Apa salahku? Pesan siapa yang ada di ponsel suamiku? Aku tidak bisa tidur masih terus menerka apa yang sebenarnya terjadi, selama ini tidak ada yang salah, mas Haris selalu baik dan romantis, mas Haris juga tidak pernah mengeluh, aku selalu melayaninya dengan baik, pakaiannya, makananya meskipun saat siang kami jarang bertemu, ya mas Haris sibuk dengan kantornya, mas Haris juga tidak pernah keluar malam, lalu siapa wanita itu?
Mungkinkah itu rekan kerja Mas Haris di kantor? Mungkinkah mereka cuma bercanda? Kenapa Mas Haris tidak menghapus pesan ini? Apa mas Haris gak takut kalau aku membaca pesan ini? Aku benci pikiranku ini, iya sudah pasti mas Haris hanya bercanda dengan teman kantornya, aku harus berpikir positif.
Aku terbangun karena mendengar suara Bima anakku, kulihat jam masih pukul satu pagi. Aku tidak menemukan mas Haris disampingku, ada di mana dia? Apa sedari tadi belum masuk ke kamar? Aku membuka pintu penghubung antara kamarku dan juga kamar Bima, aku nenangkannya, melihat wajah anakku yang teduh, hatiku menjadi tenang, aku sadar Bima adalah bukti dari cintaku dan mas Haris, sudah pasti mas Haris tidak mungkin mengkhianati pernikahan kami.
Setelah Bima kembali terlelap, aku menuju ruang tv tidak ada siapapun di sini, mendadak tenggorokanku menjadi kering, aku berjalan menuju dapur, saat aku melewati kamar Lia yang letaknya diujung lorong, aku seperti mendengar suara orang yang sedang ngobrol, siapa mereka? Aku mendekatinya tapi suara ini mendadak hilang, apa yang aku lakukan di depan pintu kamar Lia? Aku memutuskan kembali ke dalam kamar, beberapa saat kemudian, mas Haris masuk ke dalam kamar.
"Dari mana, Mas?" tanyaku kepada Mas Haris yang baru saja menutup pintu, dari wajahnya mas Haris terlihat gugup, tapi ia tersenyum kepadaku.
"Dari kamar mandi, Dek," jawabnya kepadaku, lalu mas Haris berbaring disampingku.
"Lihatin apa?" tanya Mas Haris, ia menghadapku dan memegang suir rambutku, apa aku bilang mas Haris selalu manis, jadi tidak mungkin mas Haris mengkhianatiku.
"Udah malam kamu gak ngantuk? Muka kamu kelihatan segar gitu."
"Oh, ini mas habis basuh muka, Mas baru aja lembur di ruang kerja, menghilangkan ngantuk jadi mas ke kamar mandi," jawabnya dengan cepat, lalu mas Haris memejamkan mata, aku lega mendengarnya, berarti bukan mas Haris yang ngobrol di kamar Lia tadi, akupun ikut memejamkan mata.
Sudah pagi lagi, seperti biasa aku berkutat di dapur, menyiapkan sarapan untuk mas Haris, dibantu Lia yang juga sudah biasa menemaniku di dapur.
"Lia, setiap malam kamu tidur jam berapa, sih?" tanyaku kepada Lia yang saat itu sedang mengiris bawang.
"Gak tentu, Bu. Tapi tadi malam aku tidur lebih cepat dari yang biasa, jam 9 sudah tidur," jawbnya tanpa melihatku, lalu apa tadi malam aku salah dengar?
"Tapi tadi malam ... Ibu lewat kamar kamu, dan sepertinya Ibu dengar suara orang ngobrol," Lia terlihat gugup bahkan tangannya teriris pisau.
"Auu," rintihnya cepat-cepat aku membuka laci dan mengambil plaster dari sana, dan kubalut luka ringan dijari telunjuk Lia.
"Hati-hati, Li. Lagian kamu kenapa terkejut sih?"
"Gak, kok Bu. Biasa aja saya kurang hati-hati, emmm tadi malam itu, aku nelpon Ibu di kampung," jawab Lia setelah aku selesai mengobati lukanya.
"Tengah malam, loh. Apa Ibumu gak tidur?"
"Baru ada waktu, Bu. Biasa kalau siang Ibuku kerja jarang ada waktu ngobrol," jawabnya, aku mengangguk mungkin mmemang seperti itu, aku semakin lega, dugaanku semakin salah, tidak mungkin Mas Haris yang ada di kamar Lia.
****
"Pagi!" Mas Haris sudah rapi dengan pakaian kerjanya, ia duduk disampingku dan aku menyiapkan sarapan untuknya, saat itu Lia sedang memangku anakku, jadi dia tidak bisa ikut sarapan bersama.
"Pagi, Mas. Seperti biasa suamiku selalu tampan dan rupawan, gayanya dikurangi dong mas, aku takut ada perempuan lain yang tergoda sama kamu," ucapku bercanda, tapi wajah Mas Haris mendadak terlihat kaku.
"Mana ada perempuan lain yang tertarik sama bapak-bapak," jawabnya seraya mengunyah nasi goreng.
"Bisa aja mas, apa lagi kalau digoda sama kamu, perempuan mana yang bisa menolak pesona kamu, Mas," aku benci ucapanku ini, tapi aku ingin melihat reaksi Mas Haris.
"Aku gak mungkin godain perempuan lain, cuma kamu yang ada di hati dan hidupku," gimana aku gak meleleh? Mas Haris sudah gombalin aku dipagi hari, ia mencium tanganku dengan mesra.
Tiba-tiba di dalam gendongan Lia, anakku Bima menangis, aku menoleh kearahnya.
"Kenapa, Lia...?" Lia kelihatan gugup ia menepuk halus punggung Bima berusaha menenangkannya sampai Bima berhenti menangis.
"Ti-tidak apa-apa, Bu. Bima digigit nyamuk. Aku gak sengaja menepuknya, mungkin karena itu Bima kaget ... maaf gak bermaksud mengganggu Ibu sama Bapak," jawabnya terlihat gugup.
"Ya sudah, sayang aku pergi kerja dulu ya, mungkin pulang tengah malam, aku ada lembur, kamu makan malam ditemani Lia saja ya." Tiba-tiba Mas Haris buka suara padahal makanan dipiringnya masih utuh.
"Iya, Mas," aku mengambilkan tas Mas Haris dan mengantarnya sampai di depan pintu, setelah puas menghabiskan waktu dengan Bima yang sudah kembali tidur, aku pergi ke Butik.
****
"Bu Wati, mau yang mana?" Ibu Wati tetangga di kompleks rumahku, setiap hari aku melewati rumahnya yang ada di ujung lorong.
"Gaun ini cantik, aku mau yang ini, ya Ma," ucap anaknya menunjuk sebuah gaun, "yang ini aja, Mbak Sera," jawabnya.
Aku mengambil gaun itu dan mengemasnya, saat ini kami sudah ada di meja kasir, sementara anaknya sedang melihat koleksi yang lain.
"Mbak, Sera beruntung ya, setiap hari bisa makan siang berdua sama pak Haris, tidak seperti suami saya yang selalu sibuk," ucapannya mengejutkanku, perasaan kami jarang makan siang di rumah. Aku pergi ke butik jam 10 pagi dan biasanya akan kembali ke rumah jam dua siang.
"Kapan Ibu melihatnya? Maksud saya kenapa Ibu bisa perpikir seperti itu?"
"Lah, setiap hari saya lihat mobil pak Haris keluar masuk, memang saya gak lihat mobil Mbak Sera, karena sudah pasti Mbak Sera duduk di samping pak Haris, kan?"
Ya Tuhan, apa lagi ini? Kata-kata tetangga ini benar-benar membuatku bingung, mas Haris dan Lia tidak pernah bicara soal ini, untuk apa mas Haris pulang ke rumah di jam makan siang saat aku tidak ada di rumah?
"Mbak, kalau boleh saya kasih saran, sebaiknya jangan ada orang ketiga di dalam rumah kita, Mbak."
"Maksudnya orang ketiga itu apa, Bu?" aku benar-benar tidak tau.
"Orang ketiga yang bukan muhrim suami kita, ya untuk jaga-jaga," apa selama ini aku sudah kecolongan orang ketiga?
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 96 Episodes
Comments
Ilhara mirai
apa lagi baby susternya cantik dan seksi
2022-02-27
0
Juliezaskia
dadaku berdebar..emosi😀😀😡😡
2021-12-12
0
Mini_eL gaozhan
yaAllah kok nyesek ak baca dr bab 1
2021-11-05
1