"Jadi gini Ngga, Om Burhan ini, minta tolong pada Papa. Untuk membantu putrinya, Angel, memimpin perusahaan milik Om Burhan. Kamu bisa kan bimbing dia dulu. Jadikan dia, sekertaris atau apalah. Yang penting, dia bisa belajar dari kamu." Kemudian, pak Dwi menjelaskan perihal tujuan kedatangan pak Burhan, sahabat nya.
"Ya nggak masalah sih Pah, yang penting mau memgikuti peraturan yang Angga buat." Angga melirik Angel yang sedang mengamati dia. Mendapati lirikan Angga, Angel langsung tersenyum lebar.
"Aku bakal nurut kok sama kamu, kak Angga." Angel lalu mendekati Angga, membuat dia semakin ilfill dengan Angel.
"Kamu juga harus belajar dengan baik Ngel, jangan keganjenan, karena yang ngajarin cowok ganteng, seperti Angga." Ucapan Bu Dewi, mengundang gelak tawa dari semuanya.
"Pikir gue, gue mau dijodohin Ama cewek bar-bar itu." Batin Angga seraya tersenyum paksa.
Setelah semua keluarga pak Burhan pulang, Angga langsung menuju kamarnya. Hari yang sangat melelahkan baginya. Setelah kejadian demi kejadian yang ia alami seharian ini.
"Gue butuh hiburan malam ini, kayaknya gue harus ke club' lagi nih," Celetuk nya seraya beranjak dari ranjangnya.
"Aghrhhh, tapi kenapa rasanya cuma dia yang ada dalam imajinasi gue." Angga melempar gulingnya kelantai. Pikirannya diliputi terus, saat dia bercinta dengan Amalia.
"Tapi gimana kabarnya Amalia ya?, dia kan sakit tadi. Gue cek dulu deh." Pikirnya, " tapi emangnya dia siapa gue, gue ini kenapa sih." Angga mengacak-acak rambutnya frustasi.
Semalaman Angga tidak bisa tidur dengan nyenyak. Saat memejamkan matanya, yang terbayang dalam benaknya adalah Amalia. Gadis cantik, yang direnggut paksa harga dirinya. Seakan terhipnotis, Angga terus-menerus memikirkan, gadis itu.
Pagi ini Angga ada rapat penting diluar kantor. Rencananya, dia akan berangkat dengan Assisten nya, Niko. Kini Angga sudah siap berangkat menuju ketempat meeting.
Sebuah hotel mewah berbintang lima, adalah tujuan Angga. Angga masuk kedalam hotel itu, disambut ramah petugas hotel. Angga langsung masuk ke ruang VIP di lantai delapan belas. Dengan menggunakan lift, Angga sampai di ruang VIP. Di sana, sudah ada rekan bisnisnya, yang menyambut Angga dengan ramah. Sebuah ruangan yang cukup luas, dengan meja rapat sudah tertata rapi didalamnya. Angga dan Niko, duduk disalah satu kursi disana. Pak Surya Kusukma, membuka meeting tersebut. Mengingat, semua peserta meeting sudah lengkap.
Mereka mendiskusikan tentang produk yang di kelola oleh perusahaan milik Angga. Perusahaannya butuh tempat untuk mempromosikan produk-produknya. Kali ini yang akan dibahas adalah, tentang konsep iklan yang akan dibuat. Rencananya, selain akan memasang iklannya di media elektronik. Mereka juga, akan mempromosikan produknya lewat media sosial, atau dengan cara menyewa YouTubers untuk mengendors produk nya. Mereka juga akan memilih, artis yang akan menjadi bintang iklan produk mereka. Setelah menyepakati isi meeting nya dengan pak Surya. Angga kemudian menyeleksi beberapa model yang akan dijadikan bintang iklan. Dan salah satu dari model itu adalah, Dona, mantan kekasihnya Angga.
"Ngapain kamu disini?," ucap Angga menyelidik.
"Ya saya mau ikut audisi dong, Ngga!" Jawab Dona santai.
"Saya tidak akan menerima kamu, sebagai model iklan produk saya," tegas Angga. "Tapi Pak, Mbak Dona ini termasuk kriteria yang kita cari," Ucap Pak Surya menimpali.
"Tapi saya tidak suka sama dia!, jadi saya tidak akan menerima dia." Angga pergi meninggalkan ruangan itu. Disusul oleh Niko, dibelakangnya.
"Tunggu Pak Angga, benar kata Pak Surya. Mbak Dona satu-satunya model yang masuk kriteria kita. Selepas masalah Pak Angga dengan Mbak Dona. Kita harus profesional Pak, mengingat menurunnya omset kita bulan ini Pak. Dengan ikan yang akan dibintangi oleh Mbak Dona, saya yakin akan mampu meningkatkan jumlah penjualan kita." Niko berusaha membujuk Angga, dengan mengatakan realita yang ia gambarkan.
"Ya sudah, urus aja semuanya. Saya tidak mau melihatnya lagi." Akhirnya Angga menyetujui pendapat Niko dan pak Surya. Saat Angga akan beranjak, Dona memanggilnya.
”Ngga tunggu, gue mau bicara sama lo,." Dona mendekati Angga yang menghentikan langkahnya. "Ada apa lagi, urusan kita sudah selesai." Angga berbalik badan dan menatap tajam Dona.
"Gue cuma ngasih ini." Dona memberikan undangan pernikahannya.
"Inshaa Allah saya akan datang." Angga mengambil undangan itu, lalu pergi meninggalkan Dona. Perasaannya hancur, tidak bisa dipungkiri. Angga masih mencintai Dona, wanita yang menemaninya selama hampir tiga tahun belakangan ini. Bahkan Angga tidak langsung percaya, mengenai berita kehamilan nya dengan pria lain. Angga memang sering tidur dengan wanita penghibur, tapi tidak dengan Dona. Dia sangat berharap Dona bisa memberikan harga dirinya pada Angga, kelak ketika mereka menikah. Beberapa kali, Dona sering minta berhubungan badan pada Angga. Namun, Angga selalu menolaknya. Mungkin ini adalah karma, yang didapat oleh Angga. Karena sering memperlakukan wanita seenaknya.
Angga masuk kedalam mobilnya, wajahnya berubah murung. Di tatapnya undangan pernikahan Dona dan calon suaminya. "Seharusnya nama gue yang tertera disitu," ucapnya lirih. Angga bingung, apakah dia akan menghadiri pernikahan Dona. Matanya tertuju menatap ramainya jalanan Ibukota. Angga akan kembali ke kantornya, karena tadi pagi dia langsung ke tempat meeting. Saat sedang menatap jalanan, Angga melihat Amalia sedang menunggu angkotnya.
"Kita puter balik ya Mang!" seru Angga merintah sopir pribadinya.
"Berhenti disana." Angga menunjuk Amalia yang sedang berdiri di tepi jalan. Mobil Angga berhenti pas di depan Amalia. Angga turun dari mobilnya, untuk menghampiri Amalia. Amalia yang menyadari kehadiran Angga, kemudian berlari menghindari Angga.
"Tunggu!" Angga mengejar Amalia, tangannya menarik tangan Amalia. Membuat Amalia jatuh dalam dekapan Angga.
"Lepaskan saya, kenapa anda mengejar saya?" Amalia berusaha melepaskan tubuhnya dari dekapan Angga.
"Siapa juga yang mau ngejar kamu," elak Angga.
"Kenapa kamu ada di sini?" Imbuhnya lagi.
"Saya ship siang Pak, jadi berangkat jam segini." Jawab Amalia jujur.
"Ya udah ikut saya sekarang." Angga menarik paksa tangan Amalia untuk mengikutinya. Amalia berusaha memberontak. Namun tenaga Angga lebih besar darinya, sehingga sulit melepaskan diri dari tangan Angga.
"Masuk!" Perintah Angga, menyuruh Amalia masuk kedalam mobilnya. "Apa-apaan Bapak ini, kenapa Anda memaksa saya untuk masuk ke mobil Bapak." Amalia tak lantas segera masuk ke mobil. "Saya bilang masuk, ya masuk!" Angga berbicara dengan nada marah. Mereka menjadi pusat perhatian orang-orang yang ada disekitar mereka. Mereka mengira, Angga adalah kekasih Amalia, dan mereka sedang bertengkar.
Tak ingin menjadi pusat perhatian orang-orang disekitarnya, Amalia akhirnya masuk ke dalam mobil Angga. "Dasar bos arogan, sukanya memaksa orang, seenaknya," Gerutu Amalia, saat sudah duduk di dalam mobil. "Apa katamu, berani-beraninya kamu menghina saya." Angga mendengar jelas ucapan Amalia. "Nggak ada Pak, maaf." Amalia tertunduk . "Jalan Mang, kita langsung ke kantor ya."
Mobil Angga melaju membelah jalanan ibukota yang sudah senggang. "Apa keadaan kamu sudah membaik, kok udah masuk kerja?," tanya Angga perhatian. Lalu menengok ke arah Amalia. "Saya harus mengumpulkan banyak uang, untuk membayar hutang pada orang yang sudah mengirimkan uang pada orang tua saya." Terang Amalia,melirik Angga. Angga menjadi kaget, mendengar ucapan Amalia. "Apa dia tahu, kalau gue yang kasih uang ke orang tuanya." Pikir Angga.
"Emang kenapa dengan orang tua kamu?." Tanya Angga lagi. "Adik saya baru keluar dari rumah sakit. Tapi saya belum bisa membayar biaya rumah sakit. Tapi kemarin ada seseorang yang memberikan orang tua saya uang, dikampung." Amalia menceritakan masalah nya pada Angga. "Apa kamu tahu siapa orangnya," Ujar Angga, dan Amalia menggeleng.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 110 Episodes
Comments
Eri Kushaeri
jd bucin ni Angga😂😂
2021-04-01
0
Shakira Keyyila Zahra
next
2021-03-14
0
Iins Colletion
lanjut....
2021-03-05
0