Bu Tini spontan melotot matanya, setelah melihat apa yang di hadapannya.
"Astagfirullahaladziim....Ya
Allah... Siapa yang berbuat serendah ini...?" Bu Nitapun
tak kalah terkejutnya dengan apa yang ditemukan
dan di lihatnya sa'at itu.
Nampak di sana ada boneka dari kain putih juga, bertuliskan namanya... NITA
Tepat di dada boneka kain belacu putih itu...
"Ya Allah... Namaku, kenapa
di tuliskan di sini...?" Teriak
Bu Nita tak terkendali.
"Bu Nitaa... Itu banyak jarumnya... Ya Allah...!" Bu Tinipun berteriak juga.
Mata boneka itu di tusuk pake jarum pentul...
Satu jarum pentul juga tertancap di leher boneka itu...
Di bagian perut juga, ada tiga jarum pentul yang di tancapkan di sana...
Bukan hanya di tiga tempat itu, tapi di bagian lutut masing-masing ada dua buah jarum pentul juga...
Di bagian lutut depan satu...
Dan, di bagian belakangnya
satu jarum pentul juga.
Bukan itu saja, di bagian atas kepala boneka itu juga
ada tiga buah jarum pentul tepat di ubun-ubunnya...
Bergidik tubuh Bu Nita dan Bu Tini, menyaksikan boneka yang mereka temukan dari dalam tanah di kamarnya itu.
Bu Tini meraba bulu kuduknya, yang tiba-tiba merinding.
Sungguh... Sangat mengerikan... Dan, membuat bulu kuduk merinding melihatnya.
"Astagfirullahaladziim... Bu Nita... Yang kuat yaa...! Eeh...
Itu di sebelahnya, ada bung-
kusan kecil lagi... Coba kita lihat Bu...!" Ujar Bu Tini lagi.
tTngannya tak lepas memegangi tangan bu nita.
Dengan tak kalah berdebarnya dan berdegup
kencang jantung ini...
Perlahan... Bu Nita membuka
bungkusan yang satunya lagi...
Dengan wajah yang tegang...
DEG...DEG...DEG...
Jantungnya berdegup lagi,
lebih kencang dari tadi.
Perlahan-lahan di bukanya
bungkusan yang satunya lagi itu...
Setelah di buka bungkusan yang satunya lagi...
Ternyata... Isinya segumpal tanah merah... Tanah pekuburan.
"Astagfirullohaladziim...Alla
huakbar... Audzubilahiminnasyaitonirroziim... Apa maksudnya semua ini...?" Bu Nita beristigfar dan mengagungkan nama Allah,
serta dia juga memohon per
lindungan padaNya.
Keduanya saling tatap ketakutan...
" Benar, apa yang dikatakan
Ustadzah Fatimah... Ini sepertinya sudah agak lama
dikubur di sini... Terlihat dari kain putihnya yang sudah mulai menguning...!" Ujar Bu Nita sambil menatap Bu Tini lekat-lekat.
" Iya Buu...Kok ada Orang yang tega berbuat seperti ini... Tapi, temboknya tidak rusak sama sekali... Bagaimana cara menggalinya...?" Bu Tini nampak makin merasa heran.
" Iya Buu... Aku juga tidak mengerti... Ini pasti bukan perbuatan manusia.Tapi, per
buatan setan yang di laknat
oleh Allah swt.!" Jawab Bu Nita sambil menarik napas panjang.
Segera bungkusan itu di rapihkan kembali...
Lalu di masukin ke kantong
keresek hitam biar tidak keli
hatan dari luar.
"Sudah jam empat kurang sepuluh menit buu...Sebaik-
nya kita segera membawa
barang ini ke ustadzah...!"
Bu Tini mengingatkan.
" Oiya... Sebentar... Aku mau
bawa Anakku dulu...!" Sahut
Bu Nita.
Segera dia beranjak ke ruang tengah, nampak Jingga tengah di ajak ngobrol oleh Violet... Kakaknya.
"Ayo sayang...Ikut Ibu lagi...
Kakak...Hati-hati di rumah ya... Nanti, kalau Ayahmu pulang, bilangin Ibu lagi ada
perlu dulu sama Bu Tini...
Jingganya di bawa gitu yaa.. Pintu rumahnya di kunci ya...Jangan lupa...
Assalamualaikuum...!" Bu Nita berangkat lagi bersama
Bu Tini dan Jingga ke rumahnya Ibu Ustadzah Fatimah.
Tidak berapa lama di perjala
nan, kamipun sampaikah ke
rumah Ustadzah Fatimah...
Suasana lengang, tidak seperti waktu tadi pagi dan siang, kami jadi langsung bisa masuk tidak perlu antri
terlebih dahulu.
" Bagaimana Ibu...?Ada apa di sana...? Ada yang di temu
kan tidak...? Kalau tidak ada
saya sangat bersyukur...
Berarti... Dugaanku salah...!"
Ujar Ustadzah setelah kami
duduk di hadapannya.
" Ini Ustadzah... Saya temukan di sudut sebelah
selatan kamar depan rumah
saya...Apa arti dan maksudnya ya Bu Ustadzah.. Saya tidak mengerti...!" Ujarku sambil
menyodorkan bungkusan kain putih, yang kutemukan
tadi di rumahku.
Ustadzah menerima bungku
san itu, lalu beliau membukanya...
Beliau beristigfar beberapa kali sambil geleng- geleng kepala, seakan tak percaya
dengan benda yang ada di
hadapannya.
" Perbuatan Orang yang punya rasa iri dan dengki, terhadap orang lain... Setan sangat suka dengan manusia seperti ini... Astagfirullohaladziim....Apa untungnya dengan semua ini...?"
Lalu, tangan Ustadzah mencabuti satu persatu jarum pentul, yang tertancap
di seluruh badan boneka itu
bibirnya terus zikir tak berhenti.
"Iibuu...?" Tiba-tiba Jingga memanggil Ibunya.
Sudah beberapa bulan, bibir
mungil itu tak pernah bicara
Bu Nita sangat senang sekaligus kaget
dengan pendengarannya...
" Iya sayang... Kau memang-
gilku nak...!?" Tanya Bu Nita sambil memeluknya erat.
"Alhamdulillahirabbilalamin
...Si cantik sudah bisa memanggil Ibunya lagi... Terimakasih ya Allah..!"
Ungkapan rasa syukur Bu Nita pada Allah swt.
" Selama sakit Neng Jingga tidak bisa bicara.Karena, tenggorokannya disumbat,
kepalanya pasti sakit karena, ada jarum yang tertancap di boneka ini...Begitu pula, dengan tubuh bagian lainnya...!" Ujar Ustadzah menerangkan.
Sebagai Ibunya, aku merasakan betapa sakitnya,
betapa menderitanya anakku Jingga selama ini...
"Ya Allah... Betapa kejamnya
orang itu... Aku tak bisa membayangkan betapa sakitnya... Betapa menderita
nya anakku selama ini...!"
Ungkap Bu Nita, dengan deraian air mata di pipinya.
"Tanah yang di bungkus itu,
usahakan selalu ada di atas
tungku, sampai empat puluh hari empat puluh malam...Jangan di angkat, walau cuma sebentar...
Nanti, akan ada seseorang yang mengakui perbuatan kejinya itu...!" Ujar Bu Ustadzah lagi.
Bu Nita semakin tidak mengerti dengan semua penjelasan Ustadzah Fatimah itu.
" Baiklah... Ikuti yang saya sarankan tadi... Sekarang, pulanglah... Kasihan Neng Jingga, sebentar lagi maghrib tiba... Bonekanya di bakar saja, di dalam kaleng yang tidak terpakai...
Nanti, abunya satuin dengan tanah dan panaskan diatas
tungku, jangan sampai lupa...!" Ujar Ustadzah lagi mengingatkan aku sebelum
kami pergi meninggalkan tempat itu.
"Baik Ustadzah... InsyaAllah,
akan saya laksanakan semua saran dari Ustadzah,
asalkan itu demi kesembuhan anakku dan juga...Demi kebaikan kami
sekeluarga...!" Sahut Bu Nita,
sambil mendekap Jingga dengan penuh kasih sayang.
"Aku sangat berterimakasih
atas semua sarannya...
Kalau begitu, kami permisi
dulu, takut keburu maghrib.!" Ujar Bu Nita lagi.
"Baiklah... Silahkan.!" Ustadzah Fatimah mempersilahkan kami untuk segera pergi dari tempat itu... Karena, waktu
sudah sore.
Kamipun beranjak dari tempat itu, pulang ke rumah
untuk melaksanakan saran yang di berikan Bu Ustadzah
Fatimah.
" Jangan lupa, pesan dari Ustadzah, Bu Nita...!" Ujar Bu Tini mengingatkan,
setelah Bu Nita turun dari mobilnya, tepat di depan
Rumah Bu Nita.
"Terimakasih Bu Tini... Enggak mampir dulu...?"
" Sudah mau Maghrib, besok saya mampir ya... Ayo..!" Sahut Bu Tini sambil beranjak meninggalkan Bu Nita, menuju ke rumahnya yang cuma terhalang satu rumah dari rumahnya Bu Nita.
Setelah sholat maghrib, aku
laksanakan semua saran dari Ustadzah Fatimah tadi.
Tiba-tiba...
"Apa yang kau lakukan...?
Kenapa sudut kamar di bongkar....?" Pak Rusdi tiba-tiba sudah ada di belakangnya.
Setelah di jelaskan semuanya...
Dan, di perlihatkan apa yang
di temukan di sana...
"Astagfirulahaladzim...! Kasihan anak kita...! Karena,
perbuatan orang bodoh,dan
tidak punya perasaan itu...
Anak kita jadi menderita...!"
Ujar Pak Rusdi perlahan.
"Baiklah Bu...! Ayo silahkan
teruskan, semoga dia sadar
bahwa apa yang di lakukan
nya itu sangatlah tidak baik,
dan dosa buat dia...!" Ujar
Pak Rusdi sambil membantu istrinya.
Sejak terbongkarnya kain
putih, yang membungkus
boneka dan tanah merah di
sudut selatan kamar depan
rumahnya Bu Nita...
Perlahan-lahan nampak perubahan di wajah dan tubuhnya Jingga...
Sebelumnya, bab( buang air besar) pun kalau tidak memakai selang yang di masukin ke duburnya...
Lalu... Selang kecil itu di sedot oleh Pak Rusdi...
Kotorannya tidak akan keluar dengan sendirinya...
Usaha Pak Rusdi, untuk mengeluarkan kotoran dari
dalam tubuh Jingga sungguh sangat luar biasa..
Kegigihan sang Ayah, untuk
menyelamatkan Anaknya, dari penyakit berat yang merenggut masa balitanya itu, sungguh sangat membuat orang berdecak kagum...
Tak ada rasa jijik, sa'at menyedot selang itu...
Yang ada dalam benaknya Pak Rusdi, hanyalah bagaimana supaya anaknya
bisa tertolong...
Dan...Upayanya itu tidak sia-
sia... Dengan izin dari Allah
swt. Sedikit-demi sedikit
kotoran yang sudah menge-
ras itu...Bisa keluar juga...
Melalui selang itu...
Kini.... Hanya tinggal ke telatenan dari keduanya, untuk merawat Jingga sepenuh hati.
Niar kesehatannya pulih kembali....
Alhamdulillah setelah duburnya berada di tempat-
nya semula...Jingga kecilpun mulai mau di beri makanan yang lembut- lembut....
Kini... Jinggapun tidak
seperti sebulan yang lalu, tak ada makanan yang masuk ke dalam perutnya...
Hanya air yang dapat masuk ke perutnya. itupun hanya beberapa sendok saja.....
Kini...Sedikit demi sedikit... Makanan yang encer bisa di terima oleh perutnya Jingga...
Wajah Jingga yang kemarin kisut, karena kekurangan cairan , kini mulai terlihat segar kembali...
Semua itu membuat Pak Rusdi dan Bu Nita tersenyum bahagia, secercah harapan terpancar di wajah keduanya.
" Alhamdulillah ya Allah...!"
Ucap keduanya tiada henti.
"Adikku kelihatan cantik kembali...!" Ujar Violet dengan senyum yang menghiasi bibirnya.
Jinggapun tersenyum mendengar celotehan kakaknya.
"Assalamualaikum...!" Terdengar suara perempuan mengucapkan salam.
"Wa'alaikumsalam warahmatulohi wabarakatuh...!" Jawab kami.
Bu Nita bangkit dari tempat duduknya, hendak membukakan pintu menyambut tamu yang datang.
Setelah pintu depan rumah di buka, ternyata tamu yang
datang itu adalah Bu Tini...
Tetangga yang baik hati.
"Bu Tini... Ayo masuk Buu...
Saya sangat senang Ibu datang ke sini...!" Ujar Bu Nita sambil menggandeng
tangan Bu Tini.
"Bagaimana kabar si cantik
Jingga...Bu Nita...?" Bu Tini
langsung menanyakan kabarnya Jingga.
"Alhamdulillah... Sekarang Jingga sudah agak mendingan... Dia, sudah mau
makan walau cuma sedikit-
sedikit...!" Sahut Bu Nita.
"Saya senang mendengarnya...Mana sekarang Neng Jingganya...?" Tanya Bu Tini lagi, sambil pandangannya
berkeliling mencari jingga.
"Jingga ada di ruang tengah
lagi nonton tv sama kakak- kakaknya...!" Sahut Bu Nita
lagi sambil tangannya menunjuk ke ruang tengah, di mana Jingga tengah menonton tv bersama saudaranya.
"Hallo...Jingga ...? Sapa Bu
Tini, sambil duduk di antara
anak-anaknya Bu Nita.
"Hallo... Lagii...!" Sahut ketiga
nya menyambut kedatangan Bu Tini.
Bibir mungil Jinggapun ikut
mengucapkan kata hallo...
Mereka nampak bahagia...Secercah harapan terpancar di mata indah mereka.
Harapan akan kesembuhan
Si mungil Jingga.
Harapan masa depan yang
penuh kebahagiaan.
"Bagaimana dengan benda
yang kita temukan itu Bu...?" Bisik Bu Tini.
"Masih di atas tungku...Di
dapur. Sesuai perintah Ustadzah Fatimah, tak pernah saya pindahkan...!"
Sahut Bu Nita tak kalah ber-
bisik pada Bu Tini.
"Sudah hari ke berapa Buu..?" Tanya Bu Tini lagi.
"Sudah sepuluh hari Buu...!"
Sahut Bu Nita lagi.
"Belum terlihat tanda-tanda
orang yang dzolimnya Bu...?" Tanya Bu Tini lagi penasaran.
"Belum terlihat.Tapi, Alhamdulillah... Anak saya sudah ada perubahan, sudah lebih baik dari sebelumnya...!" Sahut Bu
Nita lagi.
"Saya bahagia mendengarnya... Semoga saja nanti lebih baik lagi...!"
Ujar Bu Tini penuh harap.
"Terimakasih Bu... Karena, kebaikan Bu Tini, Kami jadi bisa mengetahui penyakitnya Jingga... Dan...
Jinggapun jadi lebih baik...!"
Sahut Bu Nita lagi dengan mata yang berkaca- kaca.
"Sudah Bu Nita... Ini semua karena Allah menyayangi kita semua...!" Sahut Bu tini.
"Amiin...Ya Robalalamiin...!"
Ujar keduanya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 33 Episodes
Comments
Diankeren
kta'y ttgga sruh gnti nma y🤔 wktu d bab 2 klo g slah, trusz udh gnti nma jdi jingga.?! pertinyiinyi .....?! sblm gnti nma, trusz nma'y sapah???! 🤦🏻♀️🤭 ilok jingga jdi jingga lgi 😁
2022-02-06
0
Maheera Indra
nyicil dulu tor
2022-02-05
0
**✿❀ALENA❀✿**
ヾ(^-^)ノSemangat terus ya kak
2022-01-06
1