"Mami, kau baik-baik saja?" tanya bocah cilik laki-laki, dia anak pertama Sovia yang bernama Devandra memiliki cukup kecerdasan. Deva heran melihat Ibunya yang tiba-tiba diam.
"Mami, kenapa diam saja?" Kini seorang gadis cilik ikut bertanya pada Ibunya, dia bernama Deandra, anak kedua, serta saudara kembar Deva. Umur kedua anak ini telah lima tahun lebih. Keduanya memiliki sifat yang berbeda namun saling menyayangi. Sovia akhirnya tersadar setelah Raka menepuk bahunya.
"Sayang, kenapa diam saja? Anak-anak bertanya padamu, kamu baik-baik saja kan?" tanya Raka menatapnya.
"Ah itu, tadi kepikiran sesuatu hal kecil," jawab Sovia tersenyum lalu membelai rambut kedua anak kembarnya.
"Kalian ke sini pasti disuruh panggil Mami dan Papi turun kan?" tanya Sovia pada dua anak kembarnya.
"Hm iya, Mih," jawab keduanya serempak. Willy yang tadi menemani mereka, cuma bisa tersenyum kecil melihat dua anak kembar itu.
"Baiklah, kalau begitu sini kita turun sekarang." Raka meraih kedua tangan kecil anaknya.
"Tidak, Papi. Kami mau digendong!" pinta Dean berhenti.
"Hm, Deva juga mau dong digendong." Deva ikut memohon.
"Baiklah, sini Papi gendong kalian berdua."
Sovia sedikit terkejut mendengarnya.
"Tidak usah, kamu tak bisa menggendong mereka. Lagian Deva sama Dean kan sudah besar, tidak usah digendong lagi." Sovia mencoba menghentikan kemauan anaknya. Dia kuatir Raka tak sanggup menggendong mereka.
Raka mendekatkan wajahnya pada Sovia.
"Sayang, apa kau meragukanku? Mengangkat mereka seperti aku mengangkat dua ember kecil. Mereka sangat ringan bagiku," ucap Raka menyombongkan dirinya lalu menggendong kedua anaknya dan memperlihatkan pada Sovia tenaganya.
"Hihi ... Papi orang yang kuat. Dean suka," puji Dean. Deva yang digendong cuma mentoel-toel pipi ayahnya.
"Ya sudah, kita turun bersama," ucap Sovia sambil menggelengkan kepala melihat tingkah suami dan kedua anaknya. Raka pun berjalan duluan menuruni tangga. Sementara Sovia berjalan di belakang Raka bersama Willy di sampingnya.
"Willy, ada yang ingin aku bicarakan nanti padamu setelah makan malam." Sovia menoleh ke Willy.
"Willy, bagaimana?"
"Baiklah, Nyonya muda." Willy pun mengagguk paham. Sovia kemudian berjalan cepat menyusul Raka dan dua anak kembarnya. Willy berhenti sebentar, dia melihat Raka yang sudah masuk ke ruang makan bersama anak-anaknya.
"Apa yang ingin dibicarakan Nona padaku?" Willy mulai memikirkannya.
"Ya sudahlah, dari pada dipikirkan, lebih baik aku mencari udara segar." Willy pun berjalan ke arah luar halaman. Dia sepertinya tak ikut makan malam bersama dengan atasannya. Pria berkacamata itu terlihat berdiri di dekat pilar sambil memandangi langit gelap di atasnya.
"Semoga kau tenang di sana, Selly." Willy tengadah, mengingat sosok wanita yang sempat dia sukai. Wanita yang telah dibunuh oleh Luna Ashela.
_____
Setelah makan malam usai, semua orang kembali ke kamar mereka masing-masing. Kini cuma Raka yang berada di kamarnya, dia duduk sambil menunggu Sovia.
"Hm, kenapa dia belum ke sini?"
Raka tidak dapat menunggu lama Sovia yang sedang membereskan meja makan bersama Ibunya. Karena cukup lama menunggu, Raka kemudian membaringkan tubuhnya duluan sambil menyilangkan tangan lalu melihat ke atas.
Ketika dia ingin memejamkan mata, dia dikejutkan oleh pintu kamarnya yang terbuka. Raka segera beranjak duduk melihat istrinya yang sudah datang. Dengan tampang yang seperti ingin mengintrogasi, dia mulai bertanya pada Sovia.
"Kamu dari mana dan kenapa lama sekali?" tanya Raka cemberut. Dia memang tak suka menunggu dan karena itulah dia kesal.
"Pfft ... kamu kenapa?" Sovia berjalan ke arahnya lalu naik ke ranjang kemudian duduk di samping Raka.
"Aku ngambek!" jawab Raka terus terang. Sovia malah tertawa melihatnya seperti itu. Raka begitu lucu kalau lagi ngambek.
Sovia pun memandang-mandangi wajah Raka. Namun Raka tetap saja memalingkan mukanya. Tiba-tiba Sovia mencium pipinya. Dia tahu jika keterlambatannya membuat suaminya itu agak marah padanya.
Raka yang dicium langsung melihat Sovia. Terlihat Sovia tersenyum manis. Seketika mata Sovia membola karena Raka juga tiba-tiba menciumnya. Ciuman itu berbeda dari yang dia berikan. Ciuman itu tepat di bibir lembutnya.
Perlahan Sovia memejamkan mata, membalas ciuman Raka. Raka pun melepaskan ciumannya sebentar lalu melihat wajah istrinya, dan kemudian kembali mencium bibir istrinya.
"Emh, sayang ... sud ... sudah." Sovia mendorong dada Raka. Dia sedikit sesak nafas karena tak henti-hentinya Raka melummat bibirnya.
"Kamu ini. Kalau ngambek nggak usah gini juga," celetuk Sovia cemberut.
"Sayang, kenapa kau lama sekali? Aku dari tadi menunggumu." Raka mengelus rambut Sovia.
"Tadi itu, aku ke kamar si kembar. Mereka minta aku tidur sebentar bersama mereka," jawab Sovia menjelaskan.
"Terus, mereka sudah tidur?" tanya Raka.
"Yap, betul," jawab Sovia tersenyum manis. Meski begitu, dalam hatinya dia sedang sedih. Tentu dia sebenarnya baru saja menemui Willy dan membicarakan sesuatu.
Sovia seketika terkejut ketika Raka tiba-tiba memeluknya dan semakin kaget setelah Raka membisikkan sesuatu.
"Sayang, kamu pasti sudah tahu jika aku tak suka menunggu, kan?" Raka mulai mentoel pipinya.
"Ya, terus?" tanya Sovia was-was.
"Sekarang, aku akan memberimu hukuman," jawab Raka meremas pantat Sovia.
"Aahh ... kamu ini!" jerit Sovia menepis tangan Raka. Raka yang melihat respon Sovia hanya tersenyum picik.
"Sayang, kamu mau dihukum dengan cara apa?" bisik Raka lagi.
"Sudahlah, tadi kan aku sudah minta maaf. Nah sekarang, lebih baik kita tidur saja." Sovia mengabaikan Raka. Dia tahu maksud hukuman itu.
Namun Raka yang sudah berada di atasnya membuat Sovia terkejut dengan tingkahnya itu. Terlihat Raka mulai menggoda Sovia.
"Kamu mau apa lagi?" tanya Sovia mencoba tenang.
"Aku maunya kamu, sayang," jawab Raka memainkan rambut Sovia dengan raut muka memohon.
"Maaf, aku capek. Jadi kamu lebih baik tidur saja. Jangan melihatku seperti itu dan turun dari atasku!" pinta Sovia berpaling muka.
Raka yang mendengarnya pun bermuka cemberut. Dia dengan kesal tidur di dekat Sovia tapi menghadap ke samping membelakangi istrinya itu.
Sovia cuma menahan tawa melihat tingkahnya. Walau begitu dia mulai murung, memikirkan ucapan Willy yang tadi diajak bicara. Tiba-tiba saja, Raka tersentak merasakan Sovia memeluknya dari belakang dan ditambah lagi setelah mendengar bisikan Sovia.
"Baiklah, tapi pelan-pelan ya." Sovia menggigit telinga Raka membuat pria itu tercengang. Dengan cepat, dia berbalik. Terlihat Raka tersenyum kesenangan dan seketika mencium kening Sovia.
"Terima kasih, sayang."
Sovia membalasnya dengan senyuman manis dan saat itu pula Raka langsung menguncinya lalu mencium bibir istrinya dengan lembut dan mereka pun bercinta melampiaskan hasrat gairah satu sama lain. Malam yang indah untuk keduanya.
..._______...
...Halo Readers, jangan lupa, Like, Vote, dan Komen ya hehe ......
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 191 Episodes
Comments
ʀ𝖍𝒚𝖓𝖆
Rahasia apa sih sebenarnya🤔, penasaran deh😁
2021-10-04
0
Kartika Patricia Arumwangi
Semoga cpet dapet adik kecil ya
2021-07-20
0
Mistin Mistin
suka banget
2021-07-19
0