Ria datang ke kelasnya dengan menggunakan swater crop yang ia bawa dari rumah untuk latihan dance. Tapi karena bajunya tidak layak pakai ia pun terpaksa menggantinya.
Lely bersama teman-temannya yang lain langsung heboh begitu Ria datamg dengan keadaan yang sulit dijelaskan.
Mereka langsung mempersilahkan Ria duduk dan mulai bertanya alasan dia datang terlambat dan keadaannya yang basah kuyup.
"Gue dihukum sama bokap gue," jelas Ria yang singkat padat.
"Dihukum gimana Ya?" tanya Lely.
Ria melirik ke arah Lely.
"Jajan gue dipotong drastis dan gue sama sekali nggak dikasih pinjem fasilitas lagi sama ayah,"
Lely langsung melebarkan mulutnya terkejut dengan pernyataan yang baru saja terlontarkan dari sahabatnya itu.
"Berarti sekarang lo berangkat dan pulang naik apa?" tanya Rangga yang diangguki temannya yang lain.
"Tadi gue berangkat naik ojek online, eh malah diturunin depan perempatan, jadinya telat gue," keluh Ria dengan lelah.
"Uuuuu sahabat aku kelelahan. Tunggu disini kalau gitu ya, gue sama Rey bakalan balik bawa minum dan makanan buat lo, dijamin nyegerin!" seru Lely yang mendapat anggukan dari Ria.
"Makasi Lel,"
"Cepet!" seru Lely kepada Rey.
"Lo mah, bilang aja mau di jajanin!" ketus Rey, Lely tersenyum malu.
"Dih tau aja,"
Rey memutar matanya malas lalu berjalan terlebih dahulu.
"Eh, tadi gue liat lo larinya sama si Albi ya?" tanya Jaxon.
"Lo kenal?" tanya Ria.
"Iya lah, satu komplek dia sama gue. Tiap pulang sekolah kadang ketemu sama dia terus saling sapa juga," jelas Jaxon yang hanya diangguki oleh Ria.
"Dia orangnya anti banget sama cewek, kok lo deket-deket dia, dianya gak risih?" tanya Rangga.
"Iya ya," sambung Jaxon.
"Emang sefamous itu dia di sekolah?" tanya Ria balik yang mengundang keheranan Rangga dan Jaxon.
"Dia itu di idamkan oleh semua ukhtie. Bukan cuman ukhtie, cabe-cabe juga suka sama dia!" seru Rangga yang disetujui oleh Jaxon.
"Ah nggak juga. Buktinya gue nggak tertarik," balas Ria yang tak mau membenarkan omongan kedua sahabatnya itu.
"Ntar coba lo deketin tu anak, bakalan ada aura kepengen tahuan lo. Gue aja yang cowok penasaran dia orangnya gimana, kok bisa jaga jarak banget sama cewek," jelas Jaxon.
"Pesantren bro, sembilan tahun!" seru Rangga.
"Lo baru satu hari aja dah rengek mau pulang kan Jaxon?" sambung Rangga kembali yang langsung mendapatkan pukulan dari Jaxon.
"Eh daripada ngomong gak penting mending pijitin kaki gue pegel banget sumpah gue lari dua puluh keliling!" seru Ria.
"Baik nyonya Yagsa," ucap Jaxon dan Rangga secara bersama. Mereka pun mulai memijiti kaki Ria.
Sedangkan dilain tempat, Albi sedang dikipasi oleh teman-temannya yang kasihan melihat Albi dengan wajah merah dan tubuh penuh keringat itu.
"Kejam banget bu 'Ia ngasi hukuman kayak ngasih thr, banyak banget!" seru Aldi.
"Udah biasa si Albi mah lari gini ya kan Bi?" tanya Yoga.
"Kok biasa mukanya merah gitu nggak masuk akal ah!" seru Aldi kembali.
"Iya Bi, kenapa muka lo merah dari tadi?" tanya Vian.
Albi bergeleng untuk menjawab pertanyaannya.
"Lo kenapa si, kayaknya dari lo dateng sampe udah sepuluh menit kita kipasin lo diem doang?" tanya Aldi, Albi melirik.
"Kalian pernah dirangsang cewek?" tanya Albi tiba-tiba membuat semua temannya melotot dan melirik kepada Albi.
"Kenapa?" tanya Albi heran.
"Lo kenapa Bi?"
"Ini Albi bukan?"
"Lo abis di--"
"Ck, jawab aja susah banget," tegas Albi.
"Ya kali orang kayak mereka nggak pernah," ucap Vian dengan sedikit sindiran halus.
"Halus banget sindirannya," ucap Yoga.
"Itu gimana ngilanginnya?" tanya Albi meminta bantuan.
"Lo kenapa Bi, cerita-cerita," ucap Aldi mendekati Albi.
"Jijik woy!"
"Gue tanya aja," jawab Albi tak mau memberitahu yang sebenarnya.
"Emang sulit sih, tapi kalau lo gerakin juga udah lepas lagi," jawab Vian. Albi pun mengangguk.
"Temenin gue ke kantin, laper," ajak Albi.
"Lah, tumben lo laper," ucap Aldi.
"Kan udah lari jadi laper gue," jelas Albi.
"Yaudah yuk gue juga laper," balas Yoga yang langsung merangkul Albi untuk berjalan bersama.
Mereka pun pergi bersama menuju kantin.
.
.
"Eh Ya, itu bukannya adik kelas yang pernah numpahin air campuran di baju lo sampe baunya nggak ilang tujuh turunan?" tanya Lely memastikan dengan menunjuk orang yang ia maksud.
Ria yang baru saja datang ke kantin karena jenuh di kelas langsung melirik kearah Lely menunjuk.
"Eh iya njir. Bales yuk," ajak Ria, Lely mengangguk semangat.
"Ambil dulu airnya," ucap Lely.
"Dimana emang?" tanya Ria.
"Sini ikut gue," Lely pun pergi keluar kantin dan pergi menuju suatu tempat.
"Lo beli ini semua Bi? Lo belom makan satu bulan ya?" tanya Yoga.
"Dia belom makan dari TK," jawab Aldi asal.
"Ini semua buat kalian," jawab Albi yang tak dipercaya oleh teman-temannya.
"Lah loh kok lah loh,"
"Lah loh lah loh, makan aja cepet!" seru Albi yang langsung dituruti oleh ketiga temannya itu.
"Eh iya, hari ini pulang telat kuy, liat anak dance latihan dulu," ajak Aldi.
"Mau gue dapet ceramah dari ibu negara gue?" tanya Vian.
"Ciah, so soan bakal nurut aja lo, emang di club ada yang pake gamis sampe lo nggak mau liat lagi?" tanya Yoga meledek. Vian memutar matanya malas.
"Yaudah nggak mau gue berdua aja sama Yoga," ucap Aldi.
"Iya lo berdua aja, gue sama Albi balik," jelas Vian.
"Lo nggak sama cewek lo?" tanya Albi.
"Gue nebeng lah ke lo, motor gue di bengkel sekarang," pinta Vian yang langsung diangguki oleh Albi.
"Bukannya lo bawa mobil?" tanya Yoga dengan polos, Vian langsung menginjak kaki Yoga membuat pria itu meringis.
"Iya kan mobil sama motornya masuk rumah sakit ogep!" seru Aldi bantu menjawab.
Albi yang tak menyadari akting temannya itu hanya diam sambil mengaduk jus buah yang ia pesan.
Vian merongoh sakunya mencoba mencari barang yang dari tadi ia cari namun ternyata benda itu tak ada di dalam sakunya.
"Eh Bi, anter gue ke kelas ngambil hp ketinggalan," ajak Vian, Albi mengangguk lalu bangkit dari duduknya yang di ikuti oleh Vian.
Mereka berjalan dengan penuh kesabaran karena posisi kantin yang benar-benar ramai membuat mereka sedikit susah keluar.
"Misi-misi," ucap Ria kepada orang yang menghalangi jalannya.
"Misi ada air panas!" seru Lely membuat Ria menahan tawa.
"Trobos Bi!" seru Vian mendorong Albi membuat Albi terhuyung dan menabrak seseorang.
"Aaaw,"
"Eh, sorry," ucap Albi.
Ria menegakkan kepalanya.
"Ck, bisa pelan-pelan nggak si kalau jalan. Tau kantin lagi penuh malah nyeruduk aja tiba-tiba. Liat baju gue jadi basah!" seru Ria kepada Albi.
"Nggak sengaja,"
"Nggak sengaja nggak sengaja, tanggung jawab!" seru Ria membuat Albi memutar matanya malas.
Lebih baik ia menjauhi wanita sejenis Ria agar dirinya juga dijauhkan dari wanita seperti Ria.
Albi pergi meninggalkan Ria namun langsung ditahan oleh gadis itu dengan memegang lengannya.
Vian yang melihat aksi itu terkejut melihat Albi yang disentuh oleh wanita yang sama sekali bukan muhrimnya.
"Tanggung jawab!"
Albi menghembuskan nafasnya kasar lalu mencengkram tangan Ria sangat kuat membuat wanita itu meringis.
Albi langsung menarik Ria keluar dari kantin dan membawanya ke depan toilet wanita.
Ia melepas hoodie yang sendari tadi ia pakai itu dan melemparnya ke wajah Ria.
Tanpa babibu, Albi pergi meninggalkan Ria menuju kelasnya.
"Kalau nggak ikhlas nggak usah!" teriak Ria yang mulai kesal.
Ia pun masuk ke dalam toilet dan mengganti bajunya.
.
.
Bel pulang sekolah berbunyi.
Seperti yang dibicarakan di kantin tadi, Aldi bersama Yoga akan pulang lebih lambat untuk melihat anggota eskul dance yang akan latihan untuk acara penyambutan kepala sekolah baru. Dan Albi bersama Vian akan pulang bersama menggunakan mobil Albi.
"Mobil lo kenapa bisa masuk bengkel?" tanya Albi.
"Biasa lah, dipake adek gue nggak bakal ada yang bagus," jawab Vian yang langsung dimengerti oleh Albi.
Dengan secara tiba-tiba, sebuah baju melayang tepat di wajah Albi. Dengan segera Albi mengambil baju itu.
"Cuci baju gue sampe bersih!" seru Ria dan pergi dari hadapan Albi. Albi hanya memutar matanya malas dan menyimpan baju Ria di jok belakang kursinya beserta tas gendongnya.
Albi memasuki mobilnya yang di ikutin oleh Vian.
Mobil Albi pun dilajukan dengan kecepatan rata-rata.
"Kok kalian keliat akrab?" tanya Vian.
"Akrab? Dimana akrabnya?" tanya Albi.
"Ya akrab aja gitu. Sekilas kalian juga mirip," ucap Vian. Albi langsung meliriknya dengan tatapan mengerikan.
"Becanda,"
Albi pun fokus kembali ke perjalanannya dan Vian memilih diam takut hal yang tak diinginkan terjadi.
.
.
"Hayu semuanya ke lapang, kali ini kita latihannya di lapang," ajak Ria kepada anggota yang lain.
"Pemanasan di luar juga Kak?" tanya salah satu adik kelasnya.
"Iya di luar, sambil lari," jawab Sania, patner dance Ria.
Semua anggota menurut lalu pergi keluar lapangan outdor yang tidak terlalu panas karena matahari telah teduh.
Mereka pun memulai pemanasan yang di pimpin oleh Sania dan Ria. Mereka melakukan peregangan dengan tertib dan tentunya dilihat oleh para siswa siswi yang sengaja ingin melihat latihan mereka.
Setelah melakukan berbagai peregangan dan berlari sedikit mereka pun memulai latihan.
Grup pertama yang akan latihan yaitu tim inti, berisi Ria, Sania, Dinda, Kesy dan Muti.
Mereka membawakan tarian dance cover blackpink ice cream.
Semua penonton heboh dengan penampilan mereka yang begitu mencolok.
Bukan hanya karena power dan kelihaian mereka dalam menari, namun parah dan juga body mereka yang sangat mendukung membuat dance yang mereka bawa sangat mirip dengan yang aslinya.
Sorak tepuk tangan riuh terdengar ketika mereka selesai membawakan dance blackpink itu.
Kini selanjutnya grup lain yang akan membawakan tarian tradisional.
"Aduh, cape," ucap Ria.
"Ini Ya, minum," tawar Sania yang membawa lima botol air minum untuk dirinya bersama yang lain.
"Makasih," jawab Ria yang langsung meneguk habis botol minum itu.
"Buset Ya, pelan-pelan kali," ucap Muti.
"Haus Bund,"
"Eh Ya, itu bukannya hoodie si Albi ya?" tanya Sania memastikan karena merasa familiar dengan hoodie yang Ria pakai.
"Kok tahu?" tanya Ria balik.
"Ih, siapa yang nggak tau. Hoodie kesayangan Albi itu," sambung Dinda.
"Heem, kok lo bisa pake?" tanya Sania curiga.
"Nggak ada, gue pinjem karena dia kotorin baju gue," jelas Ria.
"Masa?" tanya Kesy dengan sedikit menggoda.
"Ih emang beneran trus apa lagi?" tanya balik Ria.
"Yakin nggak ada apa-apa sama Albi?" tanya Dinda yang disertai penasaran begitupun teman-temannya.
"Ck, nggak ada lah apaan gue tertarik sama model begituan," ledek Ria acuh.
"Ih ngomongnya, gimana kalau kalian jodoh hayoloh!" seru Muty.
"Nggak! Kalian tu yah," tolak Ria kesal.
"Neng Sania, pulang sama aa Yoga yah!" seru Yoga yang tiba-tiba datang.
"Iya Ga iya, dari tahun monyet udah gue iyain masih aja nanya lo," ketus Sania.
"Iya atuh makasi neng Sania," ucap Yoga.
"Eh Ya, itu kan hoodie Albi," ucap Aldi sedikit panik.
"Emang kenapa?" tanya Ria yang mulai risih dengan semua pertanyaan orang-orang mengenai hoodie Albi.
Aldi menepuk kepala Yoga dan meminta bantuan untuk mengambil hoodie itu dari Ria.
"Ya, itu, pinjem hoodienya boleh nggak, kita tuh--"
"Nggak boleh! Gue nggak ada baju lagi!" seru Ria.
"Nih, gue bawa hoodie kok, lebih wangi dari yang si Albi," tawar Aldi dengan berharap lebih.
"Ck, kenapa si, gue kan udah pw pake ini ribet banget harus tuker-tuker. Udah nggak usah ah, gue mau pulang," ketus Ria yang langsung pergi dari sana karena sudah muak dengan semua pertanyaan orang yang tidak masuk akal.
"Duh Ga! Gimana dong!" seru Aldi.
"Lo sih, bukannya ke seragamnya malah ke hoodienya!" seru Yoga.
"Ya kan nggak tau bakal dipinjemin," bela Aldi.
"Terus gimana,"
"Kenapa sih?" tanya Sania yang penasaran.
Aldi dan Yoga pun saling menatap satu sama lain.
"Itu--kita, simpen--"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 38 Episodes
Comments
❣︎ fǟfǟ • ♚⃝𝕯𝖚ͨᴅᷞ𝖚ͧ𝖑ᷨ
next
2021-04-20
1
sella surya amanda
visual nya kak
2021-01-20
1
siapa saja('_')
Lanjutt kak
2021-01-18
3