Trapped By The Devil
***Cerita ini tidak sesuai dengan peraturan gereja yang berlaku, hanya untuk menambah unsur dramatis saja. Penulis beragama yang sama dengan tokoh. Cheers 🥂***
***
"Cie, nikah," goda Dave.
Davina tertawa karena guyonan receh papanya.
"Jadi masuk gak, Pa?" tanya Davina menunjuk pintu gereja.
"Ya, bolehlah." Dave sok ogah-ogahan, padahal sudah menyodorkan lengannya. Davina segera memeluk lengan Dave.
Mereka pun melangkahkan kaki perlahan memasuki lorong gereja. Musik klasik Canon in D mengalun syahdu mengiringi langkah mereka. Wangi manis mawar langsung menyapa indera penciuman Davina. Ah, ini adalah wangi kesukaannya. Dia memang sengaja memesan bunga mawar putih untuk dekorasi gereja hari ini.
Semua jemaat langsung dibuat berdecak kagum begitu melihat kecantikan Davina hari ini. Beautiful in white adalah kalimat yang benar-benar cocok untuknya. Gaun putih serta selayar panjang melekat indah di tubuhnya yang ramping. Tidak ada riasan make up yang tebal, bahkan bibirnya hanya dipoles oleh lipstick berwarna nude.
Kecantikan Davina memang terkadang tidak masuk akal.
Davina melirik ke kanan dan ke kiri saat menyusuri lorong gereja, mencoba mengenali satu per satu hadirin. Ah, semuanya lengkap, semuanya datang tepat waktu, harinya menjadi semakin sempurna!
Lalu dia berjalan melewati Diana, Mamanya.
“Love you, Ma!” Dia melambai pada Diana, yang sudah menitikkan airmata. Padahal acara ini bahkan belum mulai, tapi Mamanya sudah menangis saja.
Davina sangat fokus pada kebahagiaannya, tanpa dia sadari, sepasang mata mengikuti setiap gerakan anggunnya, memuji dalam hati kecantikannya hari ini. Sesuatu bergemuruh di dalam dada sang pemilik mata indah itu, apalagi saat melihat senyum yang tak pernah lepas dari bibir Davina. Belum pernah dia lihat Davina sebahagia ini.
Begitu mereka tiba di depan altar, Dave menyerahkan Davina ke tangan calon suaminya. Lelaki paling beruntung semuka bumi, Nikolas.
"Jaga Davina," pesan Dave, singkat. Ada nada mengancam yang tegas dalam suaranya.
"Pasti, Om,” jawab Nikolas.
Lalu Nikolas beralih pada Davina saat Dave sudah meninggalkan mereka.
"Cantik," goda Nikolas.
"Baru tahu?" Davina tersenyum meledek.
Bagaimana mungkin Nikolas baru tahu secantik apa Davina? Dia bahkan tidak perlu mengenakan segala riasan dan barang-barang mahal untuk terlihat cantik. Bahkan jika Davina mengenakan baju compang-camping pun, Nikolas tetap akan sudi menikahi wanita itu. Secantik itulah Davina di mata Nikolas.
Prosesi pernikahan pun dimulai. Semua berlangsung baik dan khidmat. Nikolas dan Davina saling mengucapkan janji sehidup semati. Lancar, terlihat sekali bahwa mereka memang sudah mantap dengan satu sama lain.
Bahkan Jefri, sang pendeta yang memimpin acara pemberkatan tersebut, berpikir bahwa pernikahan ini benar-benar kehendak Yang Kuasa, dibuktikan dengan khidmat dan lancarnya setiap prosesi yang berlangsung. Tinggal satu tugas terakhir Jefri sebelum benar-benar mengesahkan dua insan tersebut sebagai suami istri, yaitu bertanya pada jemaatnya.
"Apakah ada di antara jemaat yang tidak setuju dengan pernikahan ini? Jika ada, silahkan berbicara sekarang atau hendaklah ia diam untuk selamanya."
Hening. Sepi.
Sepasang mata yang sejak tadi tak henti memandangi Davina kini telah beralih mengamati seluruh ruangan. Gejolak dalam dadanya kini telah berubah menjadi rasa sakit yang membuatnya semakin gelisah dari detik berganti detik.
"Baiklah, jika tidak ada, maka saya—"
"TUNGGU!" Tanpa dia sadari, suara ini keluar dari mulutnya sendiri. Seluruh jemaat kaget. Bahkan dirinya sendiri lebih kaget, apalagi saat otaknya memerintahkan tubuhnya untuk bangkit berdiri dari bangku, membuat dirinya semakin terekspos. Perhatian semua orang langsung tertuju padanya, termasuk calon pengantin yang sedang menatapnya nanar, seakan ingin membunuhnya saat itu juga. Tapi dia tidak peduli. Hanya satu yang dia tahu, kalau dia diam dan membiarkan hal ini terjadi, dia akan menyesal seumur hidup.
"Saya tidak setuju dengan pernikahan ini!" katanya lagi, dengan lantang.
Sekejap saja suasana ruangan gereja berubah gaduh dengan bisik-bisik para jemaat.
"Raka! Apa-apaan kamu?" Davina histeris di altar.
Tapi laki-laki itu tidak peduli, dia kembali berteriak, "Calon pengantin perempuan itu milik saya, Pendeta Jefri! Dia tidak boleh jadi milik orang lain!"
Suasana semakin gaduh.
"Lo udah gila?" Nikolas rasanya ingin meninju wajah Raka sampai remuk redam sekalian. Harusnya Davina memang tidak boleh mengundang laki-laki itu!
Raka baru akan membuka mulutnya lagi, tapi kedua orangtuanya dengan cepat menarik Raka keluar dari ruangan gereja.
"Pokoknya saya tidak setuju, Pendeta Jefri! Jangan nikahkan mereka! Sampai mati saya tidak setu—"
Mulut Raka langsung dibekap oleh Mamanya sendiri. Dia diseret keluar dan menghilang di balik pintu gereja.
Nikolas dan Davina cepat-cepat menoleh ke arah Jefri, memberi isyarat dengan lirikan mata untuk melanjutkan acara pemberkatan.
Tapi Jefri tahu, dia tidak dapat melakukannya.
"Menurut peraturan gereja ini, pernikahan tidak bisa dilanjutkan kecuali Raka sudah memberikan restunya." Jefri menjelaskan.
"Apa???" Nikolas tidak terima.
"Pendeta Jefri, tolonglah." Davina mengemis.
"Maaf, tapi ini memang sudah peraturannya. Kalian lebih baik selesaikan dulu masalah ini dengan Raka."
Davina dan Nikolas saling memandang. Bagaimana ini bisa terjadi di hari pernikahan mereka?
***
“RAKA!!! KAMU UDAH GILA???” Nayla, Mama dari si pembuat onar, langsung menjewer telinga anaknya sekuat yang dia bisa, ketika mereka sudah berada di luar gereja.
“AW, AW! SAKIT, MA!!!” Raka meringis.
“BIAR KAMU TAHU RASA!!!”
Akhirnya Nayla melepas jewerannya. Raka langsung mengusap-usap telinganya yang kini terasa panas dan sakit. Dia mencibir di balik punggung Mamanya.
"Apa sih yang kamu pikirin, Ka? Ini pernikahan Davina!” Nayla terdengar frustasi.
“Raka enggak peduli! Davina itu punya Raka!”
Mata Nayla semakin membesar begitu mendengar ucapan anaknya. Kini dia beralih pada Azel, suaminya.
“Zel, kamu kok diam aja? Marahin ini anak kamu!” Nayla menumpahkan amarahnya pada suaminya, karena dia tidak bisa mengamuk lebih lama lagi pada anak kesayangannya itu. Tapi, jelas, dia bisa marah sesuka hati pada suaminya.
“Kalau udah begini baru anak Papanya.” Azel mencibir.
Azel baru akan membuka mulut untuk memarahi Raka, tapi suara pintu gereja yang terbuka beserta hiruk pikuk jemaat yang berhamburan keluar menghentikannya. Nikolas dan Davina berjalan cepat-cepat menuju Raka.
"KA! MAKSUD KAMU APA, HAH?” Davina, yang terbiasa bersikap lembut, baru kali ini merasakan dorongan untuk menampar pipi seseorang.
“RAKA! JELASIN KE PENDETA JEFRI SEKARANG!!!” Nikolas menggeram.
Raka menggeleng, lalu dia cepat-cepat berlari, menjauh dari Davina dan Nikolas yang jadi ikut berlari mengejarnya. Tapi Davina dan Nikolas tentu saja kerepotan menyusul langkah Raka, karena gaun dan sepatu hak tinggi Davina.
“PENDETA JEFRI, SAYA MASIH TIDAK IKHLAS!!! JANGAN NIKAHKAN MEREKA!!!” Raka berteriak lagi pada Pendeta Jefri, yang kini berdiri di depan gereja. Suasana halaman gereja itu semakin gaduh.
“JANGAN DENGERIN RAKA, PENDETA JEFRI!!!” Davina kini sudah berteriak sampai paru-parunya terasa sakit.
Tapi Raka tidak peduli.
“NIKO, DAVINA ITU MILIK GUE SATU-SATUNYA! SAMPAI MATI, DIA BAKAL SELALU JADI MILIK GUE! LO GAK BAKAL MENANG DARI GUE!” jerit Raka sambil tersenyum tengil. Lalu dia menghilang di balik pagar gereja.
Ladies and gentlemen, meet our Devil, Mr. Elraka Aditya.
***
Haloooooo semuaaaaaa! Hahahahaha ketemu lagi sama author remahan rengginang ini. Semoga masih niat ya ngikutin ceritaku. Jangan lupa fav, like, rate 5🌟 dan comment-nya please, kalian pada baik-baik deh 😆 Oh ya, kalau mau, follow IG baruku ya di : @ingrid.nadya 💕
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 181 Episodes
Comments
Borahe 🍉🧡
Haha gila si Raka
2024-09-16
1
yhoenietha_njus🌴
hai mampir nih...habis baca yang sama juga judulnya.../Facepalm//Facepalm/
2023-12-14
0
Ni Nyoman Sumartini
baru mampir ini thorr
2022-12-19
0