Sejenak pandangan Adara teralihkan pada seseorang laki-laki yang mendekati mereka berdua. Laki-laki itu tersenyum jahil pada Adara dan berjalan santai ke arahnya. Adara sangat terkejut melihat laki-laki itu yang ternyata adalah laki-laki kemarin yang berbuat usil padanya di minimarket. Dan Adara merasa sial bertemu lagi dengan laki-laki itu di kampusnya. Laki-laki itu berdiri diantara dirinya dan laki-laki yang bermata elang itu.
“Hai gadis, apa kau kehilangan koinmu lagi?” Tanya laki-laki usil itu.
“Elvan, Kau mengenal wanita ini?” Tanya balik laki-laki yang bermata elang.
“Mana mungkin aku kenal wanita aneh seperti dia. Menurunkan pamorku saja.” Jawab Elvan dengan terkekeh. Membuat Adara mengalihkan pandangannya kesal.
“Kukira kau dekat dengannya.” Ucap laki-laki bermata elang itu sekilas melirik sinis pada Adara.
“Apa kau sedang ada masalah dengannya Hardin?” Tanya Elvan.
“Masalah? Justru sebaliknya,” jawab Hardin dengan nada sinis. Pandangannya kembali dipertajam pada Adara. Ada maksud tersembunyi dari perkataan Hardin.
Hardin berniat pergi dari sana tanpa berbicara pada Elvan dan mengacuhkan mereka begitu saja. Adara bisa melihat tubuh orang yang bernama Hardin itu semakin menjauh. Tapi yang membuatnya aneh, setiap orang yang dilewati oleh laki-laki itu selalu menundukkan kepala. Bukan karena hormat atau sekedar sapaan. Tapi Adara melihat ketakutan di wajah mereka.
Melihat Adara yang terus memperhatikan Hardin, Elvan tersenyum usil. Dia berpikir Gadis ini pasti juga terpikat dengan Hardin. Belum tahu dia, siapa Hardin itu? pikirnya. “Hai Nona, apa perlu aku membantumu.?” Tawar Elvan mulai menyentuh sepeda kayuh milik Adara yang masih tergeletak mengenaskan di semak-semak.
Adara yang tersentak dengan perkataan Elvan segera cepat-cepat menyingkirkan tangan laki-laki itu dari sepedanya. “Pergilah. Aku tidak perlu bantuanmu. Aku bisa melakukannya sendiri.” Tolak Adara, suaranya terkesan judes.
“Yakin bisa sendiri? Kurasa lain kali kau akan butuh bantuanku.” Ucap Elvan tersenyum miring.
“Tidak akan! Lebih baik kau pergilah.” Tegas Adara sembari merapikan rambut dan bajunya yang kotor. Terkena daun kering dan tanah basah.
“Apa kau mahasiswa disini?”
Adara hanya melirik tajam padanya. “Kalau iya kenapa!!” nada ketus dilontarkan dari bibir mungilnya.
“Wah, bagus kalau begitu. Kurasa kau pasti mahasiswa baru. Perkenalkan aku Adhitama Elvan Syahreza, dan laki-laki tadi adalah Hardin Bramantio Damian. Kami adalah-“
“Aku tidak peduli!. Tolong pergilah.” Adara sedikit menaikkan suaranya karena kesal.
“Oke, oke. Slowly. Kita akan bertemu lagi. See you” ucap Elvan dengan mengedipkan sebelah matanya diiringi senyuman usil yang sukses membuat Adara semakin kesal.
Setelah memastikan laki-laki itu pergi, Adara mengambil sepedanya dan menuntunya menuju parkiran. Adara segera pergi ke toilet terdekat untuk membersihkan dirinya yang sekarang bau tubuhnya khas bau tanah basah.
“Kenapa hari ini aku sial sekali. Hampir menabrak orang aneh dan bertemu lagi dengan laki-laki menyebalkan itu!” gumam Adara didepan cermin didalam sebuah toilet wanita. Dirinya hanya seorang diri disana.
Setelah membersihkan tubuhnya, Adara segera bergegas ke ruang Administrasi kampus. Tidak menunggu lama, Adara sudah selesai melakukan pendaftaran ulang dan mendapat jadwal ospeknya untuk besok. Dengan langkah kaki riangnya, Adara keluar dari ruang Administrasi. Saat ingin keluar menuju arah parkiran, Adara melewati lorong-lorong kampus. Adara menoleh ke sebuah tempat yang dia yakini perpustakaan kampus itu. Adara melihat jam tangannya yang menunjukkan pukul 13.00 siang, masih ada waktu untuk dirinya berkeliling tempat itu atau setidaknya mengunjungi perpustakaan yang selalu menjadi tempat favoritnya di sekolah dulu. LAngkah kecil gadis itu membawanya masuk kedalam ruangan dengan banyaknya rak berisi buku-buku dari berbagai macam genre. Perpustakaan itu ada dua lantai, lalu ditengah tempat itu terdapat kursi dan meja kayu khusus dipergunakan untuk membaca. Adara yang merasa tidak sabar segera masuk lebih dalam mencari buku yang menurutnya menarik. Disana hanya ada beberapa orang saja karena tidak semua mahasiswa disana senang membaca, Adara yakin mahasiswa disana yang tidak suka dengan tempat itu pasti sedang bersantai di lapangan berumput hijau dengan banyak area bermain dan beroalahraga. Kegiatan yang tidak terlalu disukai Adara.
“Ini dia.” Buku Thinking Fast and Slow oleh Daniel Kahneman menjadi buku incaran Adara.
Adara mengambil buku itu dan membawanya untuk mencari buku lainnya yang ingin di baca selanjutnya. Sebuah Novel karya Nicholas Spark berjudul The Notebook kembali ia ambil dari rak buku yang tertata rapi di genre Romantic Novel. Adara ingin sekali membaca buku-buku itu tapi dirinya tidak cukup banyak waktu jika harus membaca disana. Dengan memberanikan diri, Adara menuju meja Staf Perpustakaan untuk menanyakan sesuatu.
“Permisi. Maaf sebelumnya, Saya Adara mahasiswa baru disini. Apa boleh saya meminjam dua buku ini untuk dibawa pulang?” Tanya Adara penuh harap.
“Coba berikan padaku Nona.” Staf itu mengambil buku itu dari Adara dan memeriksanya lebih dulu.
“Buku ini bisa dibawa pulang. Kami hanya memberi waktu pinjaman selama dua minggu. Setelah itu segera kembalikan ke sini atau akan terkena denda.” Jelas Staf itu dengan ramah. Senyum Adara seketika merekah dengan senangnya. Adara mengambil buku itu.
“Tolong isi data disini lebih dulu.” Staf itu memberi form kertas yang harus diisi lebih dulu oleh Adara.
“Baik.”
^
Adara melangkah riang keluar dari perpustakaan kampus dengan membawa dua buku ditangannya. Dia berniat menuju parkiran untuk pulang kerumah. Tapi langkahnya terhenti saat dirinya tak sengaja menabrak seseorang di dekat taman hingga buku-buku miliknya jatuh.
“M-Maaf.”
“Tidak apa-apa.” Adara segera mengambil buku-buku itu dan menggenggamnya erat. Adara mendongakkan kepalanya untuk melihat siapa orang yang menabrak dirinya tadi.
“Kau tidak apa-apa kan?” Tanya seorang wanita dengan memakai kacamata berambut hitam bergelombang. Lehernya dipakaikan syal dengan corak bunga anggrek merah.
“Iya, aku tidak apa-apa.” Jawab Adara.
“Syukurlah. Emb, aku Rahel. Namamu siapa?” Tanya wanita itu dengan mengulurkan tangannya sembari menepiskan senyum.
Adara meraih tangan wanita itu dengan membalas senyumannya. “Aku Adara.”
“Apa kau mahasiswa baru juga?” Tanya Rahel penasaran.
“Emb, iya. Kok tahu?”
“Hehehe, hanya menebak saja. Aku juga mahasiswa baru disini. Tapi aku kebingungan karena mencari tempat dimana ruang Administrasi Kampus.”
“Aku baru saja dari sana, tapi aku menyempatkan ke perpustakaan sebentar tadi. Tempatnya didepan sana, kau lurus saja lalu belok ke kiri ada kolam ikan lalu kau naik ke lantai dua. Disana sudah ada tulisannya. Gampang kok.” Jelas Adara.
“Oh, begitu ya. Seharusnya aku tahu dari awal. Karena terlalu percaya dengan orang tadi aku malah tersesat di sebuah gudang penyimpanan. Aku sangat takut.” Cicit Rahel bersedih.
“Siapa orang yang tega melakukan itu padamu?” Adara terkejut dan merasa kasihan pada Rahel.
“Entahlah. Dia perempuan cantik tapi aku tidak tahu siapa namanya. Oh ya, terima kasih ya sudah memberitahuku tempatnya. Kurasa aku tidak akan telat mendaftarkan diri.” Tutur Rahel dengan senyuman senang diwajahnya.
“Iya sama-sama. Kalau begitu aku pergi dulu ya. Semoga berhasil, Sampai jumpa” ucap Adara berjalan pergi meninggalkan Rahel.
“Sampai jumpa juga Adara. Hati-hati dijalan!” Seru Rahel dengan melambaikan tangan bersemangat pada Adara.
.
.
.
.
Jangan Lupa VOTE, LIKE, KOMENT Syantik….^-^
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 114 Episodes
Comments
CR⃟7Naikenz *🎯Hs
akhirnya ada teman ya juga adara
2021-03-30
0
🇮🇩⨀⃝⃟⃞☯Ayodyatama🌹
likes lagi
2021-01-09
0
Isu💟THY
suka😍
2021-01-09
0