Chapter Dua

Happiness Support

System Co., Ltd - PT. Hidup Bahagia Sejahtera (HBS)

'Kebahagiaan Anda adalah Tanggung Jawab Kami'

Bel masuk kerja memotong pembicaraan Bagas dengan Pak Joko. Padahal dia belum sempat bertanya apa pun soal benda yang baru saja diterimanya. Alhasil, Bagas mencari informasi sendiri mengenai perusahaan tersebut.

Saat ini, berita tentang HBS sedang menjadi trending topic. Bagas merasa dia terlalu fokus terhadap pekerjaan di kantor, sampai-sampai tidak peduli dengan apa yang terjadi di sekitar.

Perusahaan yang pertama kali dibangun di negeri Sakura sejak tahun 1980-an tersebut memiliki puluhan cabang di seluruh penjuru dunia. Salah satunya yaitu HBS, yang berdiri sejak 2001 di Indonesia. Mereka selalu menawarkan berbagai teknologi mutakhir yang mempermudah hidup manusia. Dimulai dari robot asisten rumah tangga, laptop sebesar rubik dengan layar dan keyboard hologram, dan masih banyak lagi.

Sementara yang sedang booming saat ini adalah Dream Machine—alat yang katanya bisa memberikan mimpi indah kepada semua orang. Ternyata banyak sekali youtuber yang sudah mencoba dan memberikan review soal

mesin tersebut. Dan tidak ada satu pun review buruk tentangnya. Kecuali soal harga yang terlalu fantastis—untuk bisa dinikmati golongan rakyat kelas bawah seperti Bagas.

Kebanyakan yang menikmati fasilitasnya adalah orang-orang menengah ke atas. Bahkan para orang kaya membeli mesin tersebut untuk digunakan di rumah masing-masing. Kebanyakan orang datang ke perusahaan tersebut untuk menyewa. Bisa dibilang seperti warnet, kita harus membayar untuk menggunakan mesin tersebut—dalam waktu yang bisa kita tentukan sendiri.

Bagas mengklik salah satu tayangan dari youtuber terkenal.

"Hai, gaes! Barusan gue baru aja nyobain mesin kekinian yang lagi banyak diomongin seantero Indonesia nih! Dream machine dari PT. HBS! Awalnya gue bingung, kayak gimana sih rasanya mesin pembuat mimpi itu. Karena penasaran, gue datang aja langsung ke lokasinya. Pegawainya ramah banget! Mereka ngejelasin soal mesin ini, dan cara kerjanya. Intinya kita cuma perlu registrasi doang, dan langsung pake mesinnya tanpa ada minimal dan maksimal waktu penyewaan. Dan bayarannya dilakuin di belakang. Katanya sih mereka pengen pelanggan ngerasa puas dulu dan bakal ngasih gratis kalau kita gak puas sama mesinnya. Tapi setelah gue coba, wah... langsung booking buat tidur tar malem. Nah, di sini gue lagi sama salah satu pegawainya."

"Makasih banyak Mas Itta sudah menyempatkan datang ke HBS. Puas, Mas?"

"Banget, Mba! Saya beneran udah pesen buat tar malem kan ya, delapan jam?"

"Iya, benar. Sudah saya masukan ke sistem,pokoknya. Jadi Mas bisa tinggal datang saja nanti malam."

"Siap, Mba! Nah, coba Mba kasih tau info lain yang mungkin belum saya jelasin tadi ke para Itta Holic."

"Terima kasih atas kesempatannya, Mas Itta. Halo semua yang sedang menonton. Mungkin masih banyak dari kalian yang penasaran kayak gimana sih Dream Machine ini. Intinya, mesin ini akan memberikan stimulus kepada otak kalian, dan bisa menciptakan mimpi dari semua hal yang kalian inginkan. Jadi tanpa perlu diucapkan, mesin ini akan menganalisa dengan sendirinya, hal apa saja yang bisa membuat kalian merasa bahagia. Tentu saja tanpa ada efek samping yang berbahaya. Semuanya dijamin aman. Kalau masih ragu, kalian datang saja ke kantor kami. Untuk pelanggan baru, akan kami berikan free trial satu jam."

"Wah! Asik banget tuh! Tapi, saya lihat kan banyak banget nih yang datang. Kita perlu reservasi dulu gak sih, Mba? Takutnya kan gak kebagian."

"Lebih baik sih reservasi dulu ke nomor telepon yang ada di website kami. Tapi jangan takut, karena di sini kami sudah menyiapkan lebih dari seribu mesin yang siap digunakan."

"Waw, seribu gaes! Jadi gedung dua puluh tingkat ini isinya mesin semua!"

"Selain itu, tentunya banyak fasilitas lain yang kami tawarkan. Seperti jasa pembuatan makanan dan minuman. Room-nya pun beragam. Dari mulai yang VVIP—di mana kalian bisa menikmati mesin dalam satu ruangan khusus, sepeti kamar hotel. Ada yang first class, sampai ada room ekonomi—yang penggambarannya mirip capsule hotel."

"Pokoknya,kalian wajib banget nyobain ke sini deh, gaes! Gue aja kayaknya nanti bakal beli mesinnya sendiri buat disimpen di rumah. Menurut gue ini keren sih, kayaknya bisa jadi solusi buat ngurangin penggunaan obat-obatan terlarang. Iya, enggak, Mba?"

"Benar sekali. Kami tentu berpikir sampai ke sana saat membuat inovasi seperti ini. Karena menurut kami, pikiran yang bahagia, akan membuat jasmani kita sehat. Jadi anak-anak muda sudah tidak perlu lagi menggunakan hal berbahaya hanya untuk mencari kesenangan."

"Setuju banget! Nah, itu aja gaes buat episode kali ini-"

Bagas menutup channel youtube yang baru saja ditonton. Rasa penasaran mengantarkannya ke halaman website HBS. Tentu saja untuk memastikan harganya. VVIP Class Rp.10,000,000 per 6 hours. (Dapatkan semua fasilitas free. 1 ruangan khusus dengan kamar mandi di dalam. 2x makan dengan berbagai pilihan menu high quality. Free jemputan PP, dan lainnya.)

Jari Bagas tidak bisa berhenti meng-scroll ke bawah. Melewati daftar harga yang menusuk mata, dan berhenti pada bagian Economic Class.

“Seratus ribu perjam? Huh, siapa yang mau mengeluarkan isi dompet hanya untuk tidur satu jam? Lagian mana puas tidur sejam doang. Jago banget marketingnya, bikin orang otomatis nyewa lebih dari sejam.”

Biaya yang menurut Bagas tidak ramah untuk kantongnya, membuat dia langsung mengabaikan soal dream machine tersebut. Dia menyimpan kartu nama pemberian Pak Joko, tapi tidak pernah memikirkannya lagi.

Seminggu berlalu setelah mendapatkan info dari Pak Joko. Bagas sudah tidak ingat soal informasi yang dia dapat. Hingga lelaki setengah baya tersebut kembali mengajaknya bicara.

"Gimana, Gas? Udah nyobain belum?" Pak Joko kembali mendatangi Bagas yang sedang menikmati sebatang rokok di tempat biasa.Tentu saja dia ke sana bukan untuk bergabung, hanya sekedar mencari teman untuk membicarakan pengalamannya menggunakan dream machine.

"Belum, Pak."

"Gimana sih, kamu. Cobain aja dulu free trial-nya. Pasti kamu ngerti kenapa saya nyaranin ke sana."

"Mahal ah, Pak. Sayang uang."

"Oh, itu ternyata alasannya."

Pak Joko tertawa di samping Bagas yang memasang wajah serius. "Maaf, saya lupa ngejelasin. Kalau soal itu, saya

ngerti benar. Makanya saya kasih kartu nama itu. Sebenarnya HBS punya tempat khusus untuk golongan kayak kita. Harganya jauh lebih murah daripada kelas ekonomi sekali pun."

"Tapi saya gak lihat ada di website-nya."

"Iya, karena memang ini dibuat khusus. Mereka bilang sengaja gak cantumkan di website, karena takutnya orang-orang yang mampu justru pakai fasilitas ini. Jadi mereka cuma memasarkan dari mulut ke mulut saja. Coba deh kamu hubungin nomor di kartu nama yang saya kasih. Cuma seharga uang rokok."

Pak Joko langsung pergi setelah selesai berbicara. Meninggalkan Bagas dalam rasa penasaran yang kembali muncul.

Bagas tetap bergeming, sembari melihat sosok Pak Joko menjauh. Lelaki itu memang selalu terlihat bahagia belakangan ini. Meski entah kenapa badannya menjadi semakin kurus. Tapi, mood-nya tidak pernah buruk. ‘Apa efeknya sehebat itu ya?’ Pikir Bagas

Lagi-lagi, Bagas bermaksud mengabaikan cerita Pak Joko. Hingga telepon dari adiknya menjelma menjadi petir di siang bolong.

"Halo, Kak, ibu sakit. Udah kita bawa ke dokter, tapi katanya perlu diopname di rumah sakit."

Padahal Bagas bermaksud menikmati weekend ini dalam kedamaian. Tidur seharian di kosan, tanpa gangguan apa pun.

Jumlah saldo pada rekening membuat kepalanya bertambah pusing. Hingga akhirnya Bagas spontan menghubungi nomor kontak dalam kartu nama yang diberikan oleh Pak Joko. Kini, dia berada di sebuah tempat yang diberitahukan oleh orang di seberang telepon. Cabang dari HBS, yang berlokasi tak jauh dari GBK.

Bangunan yang ada tidak tampak seperti sebuah perusahaan. Bahkan sangat kontras dengan bangunan rumah sakit mewah yang tepat berdiri di belakangnya. Bagas harus memastikan berkali-kali agar dia tidak salah masuk. Di depan gedung—yang hanya terdiri dari tiga lantai tersebut, terdapat sebuah plang dengan nama HBS.

“Cari siapa, Mas?” tegur seorang satpam. Mungkin Bagas tampak mencurigakan karena terus memandangi gedung dari luar, namun tak kunjung masuk.

“Ini HBS yang punya dream machine kan ya, Pak?”

“Kalau untuk sewa DM itu bukan di sini, Pak. Alamatnya bisa dilihat di website. Ini hanya kantor arsip dan gudang.”

Bagas merasa bingung sekarang. Dia kembali mengecek alamat yang tertera pada kartu nama. Memastikan bahwa tempat yang dia tuju tidaklah salah. “Tapi, saya dapat alamatnya dari kartu nama ini,” jelasnya sembari memperlihatkan kartu nama yang dipegang.

Sang satpam langsung tersenyum—lebih ramah dari sebelumnya. “Oh, bilang dong daritadi, Mas. Kalau itu benar, kok. Silahkan, langsung masuk saja menuju ke lobby.”

“Terima kasih, Pak.”

Bagas melangkah pelan. Mulai menjauh dari satpam yang hanya berdiri memandanginya sembari tersenyum lebar. Entah kenapa ada sebuah perasaan aneh yang muncul. Padahal jelas-jelas Bagas mendapat sambutan yang ramah, tapi dia merasa agak tidak nyaman.

‘Ah, apa sih yang harus aku takutkan di tempat kayak gini?’

Terpopuler

Comments

Resti Queen

Resti Queen

Kalau di mimpi kan biasanya semenit setara berjam-jam. Jadi bisa saja satu jam yang dimaksud adalah satu jam di dunia nyata tapi bisa bermimpi bahagia berhari-hari.

2022-11-19

0

Resti Queen

Resti Queen

Jadi teringat sama Inception, film tentang mimpi juga.

2022-11-19

0

lee.ana

lee.ana

penasaran sama pt hbs

2021-08-24

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!