...[Beri like dan vote]...
"Hehe ... Papi." Dean berdiri cengengesan di depan Ayahnya. Sedangkan Deva mulai terlihat gemeteran.
"Jadi semua ini ulah siapa?!" tanya Raka menatap mereka tajam. Deva pun dengan cepat, langsung menunjuk adiknya dan begitupun Dean yang juga menunjuk Kakaknya. Terlihat keduanya saling tunjuk menunjuk.
"Kok, aku?" Deva terlihat tak terima ditunjuk oleh Dean. Dan kini Raka langsung menatap Dean. Dean pun segera berlari menjauhi Ayahnya lalu menaiki tangga menuju ke kamarnya dengan perasaan senang dan bukannya bersalah.
Kini Raka melihat Deva. Deva yang ditatap kini terdiam mematung. Ia berpikir jika Ayahnya akan memarahinya.
"Huft ...." Raka menghembuskan nafasnya tak habis pikir dengan tingkah Dean yang berbeda dengan Deva.
Raka pun menepuk pelan kepala Deva lalu mengelusnya lembut.
"Deva, jika kamu sudah besar nanti. Tolong jagain adikmu, ya." ucap Raka tersenyum. Deva pun segera mengangguk setuju. Raka takut jika sifat Dean akan terbawa sampai dia besar dan malah akan mengerjai teman-temannya.
"Baiklah kalau begitu, Deva pergi ke kamar dan istirahatlah. Nanti siang kita akan pergi jalan-jalan." ucap Raka kini menggandeng tangan Deva.
Deva cuma menurut. Walau dia memiliki sifat dingin dan datar, ia sangatlah penurut dan baik hati. Dia sangat senang memiliki Ayah yang perhatian dengannya.
Setelah sampai ke kamar si kembar. Raka pun membuka pintu dan sontak sebuah bantal tidur mendarat ke wajahnya. Tentu itu ulah dari putrinya lagi. Deva nampak terkejut dengan kenakalan Dean. Dean yang di atas ranjang cuma senyum-senyum jahil saja.
Sontak Raka segera meraih bantal itu lalu Dean dengan cepat masuk ke dalam selimutnya.
Raka cuma menggelengkan kepala melihatnya. Bantal yang ia pegang kini diberikan pada Deva.
"Baiklah, Deva kamu istirahatlah. Jangan terlalu bermain dengan adikmu." Raka menasehati Deva untuk tak terlalu bermain dengan Dean yang nakal. Takutnya Deva ikut nakal juga.
"Baik, Pih." ucap Deva nurut saja. Raka pun keluar dari kamar anaknya lalu pergi ke kamarnya sendiri.
Deva pun berjalan ke tempat tidurnya lalu menghadap ke arah tempat tidur Dean yang ada di sebelahnya.
Ketika Deva ingin memejamkan mata. Dean mulai mengganggunya.
"Kak Devaaa," Dean terdengar memanggil Deva dengan suara seperti suara hantu.
"Dean, jangan ganggu aku." Deva berbalik membelakangi Dean.
"Kak Deva, main yok." ajak Dean mengguncang tubuh kakaknya.
"Aduh, kamu diamlah." Deva mulai risih.
"Tapi aku mau main sama kak Deva. Kalau main sama Papi, nanti aku kena marah,"
"Kak Deva, main yoookk." Dean mulai memohon.
"Kata Papi tadi, kita bakal pergi jalan-jalan nanti siang. Jadi kita disuruh istirahat. Kamu pergilah istirahat dan jangan ganggu aku dulu." ucap Deva kini melihat adiknya.
"Wah, jalan-jalan? Asikk, baiklah. Aku akan pergi tidur." Dean berbalik pergi ke tempat tidurnya lalu masuk ke dalam selimut. Deva yang melihatnya cuma bisa geleng-geleng kepala.
"Apa otaknya cuma main saja?" gumam Deva lalu ikut masuk ke dalam selimutnya untuk beristirahat.
_____
Pukul 01.34 Siang. Kini si kembar telah berada di dalam mobil menunggu kedua orang tuanya yang lagi mengobrol bersama Mama Dina.
"Mama tenang saja, aku akan jagain menantu Mama." Raka terlihat merangkul pinggang Sovia membuatnya tersipu malu.
"Ya sudah, hati-hati di jalan. Sore nanti, kalian harus ada di sini." ucap Mama Dina tersenyum kepada anak dan menantunya.
"Kalau begitu, kita pergi dulu, Mah." ucap Sovia tersenyum manis. Raka dan Sovia pun naik ke dalam mobil lain.
Sementara si kembar berada di mobil lain bersama Willy. Ketika Willy ingin melaju. Tiba-tiba ia ditahan oleh Andis. Ternyata Andis juga mau ikut jalan-jalan. Andis pun masuk ke dalam mobil dan duduk di kursi depan bersama Willy.
Kedua mobil itu pun pergi jalan-jalan untuk menghabiskan hari ini bersama keluarga.
_____
Sesampainya di sebuah taman bermain. Dean merasa senang melihat permainan yang amat banyak. Ia seperti ingin mencoba semuanya. Sementara Deva, bocah itu langsung meraih tangan Andis, tentu pandangannya bukan cuma tertuju pada orang-orang saja, tapi makhluk halus sekitarnya.
Mereka pun pergi mengelilingi taman bermain itu dan tak lupa Willy juga ikut untuk mengawasi tingkah laku si Nona kecilnya. Siapa tau dia hilang atas kenakalannya.
Dua jam telah berlalu. Kini si kembar dan yang lainnya lagi duduk beristirahat. Nampak juga langit mulai Sore.
"Aduh, Dean haus ... nih." rengek Dean kehausan. Raka pun langsung melihat Willy dan bermaksud menyuruh Willy membelikan air mineral.
Willy pun berbalik, namun Sovia langsung menghalanginya.
"Bentar, biarkan aku saja yang pergi." ucap Sovia.
"Loh, sayang. Kamu di sini saja sama anak-anak." Raka pun menahannya.
"Tidak apa-apa. Lagian ada yang ingin ku beli juga," Sovia tersenyum manis sambil melihat kedua anaknya.
"Dan lagian juga, cuma di sana saja." lanjut Sovia menunjuk ke arah penjual yang agak jauh dari mereka.
Walaupun begitu, Raka tetap melarangnya. Tapi, Sovia masih saja memohon. Karena tak tahan dengan wajah imut istrinya, Raka pun terpaksa mengijinkannya.
"Baiklah, tapi jangan lama-lama." ucap Raka melihat ke arah penjual.
"Siap, Presdir." ucap Sovia memberi hormat membuat si kembar tertawa kecil melihat tingkah kedua orangtuanya.
Sovia pun segera berjalan ke arah penjual. Sementara Raka kini mulai bercerita kepada anaknya soal jalan-jalan kali ini. Sementara Andis, pandangannya tak henti-henti melihat kakaknya.
"Terima kasih, Pak." ucap Sovia kepada si penjual. Terlihat berbagai macam makanan yang dia beli.
"Sama-sama, Nona." ucap si penjual.
Sovia pun berbalik, namun tiba-tiba pandangannya tertuju pada seorang gadis muda yang lagi diseret oleh pria yang terlihat kasar dari kejauhan.
Sovia pun yang tak tega dan penasaran. Ia pun mengikuti mereka dan telah lupa akan ucapan Raka tadi.
Langkah Sovia terhenti disebuah kompleks bangunan kecil dan kumuh. Ia pun melanjutkan mengikuti pria yang menggendong gadis muda itu masuk menyusuri lorong-lorong kompleks bangunan.
Sovia gemeteran, ia bermaksud untuk menolong gadis muda itu. Tapi, ia malah kini ketakutan dan bersembunyi.
"Akh! Tolong jangan sakiti aku." rintih gadis muda bule itu. Ia menangis di hadapan pria itu.
Sontak mata Sovia membola melihat pria itu ingin memperkosanya.
"Ya Tuhan, apa yang harus ku lakukan?" Sovia deg-degan merasa takut. Ia pun teringat dengan Raka, Sovia akhirnya menghubungi Raka. Tapi, ponselnya malah jatuh membuat ia semakin ketakutan. Tentu, suara ponselnya terdengar oleh pria itu hingga ia menoleh ke sumber suara.
..._____...
...Jangan lupa...
...Like...
...Komen...
...Dan...
...Vote...
...To Be Countinued...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 191 Episodes
Comments
ʀ𝖍𝒚𝖓𝖆
Wah Apa Yang Akan Terjadi Pada Sovia😳
2021-10-04
0
Mistin Mistin
bahaya
2021-07-19
0
Zamie Assyakur
aduh Sofia.....qm qo segala ngikut in mereka 😳😳
2021-06-13
0