Jingga

Jingga

Kiriman Aneh

Jingga kecil sudah hampir dua bulan, terbaring lemas di ranjang Rumah Sakit itu tak berdaya.

Penyakit yang di deritanya sungguh aneh, karena, tidak terdeteksi oleh dokter.

Mata bulatnya kini terpejam redup, mulutnya yang mungil tak dapat berceloteh lagi.

Kaki yang selalu membawanya berlari kesana-kemari dengan lincahnya, kini, lemah lunglai tak berdaya. Jangankan untuk berlari, berdiripun sudah tidak sanggup lagi.

Sungguh penderitaan yang sangat luar biasa baginya. Balita cantik dan mungil itu, kini, lemah tak berdaya.

Kedua Orangtuanya hanya bisa berdo'a dan berharap, ada keajaiban dan ridlo Allah SWT. yang akan mengangkat penyakit sang buah hati.

"Bagaimana dokter, kondisi Anak Kami sekarang?" Pak Rusdi, Ayahnya Jingga segera menghampiri dokter yang baru saja keluar dari ruang periksa.

"Iya dokter, Anak Kami bisa sembuh kan?" Bu Nita, Ibunya Jingga pun segera bertanya pada dokter, dan bangkit dari tempat duduknya.

"Bapak, Ibu, Saya harap Ibu dan Bapak mohon bersabar, dan banyak berdo'a. Kami di sini telah berusaha sekuat tenaga, dan semampu kami. Namun, kondisi Putri Bapak dan Ibu belum ada perubahan sama sekali. Untuk itu, kami mohon ma'af, dan kami memberikan penawaran bagi Bapak dan Ibu.

Apa mau di pindahkan, ke rumah sakit yang lebih lengkap peralatannya... Atau mau di bawa pulang saja ke rumah? Soalnya, Kami di sini sudah merasa tidak sanggup.... Putri Bapak dan Ibu, sudah hampir dua bulan di sini... Tapi, belum

ada perkembangan sama sekali!" Ujar dokter menjelaskan dengan panjang lebar.

Bu Nita dan Pak Rusdi, saling pandang, setelah mendengar penjelasan dari dokter......

"Bagaimana ini Pak? Anak Kita?" Tanya Bu Nita sambil menangis....

"Apa tidak bisa di usahakan dokter? Tolonglah Anak Kami!" Pak Rusdi memohon....

"Kami sudah berusaha, semampu Kami .. Pak... Kalau Nak Jingga, terus berada di sini.... Tanpa adanya perkembangan, Kami sangat menyayangkan, makin lama di rawat inap di sini, makin besar biaya yang di keluarkan... Kalau ada

perubahan ke arah kesembuhan... Itu tidak jadi masalah.... Tetapi, kalau

tidak ada perubahan seperti sekarang ini, bagaimana??" Ujar dokter lagi.....

"Karena itu, Kami pihak rumah sakit, memberikan pilihan bagi Bapak dan

Ibu... Kalau menurut Saya... Kesembuhan Nak Jingga itu, menunggu keajaiban dari Allah swt!" Lanjut dokter lagi.

"Baiklah dokter.... Kalau begitu, Kami akan memba- wanya pulang saja ke  rumah.... Kami akan merawatnya sendiri sebisanya!" Kata Pak Rusdi, menentukan pilihan, untuk membawa jingga pulang ke rumah...

"Kalau begitu... Kami akan mempersiapkan untuk kepulangan Jingga.... Bapak, silahkan untuk mengurus administrasinya..... Saya tinggal dulu... Pak... Bu...!" Lanjut dokter lagi.

" Baik Pak... Silahkan....!" Jawab Kami serempak.

Sepeninggal dokter, Pak Rusdi langsung beranjak, untuk menyelesaikan administrasi....

Sedangkan Bu Nita, sibuk mengemasi barang-barang bawaannya, selama mereka di rumah sakit.

Lumayan banyak juga....

Dua bulan kurang beberapa hari, Kami menginap di rumah sakit.

Jingga, masih tetap seperti waktu pertama, Dia di bawa ke rumah sakit ini.

Dia nampak kurus kering, tiada asupan makanan selain air infushan.....

Tubuhnya lemah....

Matanya sayu, seakan merasa berat, untuk di kedipkan....

"Eeh... Eeh...!" Cuma itu yang terucap dari mulutnya yang mungil itu...

Bu Nita menatap mata Anaknya, yang sayu tak bercahaya itu...

Air matanya terus menetes, di kedua belah pipinya, dengan tiada henti.....

"Anakku.... Yang kuat ya sayang...!" Ucapnya, sambil dikecupnya kening Anaknya, dengan penuh kasih sayang....

"Sudah Bu... Jangan menangis terus... Ayo...

Segera gendong Anaknya....

Kita pulang sekarang! Apa barang- barangnya sudah di bereskan semuanya?" Tanya Pak Rusdi, yang tiba-tiba sudah ada di sana...

"Aku sedih Pak... Kasihan Anak Kita..!" Jawab Bu Nita, sambil terus menangis...

"Sudah Buu.... Tidak baik seperti ini... Lebih baik, Kita berdo'a untuk kesembuhan Anak Kita..!" Sahut Pak Rusdi, sambil memeluk Istrinya.

Sekedar menenangkannya...

"Iya Pak... Semoga Anak Kita,

mendapat pertolongan dari Allah swt." Sahut Bu Nita, sambil terisak sedih.

Kamipun segera beranjak, dari rumah sakit itu, untuk pulang kembali ke rumah Kami....

Anak-anak Kami, yang lainnya, pasti sudah lama menunggu kepulangan

kami dari rumah sakit ini...

Di perjalanan pulang, kami tak banyak bicara, kami ter-

diam dalam kesedihan yang

mendalam.

Sesampainya di rumah...

Benar saja...

Setibanya kami di depan rumah...

Kakak-kakaknya Jingga, nampak senang melihat kepulangan kami...

"Assalamualaikum...!" Kami mengucapkan salam, kepada mereka yang tengah berkumpul, sambil nonton tv

di ruang tengah.

"Wa'alaikum salam... Ibu datang... Bapak datang... Jingga datang...!!" Mereka ramai, menyambut kedatangan kami...

"Jingga sudah sembuh Ibu...?" Tanya Violet... Kakaknya Jingga yang pertama...

Bu Nita hanya menunduk, sambil menyembunyikan air mata, yang menetes di pipinya...

"Kenapa Buu.... Jingga sudah sembuh kan Buu?" Yanya Pelangi, Kakaknya Jingga yang nomor dua...

"Anak-anak... Ibu sama Jingga masih cape... Sebentar ya..!" Ayah mereka,

menghentikan pertanyaan- pertanyaan, dari anak-anaknya...

"Ooh.. Iyaa... Ma'afkan Kami... Ibu... Bapak... Habis, Kami tidak sabar, ingin segera bermain bersama Jingga..!" Sahut Pelangi..

Violet beranjak dari hadapan kami...

Tak lama kemudian, dia sudah datang lagi...

Dengan nampan berisi gelas di tangannya...

"Ibuu... Bapak... Minum dulu..!" Dia menawarkan minuman yang di bawanya.

"Terimakasih anak pintar..!" ucap Bu Nita, memujinya...

"Sama-sama.." Sahut Violet, sambil duduk di hadapan Ibunya.

"Adik Jingga kok... Tidur terus, kenapa Bu ?" Tanya Pelangi, sambil menatap wajah adiknya...

"Iya..! Adikmu tertidur karena, kecapean " Jawab Ibunya.

Dia, tak kuasa menjawab pertanyaan Pelangi anak keduanya...

"Kakak... Adik Jingga, belum pulih...Jadi, belum bisa di ajak bermain, dia harus banyak istirahat...!" Pak Rusdi menjawab pertanyaan kedua kakaknya Jingga...

"Eeh... Eeh... Eeh..!"Tiba-tiba, Jingga bersuara, dengan sangat lemahnya, hampir

tak terdengar...

"Kenapa sayang?..." Tanya Bu Nita... Tapi, tak ada jawaban lain. Selain eeh... Eeh...

"Kayaknya, anak kita sudah lima hari, belum bab ya Buu?" Tanya Pak Rusdi, dengan wajah khawatir...

"Iya Pak... Terus, bagaimana kita menanganinya?" Tanya Bu Nita lagi...

"Bapak, pikirkan dulu caranya..!" Sahut Pak Rusdi, mulai panik...

Dengan panik dan khawatir, Pak Rusdi pergi ke belakang...

Tidak tahu apa yang dia cari disana...

Tak lama kemudian, Pak Rusdi sudah datang lagi, dengan selang yang kecil di tangannya...

Bu Nita, kaget melihatnya...

"Untuk apa itu Paak?..." Tanyanya, keheranan...

"Bapak, mau coba dengan selang ini, semoga bisa membantu." Jawab Pak Rusdi, sambil duduk di dekat anak bungsunya itu...

Dimiringkannya tubuh Jingga, yang kurus kering, tinggal tulang berbalut kulit itu.

"Astaghfirullahaladzim..!" Kami semua terperangah, kaget luar biasa...

Kami, tidak percaya dengan penglihatan kami... Saat itu...

Bagaimana tidak??

Saat di singkap kan, kain penutup bokongnya Jingga,  nampak sesuatu berwarna kemerahan di sana...

Pak Rusdi mengira, itu kotorannya Jingga...

Namun, waktu Pak Rusdi hendak mengambilnya...

Tubuh Jingga, bergerak sambil mengerang, seperti yang kesakitan...

"Kenapa sayang?" Teriak

Pak Rusdi kaget.

Diperhatikannya bokong Jingga dengan seksama...

Deg...Deg...

Debaran jantung Pak Rusdi,

berdegup kencang.

Pak Rusdi terperangah, tak

percaya, dengan apa yang di

lihatnya...

Ternyata... Itu... Anusnya Jingga yang keluar. Saking panasnya, suhu di dalam tubuhnya Jingga.

DEG...DEG...DEG...

Jantung Pak Rusdi, semakin

cepat detakannya...

Dia kaget! luar biasa...!

Pak Rusdi, langsung mundur, sambil mengusap dadanya...

"Ya Allah... Ma'afkan Aku... Aku tidak tahu, kalau ituu... Anusnya anakku, yang keluar saking panas tubuhnya...!"

Ujar Pak Rusdi, sambil matanya melotot memandangi bokongnya Jingga yang kurus kering.

"Ya Allah....?!" Bu Nita men-

jerit tertahan, kemudian, dia

tak sadarkan diri.

Bu Nita, tidak tahan dengan

apa yang dilihatnya...

Dia tak kuasa, melihat pende

ritaan anaknya yang begitu

mengenaskan.

Melihat istrinya tak sadarkan diri, Pak Rusdi jadi

semakin panik, di satu sisi,

kondisi anaknya yang mengenaskan, di sisi lain, istrinya lemas tak sadarkan diri... Air matapun, menetes

di pipinya, mewakili kondisinya sa'at itu.

Dia menangis tak berdaya.

" Bapak... Kenapa menangis...?" Pelangi, anak

keduanya tiba-tiba sudah ada di sampingnya.

Mungkin, dia terbangun, sa'at mendengar jeritan istrinya.

Di peluknya, gadis kecilnya itu, Pak Rusdi tak bisa men-

jawab pertanyaan anaknya.

"Ade Jingga... Kenapa Pak..?" Tanyanya lagi, sambil

melepaskan pelukan Pak

Rusdi, dia memandangi adik

nya, yang lemah tak berdaya.

"Ade Jingga... Lagi tidur!"

Sahut Pak Rusdi perlahan.

Dia pun beranjak, mengham-

piri istrinya, yang masih tidak sadarkan diri.

"Bapak... Kenapa Ibu tidur di

lantai...?" Tanya Pelangi lagi,

sambil mendekati ibunya.

" Ibu... Ibuu... Ibuu... Bangun

Buu... Jangan tidur di lantai..!" Ujarnya, sambil menggoyang-goyangkan tubuh Ibunya.

Tak lama, setelah pelipis dan

hidungnya Bu Nita, di olesi

dengan minyak angin, Alhamdulillah dengan izin

Allah swt, Bu Nitapun akhirnya siuman.

Setelah sepenuhnya sadar, diapun menangis lagi, teringat akan penderitaan Jingga, buah hatinya.

"bagaimana ini... Paak... Aku tidak tega melihatnya... Apa

lagi  memegangnya!" Bu Nita, menangis lagi,6 melihat keadaan anaknya yang makin parah itu...

"Kita minta pertolongan Allah saja...!" Lanjut Pak Rusdi lagi.

"Iya Pak... Tidak mungkin kita membangunkan Tetangga, di

malam-malam begini...!" Sahut Bu Nita lagi.

"Ibu...!" Pelangi memeluknya.

"Eeh... Ada Pelangi... Kenapa

tidak tidur...?" Bu Nita baru

sadar, kalau anak keduanya

ada di sana.

"Ibu... Sudah bangun...?" Tanya Pelangi polos.

"Iya... Sekarang, kak Pelangi

bobo lagi ya...!"

"Pelangi mau bobo di sini.!"

Sahutnya, sambil berbaring di atas tempat tidur.

Tak menunggu lama, mata

Pelangipun terpejam, kemu-

dian, tertidur lelap.

"Tolong Buu... Ambilkan daun sembung di halaman... Lalu cuci bersih, dan rendam dengan air panas hingga layu..!" Ujar Pak Rusdi...

Dengan airmata yang deras,

mengalir di kedua pipinya, Bu Nita, beranjak ke luar rumah, untuk memetik daun

sembung, yang di minta Suaminya.

Tidak berapa lama, Bu Nita sudah datang lagi, dengan membawa mangkuk, berisi daun sembung di tangannya...

"Ini Pak... Mau di gimanain? Aku... Ngeri melihatnya." Sahut Bu Nita, sambil menu-

tup wajahnya, dengan kedua tangannya...

"Akan Saya coba, ya Allah... Aku memohon PadaMu... Berikan Aku kekuatan...!" Sahut Pak Rusdi lagi, sambil duduk di dekat Jingga...

Perlahan-lahan, Pak Rusdi mengambil daun sembung yang sudah layu...

Tangannya nampak gemetaran, hingga daun sembungnya bergerak-gerak.

DEG...DEG...DEG...

Jantungnya berpacu dengan

begitu kencangnya.

Dengan sangat hati-hati,  ***** Jingga, yang terburai keluar itu, di masukin secara perlahan-lahan, mengguna-

kan daun sembung, yang telah di rendam dengan air

panas.

Sedikit demi sedikit...

Pak Rusdi, nampak  menahan nafasnya...

Bu Nita, menutupi wajahnya, dengan kedua tangannya...

Dia tak tega, melihat ***** jingga, anaknya itu terburai

keluar dari tempatnya.

Jingga nampak meringis...

Balita mungil itu, terdengar mengaduh kesakitan...

"Eeh.... Eeh...!" Suara Jingga,

memelas kesakitan.

Matanya, yang beberapa hari ini terpejam...

Mendadak melotot. Karena,

menahan rasa sakit yang teramat sangat...

Melihat keadaan Jingga seperti itu, Pak Rusdi

menghentikan tangannya.

"Astaghfirulahaladziiim.....Ya Allah...Tolong selamatkan

anak kami!" Pak Rusdi tersentak kaget...

"Kenapa... Jingga... Pak....?" Bu Nita bertanya, sambil tak henti- hentinya menangis.

" Anak kita kesakitan Bu...!"

Sahut Pak Rusdi, dengan wajah yang pucat pasi.

"Lalu... Gimana Pak...?" Tanya Bu Nita lagi, sambil tak henti-hentinya menangis.

"Walau bagaimanapun juga... Kita harus berani! memasukan kembali,

duburnya anak kita bu,  dokter sudah angkat tangan

tak mungkin, kitapun  angkat tangan juga, Bapak harus berani, Bapak harus terus mencobanya Buu, Bapak yakin! Allah pasti menolong kita!" Ujar Pak Rusdi penuh harap.

Bu Nita, hanya mengangguk

perlahan, sambil menarik nafasnya dalam-dalam.

"Angetin lagi daun sembungnya! Siram aja pake air hangat !" Ujar Pak

Rusdi lagi.

Bu Nita, menerima daun sembung dari suaminya, dan, disiramnya daun sembung itu, dengan air panas dari termos.

"Ini... Pak... Tapi, hati- hati ya Pak...!" Ujar Bu Nita, sambil menyodorkan daun  sembung, yang ada di tangannya...

" Baik Buu... Semoga, usahaku ini... Berhasil dan...

Di ridhoi Allah swt. dan... Anak kita, akan sembuh dan sehat lagi, seperti sedia kala...!" Sahut Pak Rusdi, sambil menerima daun sembung itu, dan, dengan hati-hati... Di masukin kembali, ***** itu ke tempatnya semula...

"Aamiin...Ya.. Allah... Aku ingin, segera melihat anakku  ceria kembali, Aku ingin, anakku sembuh lagi, dan lincah, seperti sebelum dia sakit..."! Sahut Bu Nita lagi,

Di iringi dengan deraian airmata, yang terus menerus menetes di kedua pipinya...

Terpopuler

Comments

Diankeren

Diankeren

ehh bhusseng.... seyem amt tor....
bisa mang bgitu tpi msih idup? y ambrug 🤦🏻‍♀️🤧

2022-02-06

0

Tyara Lantobelo Simal

Tyara Lantobelo Simal

semangat jingga
Lanjutkan

2022-01-17

0

Sokhibah El-Jannata

Sokhibah El-Jannata

mampir.. 😊

2021-10-04

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!