Chapter 4 # TES YANG GAGAL #

" Rei bangun! Bukankah hari ini kau ada tes untuk memasuki akademi ksatria? " teriak paman Sigurd dari luar kamar Rei.

Rei yang mendengar teriakan pamanya langsung membuka mata perlahan, ia melihat kearah jendela dan ternyata matahari sudah terbit.

" Tes? Hari ini?? Aku lupaaaaaaa! " Rei terkejut dan langsung berlari menuju kamar mandi.

" Hhhhh dasar kau ini. Aku sudah siapkan makananmu di kedai, " ujar paman Sigurd.

" Baik paman, " Rei langsung masuk ke kamar mandi.

Setelah selesai mandi, ganti baju, dan memakan makanan yang di siapkan di kedai, Rei langsung berangkat menuju akademi.

***

Saat tiba di akademi, ia melihat banyak sekali calon-calon ksatria pedang maupun ksatria sihir yang memakai baju zirah berwarna putih merah. Selain itu, Rei juga melihat ada 4 permaisuri kerajaan yang sepertinya membimbing para calon-calon ksatria itu.

Ketika sedang asik melihat-lihat, tak sengaja Rei berpapasan dengan raja Edi yang memakai baju zirah.

" Kau pemuda kemarin? " ucap raja Edi melihat tajam kearah Rei.

Rei yang terkejut langsung berlutut dan menjawab, " Ya yang mulia, saya datang kesini untuk mengikuti tes. "

" Pendaftaran para calon ksatria tahun ini berbeda, karena kita sebentar lagi akan berperang jadi pemilihan di lakukan secara ketat tanpa pembelajaran. Hanya orang-orang yang berbakat saja yang akan masuk dan akan di latih selama 1 minggu, lalu akan di berangkatkan berperang, " ucap raja Edi.

" A–apa 1 minggu? Bukankah seharusnya 6 bulan pendidikan disini? " tanya Rei yang terkejut mendengar perkataan raja Edi.

" Sudah kubilangkan, sebentar lagi kita akan berperang. Karena itu para calon ksatria baru akan di lihat bakatnya dari cara mereka bertarung, memakai sihir, dan kepintaran dalam strategi. Selain itu sebagai penentuan, mereka harus menyentuh batu sihir untuk melihat status mereka, " jelas raja Edi.

" Mohon maaf atas kelancangan saya yang mulia, " ucap Rei.

" Tak apa, sekarang pergilah ke aula akademi ksatria berpedang. Namamu sudah ku daftarkan kemarin, tinggal menunggu panggilan saja. Tunjukan kemampuan berpedangmu dan kepintaranmu disana. Kalau begitu aku pergi dulu, " ujar raja Edi yang langsung pergi menuju istana.

Rei yang terkejut dengan kata-kata raja Edi menjadi takut. Ia takut tidak lolos tes ini karena kemampuan berpedangnya yang sangat jelek walaupun ia punya fisik yang bagus.

Namun apa mau di kata lagi, Rei sudah jauh-jauh datang kesini setidaknya ia ingin berusaha dengan kemampuannya semaksimal mungkin.

***

Tepat setelah sampai aula akademi, nama Rei langsung di panggil. Di tes pertama, Rei harus bisa menang melawan 50 prajurit biasa Uxolo menggunakan pedang kayu. Dan ya, sesuai dugaan Rei hanya bisa menumbangkan 5 prajurit saja.

Di tes kedua, calon ksatria berpedang harus bisa menggunakan sihir pelacak. Dan di tes kedua ini Rei berhasil melakukanya dengan baik.

Dan tes ketiga adalah tes penentu, dimana calon ksatria harus pandai memainkan strategi dalam berperang.  Tes ini berbentuk tes tulis dan nilai yang di dapat Rei adalah 0.

3 tes tadi berlangsung lama hingga senja tiba. Dan inilah penentunya, dimana seluruh calon ksatria sihir maupun ksatria berpedang wajib menyentuh batu sihir untuk melihat status mereka dan sebagai pertimbangan apakah mereka cocok atau tidak untuk menjadi ksatria tingkat 1.

Ada 5 batu sihir yang di barisan di aula dan di tunggu oleh para ksatria sihir kerajaan. Satu persatu para calon ksatria menyentuh batu itu dan ada yang bahagia, ada yang sedih bahkan ada yang sampai jatuh pingsan saat mereka melihat status kemampuan mereka.

Dan tibalah saatnya Rei menyentuh batu itu. Kebetulan penunggu batu sihir yang hendak di sentuh Rei adalah ksatria sihir Bunni yang merupakan pengawal ratu Mila.

" Kau pemuda kemarin? " tanya Bunni yang tak asing melihat wajah Rei.

" I–iya, " Rei menjawab dengan gugup dan sedikit takut.

" Hmmm..., Baiklah letakkan tangan kananmu diatas batu ini selama 5 detik, " ucap Bunni.

Rei dengan tangan yang dingin langsung meletakkan tangan kanannya pada batu sihir itu. Dan batu sihir itu seketika bersinar redup.

" Baiklah sudah, biar kulihat dulu statusmu, " ucap Bunni sambil mengangkat tangan Rei. Bunni langsung melihat status Rei dengan teliti.

" Eh ini? " Bunni terkejut melihat status Rei.

" A–ada yang salah kah dengan statusku? " tanya Rei.

" Fisikmu dan daya tahan tubuhmu memang kuat, tetapi kemampuan berpedangmu sangat jelek sekali. Selain itu aku sempat terkejut karena kau mempunyai kemampuan sihir tingkat 2. Tetapi, dengan kemampuanmu sekarang sepertinya kau belum bisa masuk ke akademi ksatria. Aku merekomendasikan mu untuk menjadi tentara cadangan kerajaan, " jawab Bunni.

" Apaaaaa? Ca–cadangan?? Hhhhh..., Aku jauh-jauh kesini untuk menjadi ksatria tetapi kenapa malah jadi tentara cadangan, " keluh Rei dengan rasa kecewa yang amat tinggi.

" Kau datang kesini saat kerajaan hendak berperang. Jelas tak ada waktu untuk mendidik ksatria baru selama 6 bulan. Karena itu dibutuhkan orang-orang dengan bakat hebat untuk menjadi ksatria tingkat 1 selama 1 minggu pendidikan, " jelas Bunni.

" Hhhhh aku harus bagaimana sekarang, " keluh Rei.

" Hhhhh kau pikir untuk menjadi ksatria harus masuk akademi ksatria saja? Kau juga bisa menjadi ksatria saat menjadi tentara cadangan maupun tentara utama, " ucap Bunni.

" Ha? Bagaimana caranya? " tanya Rei yang mulai bersemangat kembali.

" Saat ini kerajaan akan mulai berperang. Karena itu jika kau mau menjadi tentara cadangan, kau akan langsung masuk ke divisi salah satu permaisuri kerajaan. Divisi permaisuri ini akan maju di garis depan saat perang nanti. Di divisi permaisuri ada banyak sekali para guru-guru dan senior-senior ksatria berpedang dan sihir. Disitulah tunjukkan seluruh kemampuanmu agar para guru-guru itu melirikmu dan merekomendasikanmu sebagai ksatria, " jelas Bunni.

Mendengar penjelasan Bunni, Rei yang awalnya kecewa berat langsung bersemangat lagi.

" Baiklah! Akan ku tunjukkan kemampuanku di Medan perang! Aku akan masuk tentara cadangan! " teriak Rei dengan semangat.

" Pergilah menuju markas prajurit Uxolo di belakang akademi ini, dan ambil kertas ini, " Bunni memberikan sebuah kertas.

" Kertas apa ini? " tanya Rei.

" Ini kertas perekomendasianmu sebagai tentara cadangan, " jawab Bunni.

" Oh ya, kenapa hanya tentara cadangan di divisi permaisuri? Memangnya tentara utama dimana? " tanya Rei lagi.

" Mereka terbagi menjadi 9 divisi dan di pimpin langsung 9 raja Uxolo, " jawab Bunni.

" Begitukah, kalau begitu terimakasih atas bantuan anda nona ksatria sihir, " Rei langsung berlari menuju markas pasukan Uxolo.

***

Rei terkagum saat melihat markas pasukan Uxolo yang ternyata tak kalah besar dengan akademi militer Uxolo. Di markas ini juga berkibar bendera-bendera berlambang senjata-senjata seperti panah untuk pasukan pemanah, pedang untuk pasukan berpedang, dan tombak untuk pasukan tombak.

Rei juga melihat orang-orang tanpa baju besi kerajaan dan membawa kertas berjalan masuk kedalam markas. Dan ternyata di dalam markas sudah ada beberapa prajurit kerajaan yang mengambil kertas-kertas rekomendasi itu.

Antrian di markas sangat lama hingga larut malam masih terus banyak orang berdatangan. Dan kini tibalah saatnya Rei menyerahkan kertas itu.

" Selamat malam, boleh ku minta kertas rekomendasimu? " tanya prajurit yang duduk di depan Rei.

Rei langsung menyerahkan kertasnya dan tanpa banyak bicara, tiba-tiba Rei di berikan kertas lagi dan sekantong uang.

" Eh? Uang dan kertas ini untuk apa? " tanya Rei.

" Setelah dari sini pergilah menuju gedung ksatria kerajaan, itu tempatnya di gedung sebelah kanan. Berikan kertas ini pada para ksatria yang akan mendatamu disana dan uang ini adalah ucapan kerajaan bagi para prajurit baru. Semoga kau mendapatkan divisi yang mudah, " jelas prajurit itu.

Rei pun langsung pergi ke gedung ksatria setelah mengambil uang dan kertas itu.

***

Saat tiba di gedung itu, ia melihat ada Yuko, Ryuro, dan puluhan jendral yang sibuk mendata para tentara cadangan baru.

Awalnya Rei hendak pergi ke meja Yuko. Tetapi karena antri yang panjang, akhirnya Rei menuju meja Ryuro yang sepi.

" Kau gagal kah?? " tanya Ryuro melihat Rei memberikan kertas padanya.

" Ya begitulah, " jawab Rei.

" Tak apa. Kalau kau berjuang keras saat berperang nanti, kau bisa jadi ksatria juga, " ucap Ryuro sambil membaca kertas Rei.

" Aku tau itu, karena itulah aku mendaftar sebagai tentara cadangan, " balas Rei dengan optimis.

" Hhhh, semoga semangatmu tak goyah. Ini kau masuk di divisi 1 yang akan berperang di garis paling depan sendiri, dan semoga kau tidak kabur, " ujar Ryuro yang menghela nafas panjang.

" Aku tak akan gentar walau di garis depan! " jawab Rei yang masih optimis.

" Hhhhh bukan itu maksudku, paman Lazu kau masih disana? " teriak Ryuro yang menolehkan kepala kebelakang.

Setelah teriakan Ryuro, muncullah laki-laki tua berjenggot dan berambut putih serta berzirah putih hitam muncul dari dalam ruangan.

" Siapa dia? " tanya Rei pada Ryuro.

" Dia wakil kedua divisi 1, wakil pertamanya adalah kapten Yuko. Berhubung kapten Yuko sibuk, kau akan diantarkan paman Lazu ke tempat divisi 1, " jelas Ryuro.

" Yo bocah, sudah siap masuk neraka? Semoga kau tidak kabur, " sapa jendral tua Lazu.

" Aku tak tau apa yang kalian maksud. Kenapa aku harus kabur? " Rei bertanya-tanya karena Ryuro juga mengatakan hal sama yang di katakan jendral Lazu.

" Kau akan tau sendiri, ikut aku sekarang, " Lazu menarik tangan Rei dan mengajaknya menuju tempat divisi 1.

***

Rei dan Lazu pun sampai di tempat divisi 1. Rei kebingungan saat melihat

Divisi 1 sepi bahkan tak ada orang lain selain dia dan Lazu.

" Paman, kenapa sepi sekali? " tanya Rei.

" Mungkin semuanya kabur, " jawab Lazu mengalihkan pandangan.

" Kabur? Memangnya ada ap–? " belum selesai Rei bicara, dari dalam gedung tempat divisi 1 muncul seorang wanita memakai zirah putih hitam.

" Hmmm masih ada ternyata, " ujar wanita itu.

Rei hanya diam dan terkejut karena wanita itu tidak asing baginya. Ya, Rei melihat wanita itu kemarin duduk di singgasana yang berada di bawah singgasana para raja Uxolo.

" Karena semangatnya luar biasa, jadi sepertinya cocok untuk divisi ini, " jawab Lazu menggaruk kepala.

" Perkenalkan aku adalah permaisuri raja Shu, sekaligus ksatria pedang tingkat 4 dan ketua divisi 1 Liliana. Kau bisa memanggilku Lilia, " wanita itu memperkenalkan dirinya dengan sopan.

" Na–nama saya Rei, saya prajurit cadangan Uxolo yang baru saja mendaftar, " balas Rei.

" Baiklah, ini ambil. Aku akan melatihmu sekarang juga, " Lilia melempar sebuah pedang pada Rei.

" Sekarang? Malam ini? " Rei terkejut karena di malam seperti ini dia diajak berlatih.

" Itulah kenapa aku bilang jangan kabur anak muda. Ini masih awalan dan kalau kau tak sanggup kabur saja. Tetapi kalau kau ingin menjadi ksatria, ini jalanmu satu-satunya, " ujar Lazu sambil menepuk pundak Rei.

Tanpa membalas perkataan Lazu, Rei langsung mengambil pedang itu dan menodongkan kearah Lilia.

Lilia sendiri langsung mengambil pedangnya dari sarung pedang yang berada di pinggangnya.

" Kuda-kudamu bagus, sekarang majulah! " Lilia menodongkan pedangnya.

Tanpa pikir panjang Rei langsung menyerang membabi buta. Seranganya tak beraturan dan bisa di baca dengan mudah oleh Lilia.

" Jelek sekali seni berpedangmu, " ejek Lilia.

" Cih! Aku baru mulai! Fire ball! " Rei berteriak dan mengeluarkan sihir bola api dari tangan kirinya.

Lilia sempat terkejut tapi dengan mudah dia langsung memotong sihir Rei.

...Sriing..., Jraak...! Jraak...! Jrak!...

Hanya dengan sekali gerakan maju, Lilia menggores pipi,lengan, dan kaki Rei dengan pedangnya.

" Aaaaargh...! " teriak Rei kesakitan sambil memegang pipinya.

" Hhhhhh..., Itu hanya goresan ringan.  Tak perlu kau menangis, kau tak akan mati hanya dengan goresan seperti itu. Kau punya bakat mengendalikan sihir tingkat 2 tetapi mentalmu lemah. Dan sekarang aku akan menguatkan mentalmu, sekarang angkat pedangmu lagi dan serang aku! Malam ini juga kau harus bisa menguatkan mental mu itu! " ucap Lilia.

" Ba–baik! Mohon bantuannya! " Rei pun langsung mengambil pedangnya lagi dan menyerang Lilia.

***

Lilia terus melatih Rei hingga tengah malam. Rei dengan tubuh penuh goresan pedang dan darah bercucur di seluruh tubuhnya terus dan terus menyerang Lilia walau seranganya tak ada yang mengenai Lilia. Akan tetapi, apa yang di lakukan Lilia mulai membuahkan hasil. Walau Rei meneteskan air mata berkali-kali karena goresan-goresan itu, tetapi dia tetap berdiri dan bisa terus menyerang.

" Cukup! Tak kusangka walau kau cengeng tetapi kau berhasil melawan sifatmu itu dan menahan goresan pedangku di seluruh tubuhmu itu. Obati lukamu dengan ini dan setelah ini ikut aku ke istana, " Lilia menancapkan pedangnya dan melemparkan sebotol air serta perban dan beberapa obat kepada Rei.

Rei dengan nafas terengas-***** sambil menahan rasa sakit dan stamina yang tinggal sedikit tak bisa berkata apa-apa. Ia langsung meminum airnya dan mengobati lukanya sendiri dengan perban dan obat-obatan yang di berikan Lilia.

Setelah ia memerban bagian luka yang sedikit dalam, Rei langsung menghampiri Lilia lagi yang sedang duduk memandangi bulan tengah malam.

" Sa–saya sudah mengobati luka saya yang mulia, " ujar Rei berlutut pada Lilia.

" Tak perlu memanggilku yang mulia, panggil saja Lilia, " jawab Lilia menengok kearah Rei.

" Baik nona Lilia. Lalu apa yang harus saya lakukan sekarang? " tanya Rei.

" Malam ini kau akan menjadi pengawal pribadiku. Kau harus mengawalku dan tak boleh tidur sampai aku menyatakan tugasmu selesai, " jawab Lilia tersenyum manis pada Rei.

" A–apa? Tetapi nona dengan bekas luka ini dan kegiatan seharian ini membuatku lelah, " Rei terkejut karena tugas tak masuk akal Lilia.

" Kau ingin menjadi ksatria bukan? Aku sudah mendengarnya dari paman Lazu, dan sekarang ku berikan kesempatan padamu untuk menjadi ksatria. Seorang ksatria harus mengawal pemimpinya walaupun nyawanya harus melayang, " jelas Lilia.

Rei yang sedikit terkejut dengan cerita Lilia langsung terbakar kembali semangatnya dan menyetujui tugas Lilia.

" Ba–baiklah nona Lilia aku akan berusaha! " jawab Rei dengan tegas.

" Kalau begitu mari kita ke istana, " Lilia berdiri dan berjalan menuju istana.

" Tu–tunggu nona, dengan penampilanku seperti ini tak mungkin aku bisa masuk istana, " ujar Rei.

" Tenang saja. Asal kau terus berada di belakangku, seluruh penghuni istana pasti membiarkanmu, " jawab Lilia sambil berjalan.

Rei pun langsung berdiri dan berjalan di belakang Lilia menuju istana.

***

Sampai di istana, benar saja apa yang di katakan Lilia. Tak ada satupun yang mempertanyakan tentang Rei selagi ia berada di belakang Lilia.

" Nona, boleh aku tanya sesuatu? " ucap Rei.

" Silahkan, " balas Lilia.

" Mengapa di divisi nona sepi sekali, tak ada tentara cadangan yang baru ikut berlatih denganku? " tanya Rei.

" Mereka tak kuat dengan latihan yang ku berikan. Yang masuk divisiku harus orang-orang dengan semangat juang tinggi bukan anak manja yang tergores sedikit lalu kabur. Aku sempat terkejut saat kau masih bisa bertahan, ku fikir kau akan kabur juga, " jawab Lilia.

" Aku dengar-dengar divisi nona berada di garis depan. La–lalu bagaimana nona bisa berperang jika tak ada prajurit sama sekali di divisi nona? " tanya Rei lagi.

" Divisiku diisi oleh 10.000 pasukan utama dibawah pimpinan Yuko dan paman Lazu. Dan jika kau bertanya mengapa aku masih merekrut tentara cadangan, alasanya karena aku ingin mencari ksatria baru. Selama aku menjadi ketua divisi satu hanya 1 orang yang berhasil lolos dari latihan ku yaitu Yuko, " jelas Lilia.

" Apa? Nona Yuko? " Rei terkejut mendengarnya.

" Ya. Dan saat aku melatihmu tadi, aku juga seperti nostalgia saat aku melatih Yuko. Yuko sendiri baru 2 tahun ini menjabat sebagai ksatria tingkat 4 dan bahkan menjadi pengawal khusus ratu Mila. Dia adalah ksatria paling berbakat saat ini. Diumurnya yang lebih muda 3 tahun dariku, dia berhasil menjadi ksatria pedang yang tingkatannya sama denganku, " ujar Lilia.

Rei kagum mendengar bahwa Yuko adalah orang sehebat itu. Karena yang Rei ketahui saat bertemu Yuko, ia sama seperti gadis biasa pada umumnya yang polos walaupun memang kemampuan pedang Yuko sangat hebat.

***

Saat memasuki Aula kerajaan, Rei melihat ada 3 Raja Uxolo duduk di singgasana sedang berdiskusi dan salah satunya adalah ratu Mila.

Lilia dan Rei tetapi terus jalan maju melewati singgasana para permaisuri dan saat hendak melewati singgasana para raja Uxolo, tiba-tiba pedang Candrakirana yang menancap di depan singgasana bersinar terang.

Rei, Lilia, dan 3 raja yang di tempat terkejut karena baru pertama kali ini pedang Candrakirana yang sudah berkarat tiba-tiba bersinar seperti itu.  Sinar yang di pancarkan pedang itu tak lama, hanya beberapa detik saja. Dan setelah fenomena itu, seluruh kerajaan mulai heboh. Ratu Mila dan ratu Dian juga langsung pergi ke kuil 3 Dewi untuk meminta petunjuk tentang fenomena itu.

Sedangkan Rei dan Lilia terus berjalan masuk kedalam istana yang luas itu. Saat naik ke lantai 2, Lilia telah sampai di kamarnya.

" Rei malam ini kau berjaga di depan pintu ini, sekali kau ketiduran maka kuanggap gagal dan kertas rekomendasiin sebagai tentara cadangan akan ku batalkan, " ujar Lilia.

" Ba–baik nona, " ucap Rei.

Tak berselang lama, dari lantai 3 kerajaan muncul 3 orang raja Uxolo yang memakai jubah hitam dan dengan kepala di tutup menggunakan penutup kepala jubah hingga wajah para raja tak terlihat dan salah satunya adalah raja Shu. Saat di lantai 2 ia langsung menuju kamar tempat Volet berdiri di depan kamarnya.

" Inikah anggota barumu? " ujar raja Shu pada Lilia sambil berjalan mendekatinya.

" Ya begitulah, setelah 2 tahun lamanya akhirnya ada yang sanggup sampai sini, " jawab Lilia.

" Ughuk..., Ughuk..., Hmmh semoga orang yang kau bawa kali ini sama seperti 2 tahun lalu, " ucap raja Shu dengan suara lemah berjalan melewati Rei.

Rei yang mendengar suara raja Shu langsung bertanya-tanya apakah raja Shu sakit. Tetapi ia tak bisa menanyakanya karena itu bukan urusan rakyat jelata sepertinya.

" Kau memaksakan diri lagi, istirahatlah malam ini sampai besok siang. Biarkan raja Nano dan raja Rafy yang menggantikan tugasmu besok, " Lilia membuka pintu kamarnya dan raja Shu langsung masuk ke dalam tanpa bicara apa-apa.

" Rei ingat! Kau harus berjaga disini. Sekali kau tidur kau tau sendirikan apa yang akan terjadi, " tegas Lilia pada Rei.

" Ba–baik nona! " jawab Rei dengan tegas.

Setelah jawaban Rei, Lilia langsung masuk ke kamar. Sedangkan Rei dengan tubuh penuh luka dan hanya di balut perban seadanya terus menahan rasa sakit dan kantuk untuk terus berjaga.

Saat Rei mengantuk dan hendak tidur, ia selalu di bantu oleh prajurit penjaga dan pelayan kerajaan yang menampar wajahnya dan mencubit tanganya. Para prajurit dan pelayan kerajaan seakan sudah mengetahui tugas dari Rei dan apa yang Rei dapatkan ketika ia tertidur.

To be Continue...

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!