Jantung Najwa seketika berhenti berdetak, pikirannya kalut dengan penuturan para tetangganya. Kesabaran yang selama 3 tahun ia pertahankan tiba-tiba kini menggoyahkan hati dan imannya. Air mata yang sudah ia tahan kini tak mampu lagi ia bendung.
Najwa berlari masuk kedalam kamarnya. Ia menangis sejadi jadinya di dalam sana.
Apakah semua ini salahku ? Kenapa mereka menyalahkanku ? Kenapa hanya aku hiks hiks..
Aku tudak kuat lagi...
Hingga saat sedikit tenang dari kesedihannya, ia pun beranjak kekamar mandi untuk mengambil air wudhu. Mengingat waktu telah memasuki Ashar, Najwa memutuskan untuk shalat dan mengadu segala yang terjadi pada yang maha kuasa.
Setelah shalat selesai, Najwa memilih menghubungi salah satu temannya yang bernotabene Ustadzah itu.
"Assalammualaikum Ran."
"Waalaikumsalam Wa, kamu apa kabar ?"
"Alhamdulilah baik Ran. Aku boleh tanya sesuatu gak sama kamu ?"
"Tentu Wa, mau nanya apa ?"
"Bagaimana pandangan islam tentang poligami ?"
"Dalam islam poligami itu tidak dilarang Wa. Asal ada syarat yang harus dipenuhi, salah satunya suami harus meminta izin kepada istri sahnya untuk berpoligami dan suami juga harus berlaku adil terhadap kedua istrinya. Tapi kalau itu tidak bisa dilakukan oleh suami, mending satu aja cukup deh."
"Gitu ya. Terima kasih ya Ran penjelasannya."
"Sama sama Wa, apa kamu ada masalah ?"
"Gak ada kok. Ya udah aku tutup dulu ya, kita sambung lain waktu. Assalamualaikum."
"Waalaikumsalam wr wb "
Panggilan telfon pun berakhir.
Najwa bukan tipekal wanita yang gampang menceritakan tentang masalah rumah tangganya pada orang lain. Ia mampu menanggungnya sendiri, bahkan hinaan dari para tetangga pun Najwa tidak menceritakan pada suaminya.
Ia berfikir, suaminya lelah karna seharian bekerja di kantor. Jika ia mengadu hinaan dari tetangganya malah akan menjadi beban suaminya bertambah, tentu saja Najwa tidak mau hal itu terjadi.
Setelah menghubungi sahabatnya, Najwa terdiam merenung di dalam kamarnya.
" Aku harus gimana Mas ? Apa aku harus menyuruh mu menikah lagi demi bisa memiliki seorang anak. Aku rapuh, aku tidak bisa membahagiakan kalian Hiks hiks...aku harus gimana ya Allah ?" Ucapnya lirih seraya menitikan air matanya.
Tiba tiba....
Ting tong ting tong...
Mendengar bel rumah berbunyi, Najwa menghapus air matanya dan berlari turun membukakan pintu.
Ceklek...
" Assalam mualaikum sayang..." Rehan mencium kening istrinya.
" Waalaikumsalam Mas,"jawab Najwa tersenyum.
" Mau makan atau mandi dulu mas ?" Tanya Najwa.
" Mandi dulu aja sayang, mas belum laper. Badan mas juga udah lengket banget nih."
" Ya udah yuk kekamar ! Najwa siapin air panasnya."
" Iya sayang..."
Rehan dan Najwa menuju kamar mereka di lantai dua. Najwa menyiapkan air hangat untuk suaminya membersihkan diri. Selama menunggu suaminya yang tengah mandi, ia hanya disibukan dengan membaca buku hadist di atas ranjang.
" Sayang, apa kamu sudah mandi?" Tanya Rehan yang baru saja selesai mandi.
" Sudah mas..." Jawab Najwa. Dan Rehan hanya mengangguk menuju lemari bajunya untuk berpakaian.
Rehan membaringkan tubuhnya di pangkuan sang istri menghilangkan sejenak lelahnya berkerja seharian. Najwa yang mengerti kebiasaan suaminya itu segera mengelus rambut Rehan dan sesekali memainkannya.
Hingga tanpa sadar, mereka berbincang dengan posisi yang sama sampai waktu magrib tiba.
"Mas, Najwa laper deh," Ucapnya saat membuka mukenanya seusai shalat.
" Ya udah yuk langsung makan !" Jawab Rehan dan langsung diangguki oleh Najwa.
Kejadian seperti biasanya saat di meja makan. Najwa melayani penuh cinta suaminya itu begitu pun dengan Rehan yang sangat telaten membantu istrinya mencuci piring setelah makan.
" Sayang, kekamar lagi yuk !" Ucap Rehan menatap penuh cinta istrinya.
Najwa yang mengerti niat suaminya itu langsung mengangguk.
" Kyaaaaaaaaaaa mas turunin dong, nanti jatuh gimana ?"
" Sttttt diem sayang, kalau gak mau jatuh," Ucap Rehan tersenyum menyeringai.
Najwa pun menurut patuh. Ia mengalungkan kedua tangannya keleher Rehan dan membenamkan wajahnya didada bidang suaminya itu.
Sesampainya di kamar, Rehan langsung merebahkan tubuh istrinya di atas ranjang.
Ia membuka kaosnya lalu merangkak naik keatas ranjang.
Mencium kening istrinya, kemudian pipi kanan dan kiri, lalu turun kebibir Najwa.
Dikecupnya bibir ranum itu perlahan-lahan berubah menjadi *******. Nafas keduanya memburu seolah tubuh mereka meminta lebih dari sekedar ciuman. Malam itu terjadilah malam panjang bagi sepasang suami istri yang tengah bermasu kasih.
Pagi hari matahari yang telah muncul itu masuk seketika lewat sela-sela jendela kamar membuat Najwa pun terbangun dari tidurnya. Dirabanya sebelah ia tidur, Najwa membuka mata dan tidak melihat suaminya di sana. Suara gemercik air di kamar mandi menandakan seseorang tengah mandi di dalam sana.
Setelah mandi selesai, mereka segera turun untuk sarapan. Pagi ini Najwa hanya membuat sandwich sebagai sarapannya, mengingat ia bangun kesiangan hingga ia tidak sempat untuk memasak.
" Mas pokoknya kalau udah sampe, langsung kabarin aku ya !" Ucapnya manja pada Rehan.
" Iya sayang. Mas akan langsung telfon kamu kalau udah sampe. Baik-baik di rumah ya, sering-sering lah nginep di rumah mama biar mas gak khawatir !" Ucap Rehan sembari melahap sarapannya.
" Mas berangkat jam berapa ?"
" Bentar lagi sayang, supir kantor yang anter mas ke bandara."
" Aku ikut ya mas, plis !" Tutur Najwa memohon.
" Baiklah. Cepet siap-siap gih, mungkin pak Adit bentar lagi jemput."
" Oke...." Najwa berlari kelantai dua untuk bersiap siap ikut mengantar suaminya kebandara.
Benar saja, tak lama kemudian datanglah pak Adit supir kantor yang menjemput mereka.
1 jam perjalanan, akhirnya mereka telah sampai di bandara.
" Mas hati-hati ya, jangan lupa kabarin aku !" Ucapnya seraya menangis.
" Iya sayang, jangan nangis dong. Mas jadi gak tega ninggalin kamu kalau gini," Rehan memeluk erat tubuh istrinya itu.
" Aku gak nangis kok, Mas cepet pulang ya ?" Ucap Najwa melepas pelukan Rehan dan mengusap air matanya.
" Iya sayang. Mas berangkat ya, kamu jaga diri baik-baik di rumah, kalau ada apa apa cepet kabarin mas atau mama !"
" Iya mas...." Najwa meraih tangan suaminya dan dicium tangan itu begitu juga dengan Rehan yang mencium kening istrinya penuh cinta.
" Assalammualaikum...."
" Waalaikumsalam...."
" Pak Adit antarkan istri saya ya ! Pastikan selamat sampe rumah," Pintanya pada pak Adit.
" Siap pak," Jawabnya patuh.
Najwa menunggu suaminya hingga pesawat lepas landas. Kemudian ia pun pulang kerumah dengan diantar pak Adit, supir kantor suaminya .
💞💞💞Tinggalkan
Vote
Like
Komen kalian ya
Happy Reading guys...
Bersambung💞💞💞
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 43 Episodes
Comments
Nailil Ilma
Semangat kak
Selalu dukung novelmu. Salam dari Cinta Anak Pesantren.
Mari kita saling mendukung 💪
2021-07-18
0
ratu adil
mugA xpt yg trbEk najw
2021-07-07
0
Najwa Aini
lanjut. and like selalu
2021-02-23
2