"Mas, udah reservasi?" Seorang pramusaji menahan satu sosok laki-laki berperawakan tinggi menjulang yang hendak masuk ke dalam bar tujuannya saat ini. Raka menarik nafas pelan, mencoba menjaga kesopanan.
"Udah. Teman saya di dalam," sahut Raka sekenanya.
Pramusaji tersebut harus menarik nafas dalam-dalam saat ditatap oleh mata intens milik Raka. Wajah Raka yang sempurna dan matanya yang tajam memang sering membuyarkan fokus banyak wanita. Tapi pramusaji tersebut tahu bahwa dia harus tetap melakukan pekerjaannya, meski orang yang berada di hadapannya sekarang sangatlah mempesona.
"A-atas nama?" Dia tergagap.
"Rafael."
"Baik. Di table delapan ya."
Raka mengangguk, dia segera masuk ke dalam bar tersebut.
Herriot Sky adalah salah satu bar di Jakarta yang memiliki suasana tenang, berbeda sekali dengan hiruk pikuk bar pada umumnya yang selalu mendentumkan musik EDM yang berisik. Raka lebih menyukai bar seperti Herriot Sky ini, dimana dia bebas menikmati minuman keras dengan musik jazz. Banyak orang tidak tahu bahwa tempat ini adalah persembunyian Raka paling jitu. Hanya satu oranglah yang tahu soal ini. Yaitu, Rafael.
"Ka!" Rafael melambai begitu melihat Raka celingak-celinguk.
Rafael adalah sepupu Raka. Selisih umur yang kecil membuat mereka menjadi sangat akrab. Rafael sudah seperti kakak kandung yang selalu menerima baik dan buruk Raka, makanya dia percaya bahwa Rafael tidak akan mengadukan keberadaannya disini saat ini.
Rafael sudah seperti nine wine wine untuknya, alias emergency contact di saat Raka butuh teman untuk minum-minum. Tidak akan ada penghakiman dari Rafael, hanya ada nasihat-nasihat yang akan masuk kuping kanan dan keluar dari kuping kiri Raka dalam hitungan detik.
Raka langsung menghampiri Rafael. Begitu Raka duduk, sang sepupu langsung menonjok bahunya.
"Emang lo keterlaluan! Tega banget lo hancurin pernikahan Davina!"
"Shut up!" Raka mendengus.
"Davina gimana?"
"Ngamuk."
"Pastilah."
Raka menuangkan wine di hadapannya langsung segelas penuh, menyesapnya dengan buru-buru. Dia tidak perlu menikmatinya kali ini, dia hanya ingin minum. Dan mabuk. Dan hangover. Dan melupakan kelakukan bejatnya tadi pagi.
"Terus sekarang, apa rencana lo?" tanya Rafael.
"Gak ada."
Rafael terpelongo.
"Jadi, lo cuma pengen Davina batal married, terus lo gak ngelakuin apa-apa untuk dia?"
"Yep."
"Psikopat lo!"
Raka terkekeh.
Dia sudah terbiasa dijuluki gila oleh orang-orang di sekitarnya. Makaya, julukan psikopat juga bukan barang baru untuknya. Petualangan demi petualangannya dengan wanita-wanita di sekitarnya yang selalu berumur pendek sudah cukup jadi bukti bahwa Raka sulit serius dengan wanita manapun. Dia tidak punya trust issue, hubungan keluarganya pun baik-baik saja, Raka tidak tahu apa yang salah dengan dirinya.
Dulu dia selalu berpikir bahwa ini hanya disebabkan oleh kepribadiannya yang mudah bosan, tapi kejadian tadi pagi menyadarkannya. Jawaban yang selalu dia cari ternyata berada di dekatnya selama ini. Bahwa hal ini sesederhana karena dia hanya akan terikat pada satu wanita saja seumur hidupnya. Dan wanita itu tidak lain dan tidak bukan adalah Davina.
Tadi pagi, dia hampir gila rasanya saat melihat Davina tersenyum pada pria lain. Tangan Davina digenggam pria lain. Cadarnya dibuka untuk pria lain. Bahkan Papa Dave menyerahkan Davina ke tangan orang lain. Dan orang itu BUKAN DIA!
Akhirnya dia mengerti kenapa setiap kali wanita itu akan dimiliki orang lain membuatnya menjadi gila. Dia juga akhirnya mengerti kenapa perasaanya selalu jadi tidak tertahankan setiap kali Davina mulai menjauh darinya.
Padahal Raka tahu betul bahwa jika ada laki-laki yang pantas mendapatkan Davina, Nikolas-lah orang yang tepat. Laki-laki itu telah tergila-gila pada Davina sejak dulu. Tidak akan ada yang sanggup mencintai dan menjaga Davina sehebat Nikolas menjaga wanita itu. Bahkan Raka yakin Nikolas akan rela menjual jiwanya kepada setan asal melihat Davina bahagia. Tapi dia tidak peduli! Hanya dia yang berhak mendapatkan Davina. Wanita itu harus menjadi miliknya selamanya.
Kalau dia sampai membuat keributan besar di pernikahan Davina yang dihadiri oleh orang-orang penting kenalan Papa Dave, maka itu artinya dia serius dengan keinginannya ini. Meski dia harus mengakui bahwa dia cukup takut dengan amarah Papa Dave yang akan dia hadapi selama beberapa hari ke depan. Ah, jangan lupa badai amukan juga akan datang dari Mama Diana! Raka memang memanggil kedua orangtua Davina dengan sebutan Papa dan Mama, nanti akan dijelaskan lebih lanjut kenapa.
Belum lagi pertengkaran Papa dan Mamanya sendiri yang akan saling menyalahkan masing-masing pihak karena kelakuan tengil Raka. Dan seperti belum cukup panjang daftar orang-orang yang memarahinya, tiba-tiba dia teringat sebuah nama. Rara.
Rasanya dia ingin mengantukkan kepalanya ke dinding saat ini.
Rara adalah satu-satunya jembatan penghubung antara Davina dan Raka selama ini. Mungkin hanya karena Rara-lah, makanya Davina masih sudi berurusan dengan Raka. Tapi sekarang, dia kembali merusak kepercayaan kakak semata wayangnya itu.
Ah, semuanya jadi terasa sangat memusingkan!
"Lo nyesel?" tanya Rafael, melihat Raka menenggak wine-nya dengan rakus.
"Enggak."
"Terus kenapa lo minum kayak kesetanan?"
"Papa sama Mama pasti ada di apartemen gue sekarang. Gue males ngadepin mereka, jadi mending gue mabuk sampai gak sadar besok pagi. Ntar lo drop gue di hotel manapun lah, Raf.”
Rafael tertawa, “Mereka pasti lagi berantem hebat karena lo!”
“Gak usah heran.” Raka menggedikkan bahu. Sebenarnya hubungan Papa dan Mamanya sangatlah harmonis. Tapi tentu tidak ada gading yang tak retak, bukan? Dan Raka adalah retakan kecil di hubungan kedua orangtuanya. Jika Raka salah, maka Papanya ikut salah. Seperti kejadian di gereja tadi.
"Pantesan lo ngajak gue minum, ternyata cuma mau jadi kuli panggul lo doang."
Raka tertawa kecil, kembali menuangkan wine ke gelasnya.
Rafael berdehem, tanda bahwa dia akan mulai menyampaikan nasihat-nasihan yang pasti akan diabaikan juga oleh Raka.
"Lo harusnya biarin Davina bahagia, Ka, kalau lo enggak mau ngasih kebahagiaan itu."
"Bacot, ah!”
Rafael mendengus. Betapa sulit memberikan nasihat kepada sepupunya satu ini.
"Lo ngerusak kebahagiaan Davina hari ini. Lo harus tanggung jawab."
"Gue cuma gak suka dia nikah sama orang lain, Raf."
"Ya udah, lo yang nikahin dong!"
"Umur gue baru dua puluh lima tahun! Nikah kepala lo!"
"Terus sekarang lo mau gimana? Kalau lo gak kejar dia, gue yakin Davina bisa dapat gereja baru yang bisa nikahin mereka sih! Oh, dan tentu aja, kali ini lo gak bakal diundang untuk bisa ngerusak acara nikahnya dua kali!"
Raka menggeram.
Untuk pertama kalinya, dia mendengar semua petuah dari Rafael. Karena kali ini sepupunya itu benar. Well, sebenarnya Rafael selalu benar, Raka saja yang tidak mau mendengarnya selama ini. Tapi, kali ini pendapat Rafael terasa masuk akal di telinganya.
Tidak akan butuh waktu lama untuk Davina kembali sadar bahwa yang dia inginkan dan butuhkan adalah Nikolas. Laki-laki itu memang sangat sempurna untuk mendampingi Davina.
Raka meneguk kembali wine-nya. Ini tidak boleh terjadi. Davina harus segera kembali jadi miliknya!
***
Ka, kamu anak siapa sih? Perasaan Azel baiknya kayak malaikat, kamu kok macam anak setan begini? Hahahaha. Teman2, bantu aku dong untuk naikin cerita ini, comment dan vote ya, kalian baik deh 😉
IG Author : @ingrid.nadya
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 181 Episodes
Comments
yhoenietha_njus🌴
wah ini kudu mampir dulu ke asal muasal ada Raka...cuuuuss🚄🚄
2023-12-14
0
Borahe 🍉🧡
OBSESI itu namanya Ka bukan Cinta
2022-09-12
0
sumiati
25 tahun kan udah cukup untuk menikah Raka...
2021-09-26
0