05

El mengerjakan beberapa pekerjaannya namun tidak bisa fokus karena masih teringat akan senyuman manis yang tadi ia lihat dari atas gedung kantornya.

Senyum manis yang sangat memikat dan terlihat sangat tulus itu membuat El tidak mampu mengalihkan pikirannya.

"Ada apa denganku ini? untuk apa pula aku memikirkan dia kenal saja tidak" gumamnya pelan lalu melanjutkan pekerjaannya.

Tapi kembali lagi El mengingat bagaimana saat gadis itu membantu sepasang kakek nenek yang menyeberang tadi dengan senyum manisnya.

"Aaarrrrrggghhhh, kenapa kau terus berada dipikiranku? keluarlah jangan menganggu aku ingin bekerja" ucap El sendiri dengan kesalnya karena bayangan wanita iti yang terus muncul.

Sekilas ingatan El kembali pada saat pertama kali ia melihat wanita itu direstoran sewaktu ia makan bersama ayahnya disana. Wajah datar yang dipaksa tersenyum itu menampilkan ekspresi yang kalau boleh jujur menggemaskan menurut El.

"Menggemaskan, heh, benar menggemaskan sampai aku ingin menggigitnya sampai mati" geram El yang terus terbayang padanya.

"Apa iya dia pemilik kafe itu? penjelasan Ian semalam lebih mengarah padanya" El memegang dagunya berpikir.

"Eh! untuk apa aku memikirkan dia biarkan sajalah" lanjutnya kemudian mengambil berkasnya mencoba untuk konsentrasi lagi.

Namun lagi-lagi dia gagal karena bayangan senyuman manis yang terus mengusiknya itu.

"Huh baru beberapa jam saja aku sudah hampir gila" El beranjak dari tempatnya dna memilih masuk kekamarnya untuk istirahat.

"Ini pasti karena kurang tidur" gumamnya membuka dasi dan sepatunya lalu berbaring diatas ranjang.

Ia kembali mengingat senyuman manis yang dilihatnya tadi hingga tanpa sadar ikut tersenyum juga sampai tertidur dengan keadaan tersenyum.

Di lain tempat..

Seina yang baru saja keluar dari kafenya tidak sengaja melihat sepasang kakek nenek akan menyeberang. Tetapi karena kondisi yang masih ramai membuat keduanya kesulitan.

Dengan cepat Seina membantu keduanya untuk menyeberang jalan.

"Kek, nek, saya bantu ya" ucapnya menawarkan bantuan.

"Iya boleh" jawab si nenek senang.

Saat lampu merah menyala, Seina menuntun keduanya untuk menyeberangi jalan hingga tiba di pinggir barulah ia pergi setelah berpamitan.

"Sudah sampai, saya pergi dulu ya kakek, nenek" ucap Seina dengan senyum manisnya.

"Iya erima kasih banyak ya nak sudah bantu kakek dan nenek yang tua ini"

"Tidak masalah kek, kalau begitu sampai jumpa lagi" Seina sedikit melambaikan tangannya sebelum berlalu.

Ketika sudah tidak berhadapan lagi dengan kakek, nenek yang ditolongnya, ekspresi Seina kembali datar dan dingin lagi.

Langkahnya sedikit cepat karena takut kehilangan bus yang akan ia naiki membawa ketempat tujuannya.

Setelah didalam bus, Seina duduk dengan memasang handseat agar lebih tenang jika mendengarkan musik.

Tiba ditujuannya Seina turun dan langsung memasuki sebuah gang kecil yang sedikit sempit. Hingga ia tiba disebuah bangunan yang tua dimana banyak anak-anak tinggal disana.

Tentu saja kehadiran Seina disambut bahagia oleh semua anak-anak yang ada disana. Tidak banyak anak-anak dirumah itu, hanya sekitar 15 orang yang mana 7 wanita, 8 pria.

4 sudah sekolah SMA, 5 SMP, 2 SD, 3 paud dan 1 bayi yang baru berumur 11 bulan. Mereka semua mendapat bantuan pendidikan dari Seina yang sering datang bila ia rindu tempat itu.

Anak-anak disana juga sangat menyukainya karena ia sangat baik dan ramah. Seina sering membacakan buku cerita pada anak-anak yang masih kecil, sedangkan yang sudah beranjak remaja akan belajar giat demi mencapai cita-citanya.

Mereka pula yang menjadi alasan Seina bertahan menyendiri karena ingin fokus membiayaai pendidikan adik-adiknya dirumah itu. Walau rumah tua itu sendiri bisa sewaktu-waktu roboh, tetapi mereka tetap mejaga kebersihan disana dan merawat rumahnya dengan baik.

"Bu, Seina cuma punya ini untuk tambahan uang sekolah mereka juga kebutuhan lainnya yang kurang" Seina menyodorkan amplop cokelat kepada pengurus rumah itu.

" Astaga nak Seina, yang bulan kemarin belum habis loh uangnya, masih banyak malaahan" ucap ibu Wati.

"Nggak apa-apa ibu,simpan saja uangnya untuk kebutuhan mendadak kalau Seina lama datang nantinya, soalnya kafe lagi rame-ramenya nggak bisa ditinggal sering-sering."

"Ini kebanyakan nak Seina, adik-adik kamu juga memiliki pekerjaan sampingan untuk mereka tabung kok jadi jangan khawatir"

"Pekerjaan apa bu?"

"Hanya sekedar mencuci mobil atau motor bahkan ada yang dibengkel kerjanya, pokoknya yang masih bisa pulang cepat, uang dari semua itu mereka tabung agar bisa masuk perguruan tinggi, katanya mereka juga ingin berusaha sendiri menghasilkan uang untuk kuliah" ucap ibu Wati.

Seina merasa terharu mendengar ucapan dari ibu pengurus rumah tua itu.

"Yang penting mereka tidak kelelahan bu"

"Iya ibu sudah sering ingatkan juga kok, kamu tenang saja"

"Seina pulang dulu ya bu, banyak pekerjaan yang harus saya selesaikan" pamitnya.

"Kok cepat?"

"Pekerjaan Seina lagi banyak bu"

"Ya sudah kamu hati-hati ya" ibu Wati mengantarkan Seina sampai depan pintu.

Anak-anak yang melihat kakak mereka akan pergipun mengikutinya.

"Kakak mau pulang ya? kok cepat?" tanya salah satunya.

"Pekerjaan kakak masih banyak,kalian baik-baik ya belajar dan sekolahnya supaya bisa mengapai cita-cita kalian" ucap Seina.

"Iya kak" jawab mereka.

"Kakak pergi ya, by by" Seina melambaikan tangannya sedikit kemudian berlalu.

Semua yang ada disana ikut melambaikan tangan mereka melepaskan orang yang selalu menjadi sandaran mereka mengadu.

Seina melangkah kembali ketempat tujuan berikutnya. Setelah mendapatkan ojek, ia pergi menuju salah satu pemakaman umum yang ada di Bandung, tiba disana Seina membayar ojeknya lalu membeli bunga dan melangkah masuk.

Batu nisan bertuliskan nama Hardi Nugroho dan Larasati Nugroho. Seina bersimpuh disana lalu menaburkan bunga yang ia bawa.

"Papa, mama, Seina rindu kalian, maaf Seina nggak bisa mengambil apa yang harusnya menjadi milik kita, Seina hanya bisa bekerja untuk bertahan hidup aja"

"Istirahatlah yang tenang disana karena Seina juga sudah mampu mencukupi kebutuhan sendiri, papa, mama jangan khawatir" air mata Seina menetes kala mengingat tentang kematian tragis orang tuanya.

Bahkan perusahaan milik orang tuanya juga lenyap di ambil saudaranya sendiri. Sedangkan dia sang ahli waris tidak mendapatkan apa-apa karena tidak mampu melawan dengan kekuatan keluarganya yang memang tidak menyukai mamanya hingga berimbas kepada dirinya.

Seina tidak pernah berusaha untuk merebut kembali perusahaan itu, karena ia hanya mencari uang saja sembari kuliah agar bisa terus bertahan. Setelah selesai kuliah, Seina yang hobi memasak dan keahliannya kuluah juga disana maka ia mulai membuka tempatnya kecil-kecilan.

Sampai akhirnya kerja kerasnya membuahkan hasil yang memuaskan baginya, ia tidak hanya bisa mencukupi kebutuhannya saja. Tetapi juga ke15 orang karyawannya dan anak-anak dirumah tua yang sudah dia anggap sebagai keluarga sejak masa kuliah.

Karena seorang anak yang menjambretnya waktu itu berasal dari tempat itu, Seina yang bisa menangkapnya memberondong pertanyaan padanya yang masih kecil itu hingga membawanya bertemu dengan semua penghuni rumah tua itu.

Seina bertekat akan membantu pendidikan mereka agar bisa mendapatkan kehidupan yang lebih layak lagi kedepannya.

Tidak terasa hari menjelang sore, Seina bangkit dari duduknya dan beranjak pergi dari pemakaman itu. Ia kembali ke kafenya dengan segera karena pasti menjelang malam banyak pelanggan yang datang.

Tiba disana, Seina mendapati kegaduhan di dalam kafenya yang berasal dari teriakan para wanita. Dengan langkah cepat Seina memasuki kafenya dan melihat para wanita sedang berkumpul disalah satu meja.

"Maaf permisi, ini ada apa ya kok pada ngumpul semua?" Seina dibuat bingung dengan keadaan dikafenya ini.

"Ini mbak ada pengusaha yang datang kesini, dia duduk dimeja itu" ucap seorang yang mendengarnya.

Seina dibuat terpelongo mendengar ucapan wanita tadi. Hanya karena seorang pengusaha saja batinnya.

"Kakak-kakak, mbak-mbak, ibu-ibu yang terhormat, tolong bersikap profesional dan kondusif, banyak pelanggan yang mau makan merasa terganggu, kafe saya tempat makan bukan jumpa pens, saya harap semuanya tenang" ucap Seina sedikit berteriak agar didengar, tapi hasilnya tetap nihil.

"Saya akan panggil keamanan kalau tidak mau kembali ketempat masing-masing" ancam Seina membubarkan kerumunan. Kayak semut dapat gula aja gumamnya dalam hati.

Tatapan Seina jatuh pada objek didepannya yang menatap tajam padanya.

"Maaf atas ketidak nyamanan anda tuan" ucap Seina karena merasa kalau tatapan menunjukkan kekecawaan pelanggannya.

"Kami ingin konfensasi atas ketidak nyaman ini" ucap Jack.

Ya, yang menjadi kerumunan para wanita tadi adalah El yang datang dan duduk dimeja tengah kafe ini hingga mengundang banyak wanita yang mengidolakannya berkumpul.

"Kalau begitu mari ikut saya keruangan yang lebih privasi agar anda tidak terganggu lagi" tawar Seina.

Tanpa menjawab apapun El berdiri dari duduknya mendekati Seina.

"Aku ingin di ruanganmu" ucapnya dengan nada tajam.

Terpopuler

Comments

Manggu Manggu

Manggu Manggu

bagus ceritanya👍💪

2022-11-17

1

Yulianti Bastaman

Yulianti Bastaman

smga happy ending ya thoe....

2022-10-15

0

Yulianti Bastaman

Yulianti Bastaman

bkn penasaran aja .

2022-10-15

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!