Davina langsung mendorong Raka agar menciptakan jarak di antara mereka.
"Apa-apaan kamu, Ka!" maki Davina sambil memegang pipinya, tempat Raka mendaratkan bibirnya tadi.
"Akuin aja! You love it, Devni sayang." Raka mengerling.
“Berani-beraninya kamu manggil aku sayang!!! Berani-beraninya kamu nyium aku!!! Berani-beraninya kamu ngomong semua ini sekarang!!!” Davina lanjut memukuli Raka.
Raka menangkap tangan Davina, “Aku harus begini, biar kamu gak lupa sama perasaan kamu, biar kamu ngerti perasaanku.”
Davina cepat-cepat menghempaskan tangan Raka, “Bodo amat sama perasaan kamu! Yang penting sekarang itu cuma Niko. Dia satu-satunya orang yang pengen aku bahagiain."
“Ya, ya, ya. Kayak aku percaya aja!” Raka menggedikkan bahu.
Davina lelah berdebat dengan Raka, maka dia segera mengatakan keinginannya saja.
“Aku harap kamu kesini mau membicarakan persetujuan kamu atas pernikahanku dengan Niko. Kamu kan tahu aku daridulu pengen dinikahkan Pendeta Jefri, tapi dia gak bakal bisa melakukan pemberkatan nikah lagi kalau kamu masih belum muncul juga untuk bilang kamu setuju!" Dia melotot pada Raka.
Laki-laki itu mencibir, "Kata orang boleh bermimpi, Devni. Tapi jangan ketinggian dan gak masuk akal kayak gini juga."
Davina merengut. Raka selalu merasa gemas dengan ekpresi wanita ini saat sedang marah. Betapa dia harus menahan keinginannya untuk melepaskan kerutan-kerutan di dahi wanita itu dengan kecupan kecil. Tapi dia merasa sudah cukup hari ini mengetes reaksi tubuh Davina terhadap sentuhannya. Wanita itu masih menyambut, masih menyukai setiap kejahilannya. Masih ada hari esok untuk melakukannya lagi.
"Jadi mau apa kamu kesini?"
"Mau dibilang berapa kali sih? Aku bakal ada terus untuk dapetin kamu lagi."
“Omong kosong! Kamu selalu penuh omong kosong seperti ini, Ka!”
Raka menangkupkan tangannya di pipi Davina.
“Kali ini enggak, Devni.”
Tapi Davina tidak akan terbuai lagi dengan semua janji Raka dia cepat-cepat menghempaskan kedua tangan Raka dari pipinya.
“Udah cukup, Ka! Aku bukan lagi salah satu dari permainan kamu.”
Raka menggeleng, “You’ve never been one of the game.”
Davina harus menahan diri untuk tidak tertawa keras-keras karena ucapan Raka barusan. Dia tidak pernah menjadi salah satu permainan Raka?
Jadi, kejadian dua tahun lalu apa namanya kalau dia bukan sekedar permainan untuk Raka?
‘Dasar iblis tidak punya hati!’ maki Davina dalam hati.
Tapi dia terlalu lelah, dia kehilangan tenaga untuk mengucapkan sumpah serapahnya pada laki-laki itu.
"Waktu kamu masuk ke ruangan ini, kamu ketemu sama orang lain, Ka? Gak cukup kamu ngerusak pernikahan aku, sekarang kamu juga pengen aku tambah digosipin sama orang-orang?"
"Gak ada yang lihat aku, Devni."
"Pembohong!"
"Aku selalu punya cara untuk nemuin kamu. Selalu, dari dulu."
Pikiran Davina secara acak kembali kepada kejadian saat mereka masih kanak-kanak. Bermain petak umpet dengan Raka tidak pernah jadi favorit Davina, karena laki-laki itu selalu bisa menebak dimana kira-kira Davina bersembunyi. Bahkan jika Davina menemukan sebuah tempat persembunyian paling baru sekalipun, laki-laki itu tetap bisa menemukannya. Dulu Davina merasa ini adalah ikatan spesial antara mereka. Tapi sekarang? Cuih! Bodo amat dengan ikatan spesial, dia hanya ingin dicintai secara hebat oleh pria yang pantas, yang punya perasaan jauh lebih besar dari perasaannya sendiri. Jadi, tidak akan ada kemungkinan untuk laki-laki itu dapat menyakitinya.
“Kamu yang pergi atau aku yang pergi?” tanya Davina, dengan nada kelewat lelah.
“Aku bakal pergi kalau kamu mau nyium aku.” Raka tersenyum miring.
Davina melotot, tidak percaya dengan pendengarannya sendiri. Dia tahu Raka brengsek, tapi tidak menyangka dia akan kelewat batas seperti ini!
“Aku pengen kamu sadar sama perasaan kamu. Nyium aku itu salah satu caranya, Devni."
“Elraka Aditya!” Davina mengingatkan.
“Davina Elisabeth Mahardhika.” Raka menyeringai saat menyebutkan nama lengkap Davina.
Raka memang playboy terlatih sejak dulu. Dengan otak pintarnya, dia bisa menghapal setiap sikapnya yang dusukai oleh Davina. Salah satunya ini. Davina tidak hanya suka dipanggil dengan sebutan Devni, tapi dia juga suka saat Raka menyebutkan nama lengkapnya.
Davina menyerah. Dia tahu tidak akan pernah menang dari Raka. Dia yang harus segera pergi dari laki-laki ini, demi kebaikannya sendiri, demi hubungannya dengan Nikolas.
“Oke, kalau gitu aku yang pergi.” Davina segera memunguti seluruh barang-barangnya. Setelah itu dia berjalan cepat keluar ruangan.
Tapi, Raka malah memilih duduk di lantai ruangan itu sambil menatap kepergian Davina.
Sebelum menutup pintu, Davina melirik sekilas ke arah Raka, "Mama Nay sama Papa Azel panik banget nyariin kamu seminggu ini. Harusnya, kamu bisa tetep ngabarin mereka, bukannya secara egois menghilang kayak gini."
Raka menggeleng, "Kalau aku pulang, aku bakal dipaksa buat setuju sama pernikahan kamu. Aku gak mau itu terjadi."
"Kak Rara juga nyariin kamu."
Raka sejenak terlihat goyah. Dia bisa mengabaikan kedua orangtuanya, tapi tidak saudara perempuannya itu.
"Bilang Kak Rara aku baik-baik aja."
Davina menggeleng, "Kamu bilang aja sendiri."
Raka tersenyum. Dia tahu Davina juga mencintai Rara sama besarnya seperti dia mencintai kakaknya itu.
"Aku tahu kamu bakal nyampaiin kata-kataku tadi ke Kak Rara."
"How much I hate you now, Raka!"
"But, I love you!"
Davina menggeram. Baru sekarang laki-laki itu mengakuinya? Setelah semua jungkir balik dan airmata yang dia keluarkan untuknya selama ini... Setelah semua usaha yang selalu Raka sia-siakan... Setelah malam-malam kelam tanpa tidur karena menunggunya kembali...
Apakah Raka pernah tahu seberapa besar luka yang ditimbulkannya di hati Davina?
Dia hanya bisa menatap Raka dengan tatapan tidak percaya.
"Ini benar, Devni. Aku sayang banget sama kamu."
"Udah terlalu terlambat, Ka."
Raka menggeleng, "Kamu itu milikku. Aku gak mungkin kehilangan sesuatu yang udah jadi milikku selamanya."
Davina hanya bisa terdiam melihat kebebalan Raka. Masih tidak habis pikir bagaimana dia bisa hidup tanpa dibunuh seorang pun tanpa percobaan pembunuhan sekalipun.
“Kalau mau pergi buruan! Satu detik lagi aja kamu tetap berada di ruangan ini, aku gak bakal pernah biarin kamu pergi dari tempat ini!” ancam Raka.
Davina cepat-cepat membanting pintu, dan berlari ketakutan ke arah mobil. Dia harus segera pergi. Raka selalu jadi ancaman untuk kebahagiaannya dengan pria mana pun.
Dia mencengkram setir mobil kuat-kuat dan segera melajukan mobilnya ke arah sebuah rumah. Tempatnya berteduh. Nikolas-nya yang baik. Untuk menghilangkan segenap pengaruh setan seperti Raka ini.
***
Raka nih waktu kecil kebanyakan makan rawon setan kayaknya, tingkahnya jadi kayak setan begini 🙃
Like dan comment-nya dong kakak2 semuaaa.
Please please please? 😘😘
IG author : @ingrid.nadya
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 181 Episodes
Comments
Isco Glo
aneh author nya. setau gue dlm kristen gak bisa nikah kl salah satu pasangan masih blm cerai walaupun udah puluhan tahun pisah ranjang. lah ini cuma mantan pacar kenapa bisa jd penghalang.? jelasin dikit dong. jgn ngarang sembarangan
2021-11-21
0
Saepul 𝐙⃝🦜
Ada gak sih di real life yang modelan Raka?
2021-09-26
0
𝐙⃝🦜Md Wulan ᵇᵃˢᵉ 🍇
kayknya luka yg kau toreh bgitu besar Ka,,smpai Davni tak ingin mmevri mesempatan lagi..tp aku ttp team Raka..semngatt berjuang raka
2021-08-19
1