03

El masih terlihat sibuk dikantornya dengan berbagai berkas yang tertumpuk dimeja kerjanya yang besar. Berkas-berkas itu adalah laporan dari semua cabang perusahaannya juga dari divisi kantor pusatnta sendiri.

Telpon milik El berbunyi pertanda jika ada panggilan yang masuk. Tanpa melihat siapa yang melakukan panggilan lebih dulu, El langsung menganggkatnya.

El hanya diam saja menunggu orang diseberang sana yang sedang mengucapkan sesuatu padanya.

"Bos, kami sudah melakukan seperti apa yang Anda minta," ucap seseorang diseberang sana.

"Hasilnya?"

"Besok bisa dipastikan perusahaan itu akan kesana untuk kerja sama."

"Bagus, lalu?"

"Semua sahamnya sudah kami alihkan keperusahaan, Bos."

Senyum smirk muncul diwajah El yang dapat membuat siapa saja yang melihatnya ketakutan.

"Kerja bagus. Terus pantau mereka dan laporkan setiap gerakan yang mereka lakukan. Terutama wanita tua itu," ucap El dengan nada dingin juga tajam.

"Laksanakan bos."

Telpon terputus setelah orang disebarang menyanggupi perintahnya. Sudah beberapa hari ini El selalu memata-matai perusahaan yang dulu milik ayahnya.

Perusahaan yang pertama kali dimiliki ayahnya dari hasil jerih payah dan tabungan pribadi sang ayah yang sudah direbut orang lain. El bertekat untuk merebut kembali apa yang seharusnya menjadi milik ayahnya.

"Kita akan memilikinya kembali, Ayah. Aku janji akan mengambilnya segera," gumam El.

El melanjutkan pekerjaannya lagi hingga tidak terasa waktu sudah menunjukkan pukul 1 malam. Setelah membereskan semua berkasnya, El beranjak keluar dari ruangannya untuk pulang.

Biasanya El lebih suka tidur didalam kamar yang ada didalam ruang kerjanya. Bahkan semua keperluannya sudah tersedia disana untuk memudahkannya jika tidak pulang kerumah.

Tetapi malam ini entah mengapa El ingin pulang kerumah meski malam sudah sangat larut.

"Pulang kemana, Bos?" Tanya Jack yang duduk dikursi kemudi.

"Rumah utama," jawabnya.

Mobil melaju dengan kecepatan normal mambelah jalanan malam dikota Bandung. Cuaca malam ini sedikit gerimis hingga jalanan lenggang dari para pengemudi.

El terus melihat kesamping kanannya menikmati pemandangan diluar yang sedikit basah. Namun matanya tidak sengaja melihat seorang wanita yang nampak santai berjalan dibawah gerimis dan gelapnya malam.

Sepertinya ia mengenali siapa wanita itu dari pakaian yang ia kenakan.

"Bukankah dia yang di kafe tadi siang?" Gumamnya pelan tapi masih didengar Jack.

"Yang mana, Bos?" Tanya Jack penasaran.

"Fokus saja dengan setirmu."

Jack memilih diam tanpa bertanya lagi karena tidak ingin mendapat tatapan tajam dari bosnya itu.

El melihat kedepan karena merasa seperti orang yang sudah membuang-buang waktu hanya untuk melihat gadis yang tidak dikenalnya itu. Lebih baik memeriksa laporan saja gumamnua dalam hati sembari membuka tab nya.

Sampai dirumah besar milik keluarga Smith, mobil yang membawa El masuk dan berhenti didepan pintu utama.

El dan Jack turun dari mobil lalu menyerahkan kunci mobinya pada penjaga yang biasa memasukkan mobil kegarasi.

Pintu utama dibuka oleh pelayan yang masih berjaga. Di dalam terlihat sudah sunyi, bahkan pelayan yang biasanya terlihat hilir mudik pun sudah tidak manpak lagi.

"Mana, Ayah?" Tanya El singkat.

"Tuan besar sudah tidur sejam yang lalu, Tuan Muda." Hasan kepala pelayan dirumahnya.

"Butuh sesuatu, Tuan Muda?" Tawar Hasan.

"Tidak."

El pergi menuju kamarnya dilantai 3 menggunakan lift. Meski ada tangga disana yang menghubungkan antar lantai yang biasa ia gunakan jika menuju keatas. Tapi rasa lelahnya membuatnya malas naik tangga.

Setibanya didalam kamar, El langsung masuk kekamar mandi untuk membersihkan dirinya lebih dulu. Setelahnya barulah El merebahkan tubuhnya di atas ranjang king sizenya yang empuk dan nyaman.

Keesokan paginya...

El bangun saat jam sudah menunjukkan pukul 7. Setelah duduk sejenak barulah ia mandi dan berpakaian rapi dengan jas yang melekat pas ditubuhnya membuat ketampanannya bertambah sempurna.

Setelah selesai dengan penampilannya, El turun kebawah untuk sarapan pagi bersama ayahnya yang pasti sudah menunggu.

Benar saja dugaannya kalau ayahnya sudah duduk menunggu dengan koran yang sedang dipegangnya.

"Pagi, Ayah."

"Pagi, jam berapa kamu pulang?" Samuel melipat korannya lalu meletakkan dimeja.

"Jam 1."

"Tumben jam segitu masih ingat pulang? Biasanya kamu lebih senang menemani kantormu dari pada, Ayah."

"Hanya ingin pulang saja," jawab El acuh lalu mengambil makanannya.

Selesai makan El langsung berdiri dan pamit pada ayahnya.

"El, pergi."

"Berhati-hatilah, jangan terlalu paksakan dirimu kalau lelah."

El mengangguk dan berlalu menuju mobilnya yang sudah terdapat Jack disana menunggunya. Jack membukakan pintu belakang untuk bosnya kemudian masuk kearah kemudi saat bosnya sudah duduk manis didalam.

Mobil melaju keluar dari pekarangan keluarga Smith yang megah dan luas. El kembali membuka tab nya untuk memeriksa pekerjaannya.

Sampai diperusahaan, El keluar dari mobil kemudian melangkah masuk kedalam kantornya diikuti Jack dibelakangnya.

Mereka menggunakan lift khusus hingga tiba dilantai 30 yang hanya terdapat ruangan direktur, sekretaris juga staf khusus perusahaan itu.

Beberapa saat setelah El duduk dikursinya, pintu terbuka menampakkan Jack yang memasuki ruangan.

"Bos, ini berkas yang harus di tanda tangani." Jack menyerahkan beberapa map yang diletakkan di atas meja.

"Ada laporan apa dari, Sinta?" Tanya El masih fokus pada map yang dipegangnya.

"Ada beberapa perusahaan lagi yang mengajukan kontrak kerja, Bos. Termasuk YL GROUP."

El menghentikan gerakan tangannya yang sedang menanda tangani kertas didepannya.

"Heh, mereka sudah mengajukan kerja sama? Cepat juga," sinis El.

"Sesuai dugaan Anda, Bos. Bahkan sudah sejak tadi malam mereka mengajukan kerja sama itu hingga menganggu Sinta di pagi buta."

"Apa mereka gila?"

"Bisa jadi, Bos. Tidak mungkin ada orang yang akan mengajukan kontrak kerja pagi buta begitu disaat orang masih tidur."

"Sepertinya mereka bekerja keras semalam hingga tidak bisa tidur," tebak El.

"Dari yang saya dengar, perusahaan itu sangat licik, Bos. Mereka banyak menipu infestor dan selalu menggunakan wanita untuk merayu rekan bisnisnya. Akhirnya perusahaan milik rekan kerjanya diambil alih dengan penipuan," jelas Jack.

"Terima kerja sama itu, aku ingin lihat seperti apa permainan mereka," ucap El dengan senyum tajamnya.

Jack bergidik ngeri melihatnya, padahal sudah biasa dia melihat senyuman sinis atau ekpresi mengerikaan lainnya dari si bosnya. Tapi tetap saja kalau melihat lagi Jack merinding.

Jack keluar dari ruangan bosnya lalu masuk keruangan sekretaris yang berisi lima wanita cantik. Namun sudah bersuami semua, hanya tinggal Sinta saja yang masih sendiri dan menjadi incara Jack.

Sekretaris El memang ada 6 orang dengan Jack yang menjadi ketua mereka. Masing-masing sekretarisnya memiliki pekerjaan berbeda.

Banyaknya perusahaan El membuatnya harus memiliki banyak sekretaris juga.

"Sinta, beri informasi pada perusahaan YL Group kalau kerja sama mereka diterima. Katakan juga untuk menyiapkan semua berkas mereka. Setelahnya kamu atur jadwal Bos dengan Yuni, segera lapor kalau sudah." Jack mengedipkan sebelah matanya pada Sinta.

"Ingin rasanya aku mencongkel matamu, Jack." Sinta kesal karena selalu digoda oleh Jack kalau pekerjaan mereka luang.

Walaupun sebenarnya Sinta tertarik pada Jack, tapi kalau sudah keluar genitnya. Maka Sinta pasti akan kesal dengannya yang selalu menggoda tidak tahu tempat, kecuali ada bos mereka.

"Aa' keluar dulu ya, Neng? Jangan lupa laporannya ditunggu secepatnya," ucap Jack genit tanpa menghiraukan wajah kesal Sinta.

Meski kesal tetapi Sinta tetap senang karena bisa bertemu Jack.

"Ciah ... Si Eneng kesel tapi cinta," ucap seorang temannya.

"Apaan sih?" Ketusnya.

Ini lah membuat Sinta kesal kalau digoda Jack saat dikantor. Dia pasti akan menjadi bahan godaan temannya yang lain.

"Kalua cinta bilang aja, nanti keburu si aa' di ambil orang lain loh."

"Eneng mah jangan galak-galak, nanti aa' lari."

"Di rantai biar nggak lari," kesal Sinta yang malah mengundang tawa teman-temannya.

Jack yang masih didepan pintu merasa senang mendengar semua ucapan para wanita itu yang seakan membantunya berdekatan dengan Sinta.

"Jack!"

Yang dipanggil tersentak kaget mendengar suara berat dan tajam yang didengarnya. Sudah pasti bosnya yang mengerikan itu, habis lah dia kini karena sudah lalai bekerja.

"Butuh sesuatu, Bos?" tanyanya gugup.

"Buatkan kopi."

"Siap."

"Untuk semua orang dilantai ini, dalam waktu 15 menit dari sekarang," lanjut El membuat mata Jack melotot.

Yang benar saja? 15 menit buat kopi untuk 6 divisi yang diisi 5 sampai 7 orang setiap ruangan, di tambah lima orang sekretaris. Nggak kira-kira memang nih si bos, batinnya.

"Waktumu 14 menit lagi dan kau harus tiba diruanganku tepat waktu," ucap El meninggalkan Jakc yang langsung pergi melaksanakan hukumannya.

Terpopuler

Comments

Manggu Manggu

Manggu Manggu

bagus cerita😀👍💪

2022-11-17

0

Faridah

Faridah

iya ,aku mulai suka dgn alur ceritanya,jd penasaran nih

2022-05-11

0

Rolita Handayani Malau

Rolita Handayani Malau

r

2021-12-07

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!