sepertinya akan segera mengeluarkan cairan bening.

Huufp.

Arfan menarik napas nya dengan kasar. Ia tidak pernah bermimpi bisa mendapatkan hal buruk seperti ini.

"Aku memang ingin menikahi Indah. Tapi bukan begini cara nya" batin Arfan.

"Bagai mana. Nak?" tanya kepala desa itu.

"Indah. Semua terserah pada mu aku ikut saja" kata Arfan. Arfan ingin Indah yang memutuskannya ia tidak mau mengambil keputusan sendiri tanpa memikirkan perasaan Indah. Indah mengangguk dan meng-iya kan.

"Maksud nya bagai mana?" tanya Arfan.

"Ya sudah kita menikah saja" jawab Indah.

Ada rasa bahagia di hati Arfan tapi ada juga rasa sedih. Karena mereka menikah karena keadaan yang memaksa.

"Baik lah Pak kami setuju untuk menikah" jawab Arfan.

"Nama kalin siapa?"

"Saya Arfan dan teman saya Indah" jawab Arfan.

"Nak Indah. Apa nak Indah masih mempunyai Ayah. Atau keluarga lain nya?" tanya kepala desa itu.

"Iya pak. Saya masih punya Ayah" jawab Indah.

"Baik lah kalau begitu. Apa Ayah Nak Indah berada di kota atau di?" tanya kepala desa itu lagi.

"Ya Pak. Ayah ada di kota" jawab Indah.

"Baik" kata kepala desa itu.

"Apa bapak boleh meminta nomor ponsel nya. Karena bapak harus menghubungi beliau" kata kepala desa itu.

"Boleh pak. Tapi ponsel saya mati" jawab Indah.

"Di ponsel saya ada pak" jawab Arfan.

"Baik lah boleh saya pinjam ponsel nya" kata kepala desa itu.

Arfan memberikan ponselnya pada kepala desa itu. Setelah memberi tahu nama Ayah Indah yang tersimpan di dalam ponselnya. Dan setelah kepala desa itu berbicara selama 30 menit dengan Abdullah. Abdullah dan kepala desa itu memutuskan untuk menikahkan Indah dan Arfan.

Setelah dua jam menunggu dan waktu sudah menunjukan pukul tiga dini hari. Akhir nya Fatimah. Abdullah. Juga Hartono ayah dari Arfan sampai di desa itu.

"Assalamualaikum" Abdullah dan Hartono memberikan salam dan masuk ke masjid itu.

"Walaikumsallah" jawab mereka serempak.

Abdullah dan juga Hartono saling melepar senyuman entah apa yang tengah kedua orang tua itu pikirkan atas apa yang terjadi pada anak mereka.

Setelah Abdullah dan Hartono dan beberapa aparat desa berunding. Dan mereka memutuskan menikahkan Arfan dan Indah saat itu juga. Entah apa yang Abdullah dan Hartono pikirkan padahal kalau mereka membawa pulang Indah dan Arfan tanpa menikah pun kepada desa itu mengijinkan. Tapi Abdullah dan Hartono lebih memilih menikahkan kedua nya.

"Arfan kamu harus menikahi Indah" kata Hartono dengan tegas.

"Tapi Pah. Kita engga ngapa-ngapain" jawab Arfan.

"Arfan. Saya mohon jangan permalukan saya" kata Abdullah. Berpura-pura sedih.

"Baik lah kalau kalian menginginkannya" jawab Arfan sambil wajah nya memandang Indah.

"Indah kamu harus bersedia menikah dengan Nak Arfan" kata Fatimah.

Kali ini Fatimah juga ikut bicara. karena ia tau Arfan sangat tulus mencintai Indah. Dan Fatimah juga sudah merasa cocok bila Indah menikah dengan Arfan.

"Iya Bu" dengan berat hati Indah mengangguk.

"Baiklah. Karena wali dan saksi sudah ada. Dan bapak di samping saya adalah seorang penghulu di desa kami. Maka kita sepakat untuk menikah kan Indah dan Arfan. Namun mahar nya yang belum saya lihat" kata kepala desa itu.

"Ini maharnya Pak" Hartono memberikan sebuah kalung yang di titipkan oleh Istrinya. Karena Istrinya harus menjaga Rey yang tidak mau di tinggal dan Mira menitip kan kalung milik nya itu pada suami nya Hartono sebagai mahar Indah.

Terpopuler

Comments

Tiah Sutiah

Tiah Sutiah

kaya nya ini rencana para orang tua nya 😂

2022-01-15

0

Sunarty Narty

Sunarty Narty

🤣😂😂😂🤣🤣😂 persekongkolan orang tua..

2021-09-29

0

Sri Erna

Sri Erna

sepertiny smua rencana abdullah n hartono ayhny arfan ni..🤔

2021-07-29

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!