Pindah Rumah

Seminggu, setelah Jingga dan Pelangi Mengikuti Ujian Akhir di Sekolahnya, Keluarga Pak Rusdipun mulai membereskan semua barang-barangnya.

Sebagian barang-barangnya sudah dipindahkan ke Rumah yang baru, di Desa kelahirannya.

Tepat hari H, Keluarga Pak Rusdipun berpamitan kepada seluruh warga disana, untuk pindah krmbali ke Kampung asal nenek moyangnya.

Di Desa inilah, di Kampung inilah Kisah sedih kehidupan si cantik Jinggapun di mulai.

Tak sedikitpun Jingga  begitupun Keluarganya menyangka akan mendapatkan nasib yang pedih dan menyakitkan.

Kepindahan keluarga Pak Rusdi, disambut baik oleh seluruh Warga Kampung Hilir. karena, Pak Rusdi bukanlah orang lain bagi Kampung Hilir.

"Selamat datang kembali Pak Rusdi dan Keluarga, semoga betah tinggal di Kampung Hilir ini" Sambut Ketua Kampung hilir di iringi tepuk tangan seluruh Warganya.

"Terimakasih, Kami haturkan kepada seluruh Warga Kampung Hilir ini, yang telah menyambut kedatangan Keluarga Kami dengan sangat meriah. Sekali lagi kami haturkan beribu-ribu terimakasih.!" Pak Rusdi menyampaikan rasa terimakasihnya untuk seluruh Warga yang berada di Kampung Hilir.

Sebulan telah berlalu, sejak kepindahan ke Kampung Hilir itu.

Keluarga Pak Rusdi, langsung berbaur dengan seluruh warganya.

Begitupun dengan ketiga Putrinya, semuanya sudah punya Teman masing-masing.

Apalagi Jingga, yang bisa di bilang Anak Pak Rusdi yang paling cantik dan pintar itu.

Jingga, banyak di senangi oleh Teman-temannya. Karena, Jingga sangat ramah terhadap Siapapun.

Tak terasa, Jingga kini sudah kelas dua SMP.

kecantikan Jingga mulai terpancar.

Ada beberapa temannya, yang mulai merasa iri dengan kecantikannya.

Dari sinilah awal kepahitan itu bermula...

"Bisa pinjam kamusnya?" Ujar Dirga, teman barunya Jingga. Yang kebetulan satu Sekolahan dengan Jingga, cuma tidak satu kelas saja.

" Boleh... Sebentar Aku ambilin dulu.!" Sahut Jingga, sambil menyimpan sapu yang di pegangnya. Karena, kebetulan sore itu Jingga tengah menyapu halaman depan Rumahnya.

Tak lama kemudian, Jingga sudah muncul lagi dengan Kamus di tangannya.

"Ini! Tapi, jangan lama-lama ya, dua hari lagi aku ada pelajarannya.!" Ujar Jingga mengingatkan.

"Siap!" Sahut Dirga pula, sambil menerima kamus dari tangan jingga. Dan, diapun berlalu dari hadapan Jingga.

Jinggapun meneruskan kembali pekerjaannya, menyapu halaman Rumahnya yang luas dan asri penuh dengan bunga dan pepohonan.

Awalnya dari saling pinjam buku pelajaran, lalu belajar bersama. Berangkat dan pulang Sekolah bareng.

Jingga dan Dirgapun jadi akrab, apalagi keduanya masih ada ikatan saudara jauh. Yaitu dari Neneknya.

Diam-diam rupanya Dirga suka sama Jingga. Namun,

Jingga tidak punya perasaan apa-apa pada Dirga. Jingga masih polos, masih Kekanak-kanakan.

Jingga menganggap Dirga, hanya sebagai Teman biasa.

Selain Dirga sendiri, ternyata Orangtua dan saudaranya Dirgapun, mengharapkan Jingga agar bisa bersatu dengan Dirga.

Apalagi Ibunya Dirga, yang sangat begitu mendambakan Jingga untuk menjadi menantunya.

" Bu Nita, sepertinya Neng Jingga sangat cocok dengan Dirga, Anak Saya!"

Ujar Bu Darmi, Ibunya Dirga. Pada suatu sore.

"Bagaimana, kalau kita Besanan saja Bu Nita, Saya ingin sekali Neng Jingga jadi Mantu Saya.!" Sahut Bu Darmi lagi.

Bu Nita hanya tersenyum, mendengar ungkapan Bu Darmi seperti itu.

"Iya Bu Darmi, Saya juga setuju. Semoga saja kedua Anak kita saling menyukai.!"

Sahut Bu Nita pula langsung menyetujuinya.

"Saya sangat senang mendengarnya. Semoga, kita sekarang bisa jadi Besanan!  Jangan sampai gagal lagi seperti dulu.!" Sahut Bu Darmi lagi.

Rupanya Bu Darmi, ingin melanjutkan perbesanan yang dulu pernah akan terjadi.Namun, entah kenapa hubungan kasih kedua Anak mereka putus di tengah jalan.

Yang pasti, mungkin belum jodohnya.

Anak Bu Nita dan Pak Rusdi, semuanya ada lima. Anak pertamanya yaitu... Nungki.

Dia sudah berumah tangga, dan punya Anak dua, yaitu Rita dan Rini. Dua-duanya perempuan.

Nungkipun bertempat tinggal di Kampung itu juga Nungki sudah lumayan  lama tinggal di kampung itu.Yaitu, sejak punya Anak Pertama.Sekitar Lima tahunan lamanya.

Bu Darmi dan Bu Nita, makin hari makin nampak akrab saja, begitupula dengan Dirga dan Jingga.

Satu Kampung sudah pada tahu tentang kedekatan mereka.

" Serasi ya kalau Dirga sama Jingga berjodoh!" Ujar Temannya Jingga suatu sore di lapang volley.

Sore itu Jingga dan Teman- temannya tengah latihan Volley ball.

"Iya, Saya juga setuju, keduanya sama-sama berpendidikkan, dan juga Anak orang kaya di kampung kita ini.!" Sahut Teman yang lainnya lagi.

"Saya juga sangat-sangat setuju sekali... Kalau  Kak Dirga berjodoh dengan Kak Jingga.!" Nuri, Adiknya Dirga ikut berkomentar.

"Hai... Pada ngomongin Jingga ya, nanti Orangnya dengar lho.!" Ujar Temannya Jingga.

Suatu hari, Jingga yang kini sudah duduk di bangku SLTA, di panggil oleh Ibunya Dirga, Nuri yang datang ke Rumahnya.

Setelah pamit pada Kedua Orangtuanya, Jingga dan Nuripun berangkat memenuhi undangan Ibunya Dirga.

"Ada apa nuri, Aku jadi deg-degan gini!" Ujar Jingga.

"Ibu ingin membicarakan hal yang penting katanya.!"

Sahut Nuri, dia tersenyum,

menatap Jingga.

"Apaan?... Barangkali Nuri tahu?" Tanya Jingga lagi.

"Udah ah... Kita sudah sampai di teras Rumahku.!"

Jawab Nuri, mengingatkan.

'Ooh... Iya...Tidak terasa ya..!" Sahut Jingga pula, tersipu malu.

"Neng Jingga...Ayo... Silahkan masuk! Ibu sudah nungguin dari tadi.!"

Sambut Bu Darmi, yang lagi duduk di kursi yang ada di teras depan Rumahnya.

"Ah..Ibu!" Sahut Jingga malu-malu.

"Duduk ! Neng Jingga!" Sahut Bu Darmi Ramah, mempersilahkan Jingga untuk segera duduk.

"Baik Buu... Terimakasih!" Sahut Jingga, sambil duduk di depan Bu Darmi.

"Neng Jingga, sekarang kelas berapa?" Tanya Bu Darmi, setelah Jingga duduk di hadapannya.

"Kelas duabelas Buu! InsyaAllah,sebentar lagi aku lulus!" Sahut Jingga.

"Ibu senang, melihat kedekatan Neng Jingga dengan Dirga.!" Ujar Bu Darmi, matanya menatap Jingga penuh kasih sayang.

Terang saja, membuat pipi Jingga jadi merah merona.

Dia hanya tersenyum, sambil menundukan Kepalanya karena malu.

" Ibu punya rencana, kalau nanti Dirga sama Jingga sudah menikah. Ibu akan membangun Rumah di depan Rumahnya Kak Dirman, kakaknya Dirga.!" Ujar Bu Darmi lagi.

Sedikitpun Jingga tak menyangka, akan mendengar ucapan itu, keluar dari mulutnya Bu Darmi, Ibunya Dirga.

"Maksudnya?" Tanya Jingga tak mengerti akan ucapannya Bu Darmi.

" Setelah Dirga tamat sma, Dirga daftar Secaba Polisi Neng Jingga. Dan, Ibu ingin sebelum Dirga menjadi Seorang Polisi, yaa... t Tunangan dulu dengan Neng Jingga biar tenang.!" Lanjut Bu Darmi lagi, dengan mata yang berbinar bahagia.

" Lalu, setelah kalian resmi menikah. Ibu akan membangun Rumah buat kalian.ya...  Di sana itu.!" Bu Darmi melanjutkan kata-katanya lagi.

"Aku sangat-sangat setuju.!"

Tiba-tiba, entah dari mana datangnya. Dirga sudah berada di ambang pintu.

"Kau juga setuju kan, Jingga?!" Ucapnya lagi, sambil tersenyum pada Jingga.

Dirga melangkahkan kakinya menghampiri Jingga, kemudian duduk di dekatnya. Bagaimana Jingga, kau pasti setuju kan dengan apa yang di harapkan Ibuku?" Tanyanya lagi.

"Emh... Iya Dirga... Aku" Ujar Jingga pelan.

"Alhamdulillahirabbilalamin, itu yang selama ini ingin Ibu dengar Neng Jingga... Ibu sangat senang sekali mendengarnya.!"  Sahut Bu Darmi dengan mata yang berbinar bahagia.

Setelah usai perbincangan itu, Jinggapun pulang ke Rumahnya.

Entah bahagia entah tidak yang ada di hati Jingga sa'at itu.

Dia belum berani untuk mengatakan kepada kedua

Orangtuanya.

"Biarlah nanti Dirga sendiri, yang akan mengatakan pada Bapak dan Ibunya.!" Bathinnya Jingga.

" Ada apa katanya, Jingga?"

Bu Nita menyambut Jingga di pintu samping, dengan pertanyaan.

"Eeh Ibuu...! Enggak apa-apa cuma, emh... Cuma..." Tdak sampai selesai Jingga bicara, Bu Nita sudah memotong ucapannya.

"Cumaa,.. Cuma apa Jingga? kenapa tidak di lanjutkan kata-katamu itu?" Tanya Bu Nita lagi, menatap heran sikap Anak  itu.

"Iya... Cuma ingin ngumpul makan rujak.. Iya makan rujak !"  Sahut Jingga agak belepotan karena, Dia  berbohong.

Dia terpaksa melakukan hal itu. karena, dia ingin agar Ibunya mengetahui hal itu, langsung dari mulutnya Dirga. Bukan dari Dirinya.

Waktu yang ditetapkankan telah datang.

Malam itu, selepas Maghrib,

Dirga datang bertandang ke

Rumahnya Jingga.

"Saya mau serius dengan Jingga, Putri Ibu.!" Ujar Dirga mengatakan isi hatinya.

"kalau Ibu, yaa terserah Jingga saja. Semuanya bagaimana Jingga yang memutuskan.!" Sahut Bu Nita sambil melirik ke arah Jingga yang duduk di sampingnya.

" Bagaimana Jingga, Kamu mau menerima lamarannya Nak Dirga?" Tanya Bu Nita pada Jingga, Anaknya.

Jingga hanya mengangguk mendapat pertanyaan Ibunya seperti itu.

"Tapi, Nak Dirga. Jingga kan punya dua Orang Kakak yang belum menikah. Sebelumnya, Ibu mau bicara dulu dengan kedua Kakak-kakaknya. Dan juga, kepada Bapaknya Jingga. Nanti Ibu kabarin lagi, bagaimana baiknya.!" Ujar Bu Nita memberikan penjelasan tentang Jingga.

"Baiklah Buu kalau begitu, Saya tunggu kabar baiknya.!" Sahut Dirga lagi

Sepeninggal Dirga, Bu Nita membicarakan ucapan Dirga tadi dengan Pak Rusdi, Suaminya.

"Kalau Bapak sih tidak apa-apa Buu... Yang penting, jangan dulu nikah. Kasihan Anak kita yang lain.!" Ujar Pak Rusdi. Ada nada khawatir dalam perkataannya.

" I Iya Pak... Aku juga berpikir seperti itu, jadi maksudnya Dirga, biar Dia merasa tenang kalau sudah tunangan.!" Ujar Bu Nita lagi. Meyakinkan Suaminya.

"Kini Kita Tinggal bicara dulu dengan Violet. Mudah-mudahan Violet tidak merasa keberatan, dan tidak tersinggung hati dan perasaannya." Sahut Pak Rusdi lagi.

Violet, kakaknya Jingga sudah bekerja di sebuah perusahaan yang tidak begitu jauh dari Rumahnya.

Selepas SMA, Violet memilih bekerja daripada kuliah. Dia ingin mencari uang dulu karanya.

"Kalau sudah kerja, nanti aku akan meneruskan kuliah. Biar biaya kuliahnya tidak semua dari Ibu dan Bapak.!" Sahut Violet. Dia tidak mau terlalu merepotkan kedua Orangtuanya.

"Pemikiran yang bagus!" Ucap Pak Rusdi bangga.

Tepat jam lima sore, Violet baru sampai Rumah.

Dia nampak lelah, karena telah berjalan kaki, sejauh kurang kebih dua kilometeran.

Maklum, belum ada kendaraan umum yang menuju ke Kampung Hilir itu.

Yang punya kendaraan pribadipun, baru beberapa Orang saja, seperti Sepeda goes dan Sepedamotor.

Terpopuler

Comments

Putri Handayani

Putri Handayani

Haiy kakak salam kenal, aku mampir nih kakak, semoga kita bisa selalu saling mendukung🙏

2021-12-20

0

Sis Fauzi

Sis Fauzi

semangat violet 🔥

2021-10-24

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!