Masih dengan raut wajah kesal, Dara meneruskan langkah. Kata pak satpam yang berjaga di lobby utama perusahaan besar itu, ruangan CEO berada di pertengahan gedung. Ia segera menghubungi Pak Mario mengingat minim sekali informasi yang ia dapatkan tentang atasan barunya ini.
"Hallo, Pak Mario?" sapa Dara segera setelah sambungan teleponnya diangkat.
"Iya Dara, kamu udah ketemu Tuan Bagas?" tanya Mario antusias.
"Belum, Pak Mario. Malah saya ketemu OB gondrong menyebalkan." gerutu Dara. Terdengar Mario terkikik geli di ujung telepon.
"Jadi kepentingan apa yang bikin kamu telepon saya sekarang, Ra?" tanya Mario lagi.
"Pak, kok saya deg-degan ya. Kayaknya saya gak sanggup mengemban tugas mulia ini. Jadi saya menyatakan bahwa saya telah gagal sebelum berperang, Pak." ujar Dara dengan percaya diri.
Mario tertawa terbahak-bahak mendengar celotehan Dara yang tanpa jeda itu.
"Kamu ini, ketemu orangnya saja belum. Tapi sudah menyerah duluan. Udahlah Dara, ini perintah langsung dari Tuan Benjamin. Kamu mau cabang perusahaan di sini ditutup karena kamu udah nyerah duluan. Kamu gak kasihan sama teman-teman kamu yang akan kehilangan pekerjaannya?" bujuk Mario.
Mendengar hal itu, mau tidak mau akhirnya Dara mengalah juga. Ia jadi kembali pada rencana, yaitu membuat si atasan sendiri yang akan memulangkannya ke Malang.
Setelah mematikan sambungan telepon, Dara pergi ke tempat resepsionis yang segera menilik dirinya dari atas sampai bawah.
"Maaf, Mbak ini mau ketemu siapa ya?" tanya wanita bersanggul rapi itu. Ia melihat penampilan Dara yang rapi dengan kemeja yang agak kebesaran dan juga rok selutut berwarna hitam. Juga dengan kacamata yang mempermanis penampilannya.
"Biarkan dia ke ruangan Bagas." suara itu membuat resepsionis segera melihat ke belakang Dara berdiri saat ini. Terlihat Tuan Benjamin tengah menatap keduanya. Ia tersenyum pada Dara.
"Baik, Tuan." sahut mbak resepsionis itu patuh. Ia segera mengarahkan Dara ke ruangan Bagas yang sepi karena telah ditinggal pergi pemiliknya.
Tidak lama berselang, saat ia baru saja mendaratkan pantatnya ke sofa empuk yang ada di sana, Tuan Benjamin masuk. Dara lantas segera berdiri.
"Tidak apa, duduklah." ujar Benjamin sambil mempersilahkan Dara kembali duduk.
"Terima kasih, Tuan. Perkenalkan, saya Miya Andara. Saya yang dipindah tugaskan dari Malang ke Jakarta." ujar Dara sambil membungkukkan sedikit kepalanya.
"Saya sudah tahu. Terima kasih kamu sudah bersedia datang ke sini." balas Tuan Benjamin.
Saya terpaksa, Tuan. Percayalah. Dara membatin.
"Jadi, apa posisi dan tugas saya selama berada di Jakarta, Tuan?" tanya Dara.
"Kamu di sini akan menjadi sekretaris anak saya. Tugas utama kamu adalah mengusir para perempuan yang sering anak saya bawa ke tempat ini. Kamu paham?"
"Hah? apa memang ada tugas semacam itu, Tuan?" tanya Dara dengan tampang melongo. Tentu saja ia bingung. Masa ia harus mengusir setiap perempuan yang datang ke ruangan ini.
"Maksud saya, setiap perempuan yang tidak ada kepentingannya di sini. Anak saya itu laki-laki bandel. Dia suka bawa perempuan ke ruangan ini. Saya takut sial nanti kalau dia terus-terusan begitu. Kamu akan saya gaji besar sekali. Lima kali lipat dari gaji kamu saat di Malang." jelas Tuan Benjamin panjang lebar.
Dara membulatkan mata. Benarkah ia akan memperoleh gaji besar? benarkah lima kali lipat dari gajinya dahulu? memikirkan itu membuat Dara jadi lupa rencananya untuk gagal dalam misi ini.
Ia sudah membayangkan bisa menabung banyak uang dan membelikan bapak mobil. Sedari dulu, bapaknya ingin sekali punya mobil lagi setelah sebelumnya mereka harus menjual satu-satunya mobil mereka untuk biaya operasi ibu dulu.
"Apa benar lima kali lipat, Tuan?" tanya Dara sambil menunjuk keempat jarinya membuat Benjamin jadi tertawa.
"Itu empat." seru Ben sambil menepuk jidatnya sendiri.
"Oh iya, Tuan." ujar Dara setelah ia melihat empat jarinya yang berdiri. Nampaknya, Ben akan suka dengan gadis unik itu. Ia tidak salah pilih sekretaris untuk putranya yang nakal itu.
"Kamu boleh menunggu di sini, sebentar lagi anak saya akan tiba. Itu meja kamu sudah disiapkan." Tuan Benjamin menunjuk sebuah meja dan kursi kerja tak jauh dari meja dan kursi kebesaran milik Bagas.
Akhirnya tinggal lah Dara sendiri di ruangan luas itu. Ia mengedarkan pandangan ke sekeliling. Ruangan ini begitu nyaman. Dara tertegun menatap sebuah ruangan berpintu di sisi lain tempat itu. Nampak seperti kamar.
"Apa yang harus aku lakukan, atasannya saja tidak ada." desis Dara gundah. Ia paling tidak bisa bersantai seperti itu. Maka untuk mengusir kejenuhan sambil menunggu CEO perusahaan itu datang, Dara mulai membuka ponsel.
Senyum dan tawanya seketika mengembang saat ia melihat foto-fotonya bersama karyawan lain di Malang ada di grup. Barus sehari ia jadi rindu sekali pada teman-temannya itu.
Membalas foto-foto itu, Dara akhirnya mengambil satu fotonya yang sedang tersenyum manis di dalam ruangan CEO itu. Ia berpose dengan berbagai gaya lalu mengirim hasil jepretannya di grup.
Gila, keren banget sih ruangannya. Foto itu segera banjir komentar.
Iya, meja kerja aku aja satu ruangan sama CEO. balas Dara pula di kolom komentar yang sama.
Gila asik banget sih Daraaaaaaaaa. Aaaaaa aku juga mau. Komentar Niar hanya dibalas emoticon tertawa oleh Dara.
Eh Dara, kamu jangan pake baju seksi, nanti kamu jadi santapan bos playboy. Komentar Angga mencuri perhatian Dara seketika. Ia segera menatap tampilannya yang sederhana dan biasa dengan kemeja yang kebesaran.
Tenang, aman kok. Dara membalas komentar Angga.
Tiba-tiba, Dara kebelet mau buang air kecil. Ia bingung mau keluar mencari toilet sementara air seninya sudah di ujung. Akhirnya Dara memberanikan diri masuk ke kamar mandi si CEO yang sangat nyaman itu.
Dara memandang kagum pada desain interior toilet itu. Namun, saat ia hendak membuang tisu ke tong sampah setelah membersihkan tangannya, ia terbelalak melihat sebuah bra berwarna merah teronggok di sana.
"Wah, ini CEO nya benar-benar mesum." ujung Dara sambil menatap geli pada Bra itu.
Dara segera keluar dari ruangan kamar mandi dan saat itu pula ia mendengar pintu ruangan itu terbuka. Tampak seseorang masuk ke dalamnya.
Dara dan lelaki yang baru masuk itu sama-sama tersentak. Lalu seakan tanpa basa basi, Dara segera menghampiri lelaki itu kemudian memukul-mukul gemas tubuh lelaki itu dengan tasnya.
"Dasar buaya Gondrong. Ini balasan kamu tadi ya. Rasain!" ujar Dara tanpa ampun sambil terus memukul tubuh tinggi itu.
" Woi cewek gila! Betty Lapea! singa galak! Ngapain lo di sini?!" ujar lelaki itu sambil terus menahan serangan Dara.
" Tuan Bagas?"
Suara salah satu staff menghentikan gerakan Dara. Ia memandang wanita yang sedang membawa berkas laporan itu dan buaya gondrong itu bergantian.
"Mampus gak lo udah menganiaya CEO di sini?!" ujar Bagas sambil menyeringai. Sementara Dara hanya bisa meremas tangannya yang mulai panas dingin.
Matilah aku, Tuhan. Aku benar-benar akan gagal sebelum berperang. Sesal Dara dengan senyum tidak enak pada Tuan Bagas Gumilang. Si Buaya Gondrong.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 227 Episodes
Comments
Nuryati Yati
singa galak vs buaya gondrong🤣🤣
2025-04-21
0
Lilisdayanti
🤣🤣🤣🤣 kaya keluarga buaya rawa2 🤣🤣🤣
2023-01-12
1
SurgaWijaya
singa galak betina🤣
2022-12-18
0