MILKSHAKE

Winter menengadahkan kepalanya, ia terkejut melihat seorang pria dengan kaca mata tebal dan giginya yang tonggos tersenyum memandang dirinya.

"Umm..." Winter memandang segelas Milkshake di meja tempatnya duduk. "Aku tak pesan apapun"

"Ini dariku, aku rasa minuman ini akan membuatmu rileks" ujar pria culun itu.

Gadis cantik itu malah tersenyum kecut, Winter memasukkan buku yang ia baca kembali ke dalam tas. Bukannya berterima kasih, Winter malah berdiri dan hendak pergi dari kedai tersebut.

"Hei, kau belum meminumnya!" Cegah si pria culun.

CPLASH!!!

Pria itu terkejut bukan main, ia menatap Winter dengan pandangan bingung. Bagaimana tidak? Milkshake yang ia buat kini malah berantakan di wajah dan pakaiannya ketika gadis bertubuh mungil itu menyiram dirinya.

"A-apa...."

"Hei bung!" Winter mengacungkan jari tengahnya pada pria itu. "Kau pikir aku bodoh? Jaman sekarang, pria culun sepertimu pasti ingin meracuniku dengan memasukkan sesuatu ke dalam minuman itu kan?"

"............"

"Sayangnya kau harus mencari target lain kali ini!" Ledek Winter kesal. "Aku tak akan pernah mau memberikan tubuhku ini untuk pria idiot seperti dirimu"

Sakit hati? Tentu saja pria culun itu sakit hati, dengan rasa sesak di dadanya ia membersihkan tumpahan minuman yang berceceran di meja, sesekali ia melirik Winter yang sudah berjalan pergi.

Di dalam kedai kopi tempatnya bekerja, ia memberikan selembar uang pada kasir. Rupanya bukan hanya Winter yang memperlakukan dirinya tidak baik, teman wanitanya yang menjadi petugas kasir pun tak kalah kasarnya dengan sikap Winter.

"Aku yang seperti ini saja tidak tertarik padamu!" Ujar pegawai kasir yang bernama Maggie. "Apalagi gadis secantik dan seseksi itu!"

"Hentikan Meg!" Ucap si culun. "Aku bahkan tak ingin melihat ke arah bola besar seperti dirimu"

"APA KAU BILANG??" Maggie marah dan melempar kotak tissue pada pria culun yang berani mengatai dirinya sebagai bola.

Bukan karena asal bicara, tubuh Maggie memang bulat besar. Bisa dibilang dia sangat gemuk, bahkan berjalan 15 menit saja ia tak mampu.

•••••

Sekian lama Winter berjalan, gadis itu berhenti disebuah taman. Kedua kaki Winter terasa kaku, antara iya dan tidak untuk memasuki taman tersebut.

Bukan karena takut akan adanya hantu, melainkan jika malam hari tiba taman itu akan penuh dengan keringat. Ini semua karena lampu-lampu taman yang sengaja dirusak oleh kumpulan remaja otak udang.

"Ya ampun! Bagaimana ini??"

Niat hati tidur di bangku taman untuk malam ini. Belum sempat ia menginjakkan kakinya ke area taman, kedua telinganya sudah mendengar suara-suara aneh dari dua mulut manusia yang berbeda gender.

"Ck! Menjijikan!" Gadis itu berbalik arah dan melanjutkan perjalanannya.

Sampailah ia pada sebuah rumah berlantai tiga, disana tertulis sedang ada kamar kosong. Winter buru-buru masuk ke dalam dan bertanya kepada petugas yang sedang berjaga.

"Anu, apa tulisan mengenai kamar kosong itu benar??" Winter menunjuk ke arah luar.

"Benar! Perbulannya 45 dollar" ucap Pria tua sambil menyulut rokok ditangan kirinya. "Kalau kau mau, kuncinya ada disana!"

Wow, murah sekali - Winter.

"B-baik, akan saya ambil!" Winter mendekati tempat kunci dan mengambil kunci itu, tak lupa ia membayar uang sewa untuk satu bulan ke depan.

Gadis cantik itu menghela nafas panjang ketika dirinya sudah sampai pada sebuah kamar ukuran 4x5 meter. Tak ada tempat tidur, tak ada lemari, hanya ada dapur super mini dan kamar mandi sempit di dalamnya.

Pantas saja murah - Winter.

Selama ini, ia tidak pernah belajar untuk membersihkan kamarnya saat berada di panti asuhan. Lalu ketika pindah ke apartemen mininya (kalau di Indonesia namanya kos) dia harus belajar bersih-bersih dari awal.

Winter menghabiskan banyak waktu berjam-jam hanya untuk membersihkan kamar kecil itu. Tak terasa ini sudah sangat larut malam, gadis itu tertidur tanpa membersihkan badan terlebih dahulu.

____________________________________

Sinar matahari menembus kaca bening yang berada di ruang kecil itu, cahaya hangatnya mampu membangunkan seorang gadis yang tengah tertidur nyenyak hingga air liur yang menetes tak dirasakan olehnya.

"Ng??" Winter meregangkan otot-ototnya yang kaku akibat salah tidur. "Ya ampun, jam berapa ini?"

Masih setengah sadar, gadis itu berjalan keluar kamar untuk melihat jam dinding yang terpasang di ujung lorong apartemen tersebut. Winter terkejut karena kurang 15 menit lagi jam pelajarannya di mulai.

Astaga! - Winter.

Tanpa pergi ke kamar mandi, Winter meraih tas dan jaketnya. Ia bahkan tak punya banyak waktu untuk sekedar berganti pakaian, bisa dibayangkan betapa lusuhnya penampilan dirinya sekarang.

•••••

Untuk pertama kalinya, gadis itu terlambat datang ke sekolah. Ia terpaksa harus mendapatkan hukuman atas keterlambatannya. Bukannya mengintropeksi diri, ia malah menyalahkan Emma yang telah mengusirnya dari panti asuhan.

Beruntungnya Winter adalah salah satu murid dengan jumlah teman terbanyak, bukan teman sekelasnya saja yang mengenal dirinya melainkan murid dari kelas lain juga mengenalnya.

Selesai mengerjakan semua tugas untuk hukumannya, Winter bersiap diri untuk pulang. Ia terkejut ketika melintasi kedai kopi yang ia kunjungi malam hari sebelumnya.

"Pecundang!!" Umpat seorang remaja kepada pegawai pria di kedai itu.

Tentu saja Winter terkejut, ia menghentikan langkah kakinya untuk melihat semua yang terjadi. Gadis itu menemukan tempat yang cocok untuk bersembunyi sambil menguping pembicaraan segerombol pria di kedai tersebut.

Bukankah itu pria culun tadi malam? - Winter.

"Minuman ini terlalu manis untukku!!" Ujar seorang teman sekelas Winter bernama James. "Aku heran, kenapa kedai sebagus ini memperkerjakan pria dungu sepertimu?!"

Kedua mata Winter melotot ketika James dengan semena-mena menarik kepala si pria culun itu dan menempelkannya ke meja, seolah ia menggunakan wajah si culun untuk mengelap meja.

Tanpa sadar, jantung gadis itu berdebar kuat. Ia merasakan rasa panas di sekujur tubuhnya, seperti darahnya sedang mendidih saat ini. Sorot matanya yang tajam terus memperhatikan James yang kini tertawa terbahak-bahak menindas pria culun itu.

"M-maaf...." Dengan rasa takut si pria culun mengusap wajahnya yang lengket akibat jus. "S-saya akan menggantinya!"

"Kau tak perlu menggantinya!" James mengangkat kepala pria itu dengan kasar. "Dengan satu syarat, malam ini datanglah ke pesta yang telah aku adakan"

"Pe-pesta??" Tanya Arthur gugup, yah... Pria culun bergigi tonggos itu adalah Arthur. Ia berada di satu sekolah yang sama dengan Winter, namun Winter tak pernah mengenalinya.

"Yah! Malam ini, kalau kau tidak datang maka aku dan teman-temanku akan menyiksa mu selama setahun di sekolah maupun ditempatmu bekerja"

Ketakutan dirasakan oleh Arthur, terpaksa dirinya harus menyanggupi permintaan James untuk datang ke pesta yang selama ini belum pernah ia datangi. Arthur tahu itu adalah pesta untuk anak-anak populer, kebanyakan dari mereka yang datang adalah remaja-remaja bodoh yang doyan pesta ****. Asal wajahmu cantik ataupun tampan kau bisa datang kapanpun ke tempat itu.

Pesta ya? - Winter.

Malam harinya, Winter berdandan ala kadarnya. Meskipun tak menggunakan riasan ia tetap terlihat cantik, entah kepada siapa dia harus berterima kasih atas wajah cantiknya itu.

Benar saja! Itu adalah pesta yang sangat ramai akan kaula muda, jiwa-jiwa remaja liar bergejolak menjadi satu pada satu tempat. Dengan gampang Winter bisa memasuki pesta James karena wajah cantiknya, gadis itu menutup kedua telinganya yang sakit akibat suara dentuman musik yang terlalu keras. Baginya musik seperti itu tak dapat di dengar baik bahkan oleh telinga iblis sekalipun.

Dum!

Dum!

Dum!

Kedua matanya mencari-cari sosok Arthur si pria culun ditempat itu, setelah lama mencari ia tak berhasil menemukan pria culun itu dimanapun. Gadis itu memutuskan untuk memesan minuman dan duduk disebuah kursi disudut ruangan.

"Bersulang!" Teriak semua teman-teman James di meja lain tak terkecuali Arthur yang duduk diantara tengah-tengah mereka.

"Hei, buat dia minum James!!" Pinta salah seorang teman. "Biarkan dia mabuk malam ini"

"Hahaha, kau benar juga!"

Keringat dingin membasahi wajah Arthur, entah sudah berapa gelas alkohol yang sudah ia teguk sejak ia menginjakkan kakinya di sarang setan itu. Hatinya sangat sedih namun wajahnya dipaksa untuk tersenyum, jika tidak begitu maka James akan mengerjainya habis-habisan saat di sekolah nanti.

James menangkap sosok Winter yang duduk sendirian sambil meminum minumannya, pria brengsek itupun tersenyum lebar melihat gadis itu diacara pestanya. Bukan tanpa alasan, melainkan Winter tak pernah datang ke acara yang ia buat selama ini.

"Wow, ada Winter??!" Ujar James senang, sambil memukul bahu Arthur.

Arthur yang sudah merasa pusing menengadahkan kepalanya untuk melihat sosok Winter, ia terkejut karena gadis yang menyiram Milkshake kepadanya waktu itu ada di acara pesta bodoh ini.

Gadis itu... - Arthur.

"Hei, bodoh!" Panggil James kasar, ia menarik lengan Arthur. "Pergi dan temui dia, ajak dia berdansa!"

"A-apa??" Tanya Arthur gugup, ia masih ingat dengan jelas bagaimana Winter menyiramkan minuman pada wajahnya waktu itu. "A-aku tidak...."

"Apa katamu??" James meraih tengkuk Arthur setengah mencekiknya. "Apa kau lupa ancaman yang aku berikan tadi pagi??"

"T-tapi James, kau tidak tahu..."

"Cepat sana pergi!!" Pinta James kasar.

Bersambung!!

Halo, jangan lupa untuk terus mendukung Author dengan cara klik Like Komentar Follow Favorit Vote dan Rating ya?? 😘🙏 Terima kasih...

Terpopuler

Comments

𝐀⃝🥀 𝐕⃝⃟🏴‍☠️𝐐ᵁᴱᴱᴺᴛʀɪ'𝗚🤎

𝐀⃝🥀 𝐕⃝⃟🏴‍☠️𝐐ᵁᴱᴱᴺᴛʀɪ'𝗚🤎

masih menyimak dulu Thor sambil mengingat2 cerita sebelumnya hehehe 😁🤭😍👍👍👍🧐

2022-05-31

0

Just Rara

Just Rara

apa yg akan terjadi dgn athur klu dia ketemu sm winter?

2021-03-25

1

chii

chii

lanjut ya kak☺

2021-02-16

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!