Raka benar-benar kabur entah kemana. Tidak ada satu orang pun yang tahu dimana keberadaannya. Sepertinya dia juga sengaja pergi agar pernikahan Nikolas dan Davina sungguh-sungguh batal hari ini. Kalau dia tidak ada kan, Jefri tidak bisa melanjutkan pemberkatan.
Pertemuan keluarga besar langsung diadakan malam itu juga.
“Makanya lo ngajarin anak yang bener, Zel!” Diana memarahi Azel.
“Maaf, Diana.” Azel menunduk. Tidak ada kata-kata yang dapat diucapkan untuk membenarkan sikap anaknya. Jadi sudah selayaknya dia minta maaf pada keluarga itu.
Davina sendiri langsung menyingkir dari ruang keluarga, dia tidak ingin tahu apapun. Dia lebih memilih untuk masuk ke kamarnya saat mengetahui bahwa Raka masih belum juga menunjukkan batang hidungnya.
Tega sekali laki-laki itu melakukan hal ini padanya. Seperti tidak cukup dia menganggu hidup Davina terus menerus selama ini, kini dia juga jarus membuat Davina batal menikah?
Dia memandang ke meja rias di hadapannya. Maskaranya sudah luntur sempurna karena airmata. Dia pun melepas selayar dari atas kepalanya. Harusnya malam ini dia sedang menunggu penerbangan bersama Nikolas di Terminal Tiga Soekarno Hatta sambil sesekali mencuri ciuman laki-laki itu selayaknya pengantin baru. Tiket pesawat menuju Paris sudah di tangan, tapi apa daya musibah tidak pernah bisa ditolak.
"Awas kalau kamu muncul, Ka. Aku tonjokin muka kamu sampai babak belur!” katanya sambil menangis.
"Ya udah, sini, bikin aku babak belur." Tiba-tiba satu sosok muncul dari jendela kamarnya.
Mata Davina melebar saat melihat Raka. Bagaimana laki-laki itu bisa masuk ke kamarnya???
Belum sempat dia mengucapkan sesuatu, Raka sudah lebih dulu menutup mulutnya.
"Jangan teriak! Nanti aku digebukin sama Niko. Aku maunya digebukin sama kamu."
Davina berontak. Dia tidak sudi lagi dekat-dekat dengan Raka! Panik dengan tingkah Davina, Raka langsung mengunci gadis itu dalam pelukannya.
"Devni," panggilnya, lembut.
Seperti mantra yang selalu berhasil, sekejap saja Davina berhenti berontak. Seluruh tubuhnya selalu merasakan sesasi berbeda setiap kali Raka memanggilnya dengan sebutan itu.
Devni merupakan panggilan sayang Raka untuknya. Dialah satu-satunya orang yang memanggilnya dengan sebutan itu. Entah disengaja atau tidak, Raka hanya memanggilnya Devni di saat mereka sedang berduaan saja. Hal itu malah membuat panggilan itu terasa intim dan rahasia.
Asal usul sebutan Devni sendiri sebenarnya tidak istimewa, hanya diambil dari nama seorang tokoh di kartun zaman dulu berjudul Scooby Doo. Menurut Raka, sosok Daphne (dibaca Devni) di kartun itu benar-benar mencerminkan Davina. Cantik dan tenang. Nama yang sedikit mirip membuat Raka memilih untuk memanggilnya Devni saja.
"Kamu tuh enggak bener-bener cinta sama Niko. Kamu cintanya sama aku." Raka memandang mata Davina, dalam-dalam.
Davina hanya bisa menggeleng, dia belum bisa bicara karena Raka masih membekapnya.
"Kamu janji enggak bakal teriak kalau aku lepas?" tanya Raka.
Davina mengangguk.
Tapi Raka tidak begitu saja percaya, dia tahu betul sifat Davina. Dia pun mengunci kedua tangan Davina di belakang punggung. Davina menggerutu dalam hati, bagaimana mungkin Raka melakukannya hanya dengan satu tangan?
"Kalau kamu mau teriak, silahkan. Tapi posisi kita sekarang bakalan menarik banget untuk dilihat sama Niko." Raka semakin mendekatkan diri, membuat tubuhnya melingkupi tubuh Davina sepenuhnya.
Davina hanya bisa diam, tidak ada gunanya melawan Raka. Daridulu laki-laki ini memang sama sekali tidak bisa ditentang keinginannya.
Sadar bahwa Davina kini sudah pasrah, akhirnya Raka melepas bekapan tangannya. Davina sudah tidak tahan lagi dengan kelakuan Raka, tapi dia tidak bisa berbuat apa-apa. Semakin marah dirinya, maka semakin larutlah dia dalam emosinya sendiri.
"Kamu tega, Ka." Airmata Davina mulai mengalir.
Raka terenyuh.
"Devni, aku cuma nyelamatin kamu dari jalan yang salah."
"Aku milih Niko, Ka, bukan kamu. Dan ini adalah keputusan paling benar yang pernah aku lakukan di seumur hidup aku."
"Kamu yakin keputusan kamu benar?" Raka menaikkan alis, tanda bahwa dia meragukan kata-kata Davina.
"Seratus persen yakin."
Kini tangan kanan Raka menyusup turun untuk memeluk pinggang Davina, sementara tangan kirinya menyusuri wajah cantik gadis itu.
"Ka!" Davina protes, tapi tubuhnya menurut, memilih manut dengan segala kejahilan Raka.
Tangan kiri Raka kini turun ke lehernya. Dia cepat-cepat menghempaskan tangan Raka sebelum dia benar-benar terlarut.
"Kamu jangan berani-berani nyentuh aku!" Davina mendorong tubuh Raka. Perbandingan tubuh mereka yang sangat jauh berbeda membuat usaha Davina sia-sia, tapi tidak ada salahnya mencoba kan?
Dia terus berontak sambil memukul-mukul tubuh Raka. Sebenarnya apa sih yang diinginkan laki-laki ini darinya?
"Devni." Kali ini Raka berbisik di telinganya. Pukulan Davina melemah.
"Kamu milik aku. Jangan lupain itu!"
Davina heran kenapa saat ini tubuhnya tidak bisa bekerja sesuai dengan keinginannya? Kenapa malah terlena dengan seseorang yang telah merusak acara pernikahannya? Harusnya saat ini dia membenci Raka setengah mati. Harusnya dia sedang mencakar-cakar wajah sempurna Raka itu. Tapi, kenapa dia malah terlena dengan sikap Raka?
"Please, menjauh dari aku." Davina memelas.
"Enggak bakal pernah." Raka tersenyum miring. Senyum itu dulu pernah membuat Davina tergila-gila. Tapi tidak hari ini! Tidak akan pernah lagi!
Dia mencintai Nikolas, sepenuh hati. Raka hanya sebatas kenangan masa lalu yang ingin dia kubur dalam-dalam.
Davina baru akan melancarkan serangan lagi pada Raka, tapi sesuatu mengagetkannya.
"Davina? Sayang?" Tiba-tiba sebuah ketukan di pintu kamarnya terdengar. Raka kaget, Davina pun langsung mengambil kesempatan itu untuk menjauh darinya.
"Aku boleh masuk?" Suara Nikolas terdengar lagi dari luar kamar. Davina tidak tahu harus berbuat apa, dia hanya terpaku.
Raka tersenyum penuh arti melihat Davina yang bergeming. Dia sangat menikmati bagaimana Davina bingung apakah harus membuka pintu untuk tunangannya itu atau tidak.
"Buka aja pintunya, mungkin Niko bakal seneng lihat aku disini." Raka terkekeh pelan.
"Brengsek!" maki Davina, dengan suara sekecil mungkin. Dia benci setengah mati pada Raka!
Akhirnya Raka mendekat lagi, lalu berbisik di telinga Davina, "I'll come again, Devni."
Kemudian Raka beranjak pergi, menghilang keluar jendela.
"Gak apa-apa kalau kamu belum mau ketemu siapa-siapa. Tapi kamu harus makan dulu, Sayang." Nikolas kembali membujuk Davina dari balik pintu.
Davina tidak berani menjawab.
"Aku letakin makanannya di pintu ya."
Davina dapat mendengar suara langkah kaki Nikolas yang perlahan menjauh. Dia menghempaskan diri ke ranjangnya, membenamkan wajah sepenuhnya ke bantal. Dia tidak berhak menemui Nikolas saat ini, apalagi dengan wangi parfum Raka yang masih menyelimuti dirinya. Dia menangis tersedu-sedu di dalam bantal.
Di sela isak tangisnya, Davina tiba-tiba teringat sesuatu. Dengan sisa-sisa harga diri, dia melangkah ke arah jendela dan menguncinya rapat-rapat. Dia tidak ingin kejadian tadi terulang lagi!
Ladies and gentlemen, meet our almost-bride, Miss Davina Mahardhika.
***
Hahahahaa. Maaf ya kalau Raka berbeda seratus delapan puluh derajat dari Azel 🙈 Gak bosen ngingetin untuk like dan komennya ya guys! Thank you 😘
IG Author : @ingrid.nadya
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 181 Episodes
Comments
Vina
uhuy
2024-06-30
0
Ade Bunda86
bikin penasaran. nih cerita
2022-01-03
0
Saepul 𝐙⃝🦜
Meluncur reading
2021-09-25
0