Setiap hari, Pak Rusdi dengan telatennya berupaya memasukan kembali ***** jingga yang terburai keluar dari tempatnya...
Keduanya tak putus asa dengan semua cobaan itu...
Walau dalam hati keduanya sudah tipis harapan..
Kain kafan buat jinggapun sudah di sediakan buat jaga-jaga. Karena, tempat tinggal mereka jauh dari toko ataupun pasar... Keduanya menyediakan itu
dengan perasaan sedih yang tiada terbayangkan...
Setiap sa'at Suami Isteri itu, terus berdo'a dan berdo'a tiada henti...
Sepanjang malam... Suami isteri itu selalu melaksana-
kan Qiyamulail...
Di akhiri dengan do'a dan cucuran air mata pengharapan kepada Allah
subhanahuwata'ala...
Karena do'a kedua orangtua yang tulus dan ikhlas, dan juga karena upaya yang tiada henti dan tiada kenal lelah... Akhirnya...
Alhamdulillah... Terjawab sudah semua do'a - do'anya.
Terpenuhi sudah semua pengharapan kedua suami isteri itu.
Keajaibanpun terjadi pada duburnya Jingga...
Karena kegigihan akan usahanya...
***** si cantik balita yang bernama Jingga itu, sedikit demi sedikit duburnya jingga masuk ke tempatnya semula...
Usaha lahir bathinpun di lakoni oleh pasangan
suami isteri itu...
"Harus di ganti namanya... Karena, mungkin terlalu berat buat dia...!" Kata seorang tetangga suatu hari.
"Atau... Ditambahin aja nama
nya...!" Ujarnya lagi.
"Baiklah... Akan kami ganti
namanya." Sahut Bu Nita pula, dan terciptalah nama
' Jingga ' .
Nama sudah di ganti.tapi, kesehatannya masih belum
pulih juga.Masih tetap seperti sebelumnya.
"Coba di akuin ke Orang lain... Yaa... Jadi Anaknya siapa... Hanya akuan saja, bukan sebenarnya...!" Kata
tetangga yang lain pula.
"Di akuin jadi anaknya Nenek saja... Nenek senang, semoga bisa jadi Syare'at
buat kesembuhan Neng Jingga cucu nenek.!" Ujar Nek Isah dengan mata yang
berbinar senang.
"Iya... Boleh... Semoga saja.!"
Sahut Bu Nita pula.
Semua saran-saran tetangganya dia coba, dia
ingin agar anaknya bisa sembuh kembali.
Hingga suatu hari , ada seorang tetangga yang menengok Jingga...
"Bagaimana keadaan Jingga sekarang , Bu Nita.?" Tanyanya...
"Alhamdulillah... Mulai membaik...!"
Jawab Bu Nita, sambil mempersilahkan masuk... Tamunya
"Saya ada saran Bu Nita , mudah-mudahan ini bisa membantu...!"
Sahut Tamunya itu...
" Bagaimana kalau Neng Jingga dibawa ke Bu Ustadzah Fatimah...
Itu...Guru mengaji Saya...!" Ujarnya lagi...
"Maksudnya...?" Tanya Bu Nita tak mengerti...
"Begini...Bu Nita...Bu Ustadzah Fatimah itu suka di mintai tolong, untuk
mengobati penyakit yang tidak terdeteksi oleh dokter
... Yaa... Seperti penyakitnya
Neng Jingga ini....Dokter kan sudah angkat tangan... Ini... Mudah-mudahan... Siapa tahu penyakit yang di derita oleh Neng Jingga itu...
Bukan penyakit yang mesti di obati oleh dokter...!"
Lanjut Tamu itu... Yang tidak
lain adalah Bu Tini.
Bu Nita nampak diam sesa'at...
" Orang pintar, atau... Dukun
maksudnya.....?" Tanya Bu Nita ,setengah tak percaya.
" Bukan....Bukan orang pintar ataupun dukun...!" Sahut Bu Tini lagi dengan cepat...
" Lalu... Siapa Ustadzah Fatimah itu..?" Bu Nita bertanya lagi, penasaran...
" Ustadzah Fatimah adalah seorang Guru ngaji, cuma
beliau di beri ilmu yang lebih oleh Allah swt... Kalau Ibu mau ke sana... Saya siap untuk mengantarnya... Semoga ini menjadi syare'at bagi kesembuhan Neng Jingga... Tidak jauh Bu... Masih satu kota dengan kita rumahnya...!"
Sahut Bu Tini lagi, meyakinkan Bu Nita.
" Beliau, bisa melihat orang
yang berniat jahat pada kita.
Dan, beliau juga bisa membuat penawarnya Bu...!" Ujar Bu Tini lagi.
" Banyak yang cocok berobat ke sana, semoga saja Neng Jingga juga.!" Bu Tini menimpali perkataannya tadi.
" Terimakasih Bu Tini... Akan informasinya... Nanti, saya mau ngobrol dulu sama Bapaknya Jingga, Saya tidak
berani memutuskannya sendiri...!" Sahut Bu Nita pula.
" Baiklah Bu Nita... Nanti, kalau mau ke sana... Bilang saja sama saya...
Jangan sungkan... Saya siap mengantar kapan saja... Kebetulan, saya ada mobil...Jadi, tidak usah naik angkutan umum...Biar cepat.
Jadi... Pake mobil saya saja... Saya ridlo, ikhlas Bu Nita...!"" Ujar Bu Tini lagi.
" Sebelumnya, saya ucapkan banyak terimakasih kepada Bu Tini yang begitu baik sama saya sekeluarga.!" Sahut Bu Nita lagi. Beliau
merasa terharu dengan kebaikan tetangganya yang satu ini...
Bu Tini itu, termasuk orang kaya di kampung itu,tapi beliau jauh dari kata sombong...
Dia orangnya peduli sama Tetangga, dan suka menolong orang yang lagi kesusahan.
"Kalau begitu... Saya permisi dulu...Neng Jingga... Segera sembuh ya sayang...!" Ujarnya berpamitan.
Sebelum pulang, tangannya mengelus rambut Jingga yang terbaring tak berdaya...
Beliau meninggalkan sesuatu di atas meja kecil samping tempat tidur Jingga...
"Bu...Tini... Ini apa...?" Tanya Bu Nita sambil mengacungkn sesuatu kepada Bu Tini.
"Ooh....Itu... Sengaja saya simpan di sana...
Tak seberapa...Bu Nita, buat
jajannya Neng Jingga... Ma'af yaa...Bukan bermaksud merendahkan....
Ini cuma rasa sayang saya kepada Neng Jingga...
Mohon di terima...!"
Sahutnya lagi...
" Terimakasih Bu Tini... Tidak usah repot-repot... Saya jadi malu...!" Sahut Bu Nita pula.
"Tidak sama sekali tidak merepotkan... Saya permisi dulu Bu Nita.... Cepat sembuh ya sayang...
Assalamualaikum...!" Sahut Bu Tini sambil berlalu
meninggalkan Bu Nita dan Jingga...
"Terimakasih banyak Bu Tini... Semoga Allah swt. membalas semua kebaikan bu tini... Aamiin...
Wa'alaikumsalam...!" Sahut Bu Nita.
Ada rasa haru di balik nada suaranya...
Sore itu... Setelah Pak Rusdi pulang dari tempat kerjanya.
Beliau lagi santai membacakan cerita anak untuk Jingga.
Bu Nita dengan hati-hati, menyampaikan saran dari Bu Tini tadi
"Bagaimana...Pak...Menurut pendapat Bapak...?"
Kata Bu Nita,diakhiri
dengan pertanyaan.
" Baiklah kita coba... Siapa tahu ada manfa'atnya dan... Siapa tahu perkataan Bu Tini itu benar adanya...!'
Pak Rusdi menyetujui saran dari Bu Tini tetangganya...
Keesokkan harinya..Bu Nita
berangkat ke rumahnya Bu Tini...
Minta di anterin ke rumah Ustadzah Fatimah...
Merekapun lalu berangkat ke rumahnya Ibu Ustadzah Fatimah.Dengan memakai
mobil Bu Tini...
Sesampainya di sana , ada beberapa Tamu yang menunggu...
Rupanya, Ibu Ustadzah Fatimahnya sedang
menerima tamu...
Kami bergantian menemui Ustadzah Fatimah sesuai urutan kedatangannya...
"Silahkan duduk di depan saya.!" Ujar Ustadzah Fatimah,kepada kami yang
sudah mulai kebagian urutan untuk berdiskusi.
"Baik...Bu Ustadzah...Terima
kasih...!" Sahut Bu Tini.
Kamipun bertiga duduk tepat di hadapan Ustadzah Fatimah...
Sekejap Ibu Ustadzah Fatimah memandang Anakku, Jingga yang aku gendong... Lalu, beliau mengelus rambutnya Jingga... Wajahnya , hingga telapak kakinya Jingga di elusnya perlahan-lahan...
"Ma'af ...Ibu Mamahnya Ade
ini...? Siapa nama Adenya...?" Tanya Ustadzah
Fatimah.
"Iya... Saya Ibunya... Anak saya namanya Jingga...!" Sahut Bu Nita.
"Nama yang bagus...Ibuu...
Ma'af yaa...Menurut penglihatan saya , penyakitnya Neng Jingga itu bukan penyakit biasa , bukan penyakit yang
bisa di obati oleh dokter...
Saya lihat ada seseorang yang tidak suka melihat ke-
lancaran usaha Ibu... Ini sebenarnya salah alamat..!"
Ujar Ustadzah Fatimah , memberikan keterangan...
"Maksudnya...?" Bu Nita ber-
tanya tak sabar.
"Ibu dan Neng Jingga sama
ya hari kelahirannya...?" Us-
tadzah Fatimah bertanya lagi... Sambil matanya tak lepas menatap wajahnya Jingga yang pucat...
"Iya Bu Ustadzah... Kami lahir di hari yang sama...!" Sahut Bu Nita lagi.
" Baiklah... Saya coba melihat apa sebenarnya maksud dan tujuannya...!"
Ujar Ustadzah lagi.
"Yang dituju itu sebenarnya
Ibunya.namun , kena ke Neng Jingga . yang masih kecil dan waktu itu lagi lengah...!" Ujar Ustadzah lagi.
"Biarlah nanti juga kita akan tahu siapa dia yang punya
hati iri dan dengki...!"
"Jangan lupa terus berdo'a
dan... Nanti sepulang dari sini , sebelum waktu Maghrib tiba... Galilah sudut
sebelah selatan kamar depan , sedalam satu sikut lebih...!"
"Ada apa yang terkubur di sana...? Apapun yang di temukan... Langsung bawa ke sini...!" Ujar Ustadzah Fatimah lagi.
Sedikitpun aku tak mengerti,
akan semua perkataannya itu...Ku lirik Bu Tini yang duduk di sampingku...
Beliau menganggukkan kepalanya...
"Usahakan kamar depan di
pake sholat berjama'ah dan
pengajian , serta zikir dan sholawatan...Undang para Tetangga, untuk melaksana-
kan pengajian... Minimal sebulan sekali...!" Ujar Sstadzah Fatimah menambahkan.
"Neng Jinggaa... Yang kuat ya... Engkau Anak yang baik ,
masa depannya masih pan-
jang... Usahakan Neng Jingga jangan di biarkan sendirian...Ya Bu... Saya yakin kalau kita berdo'a dengan sungguh-sungguh... Pasti Neng Jingga akan
sembuh , soalnya ini
salah sasaran... Tapi , Ibu beruntung punya Anak dengan hari kelahiran yang sama...!" Lanjut Ustadzah lagi.
"Maksudnya bagaimana Ustadzah...?" Tanya Bu Nita.
"Kalau Ibu tidak punya Anak yang sama hari kelahiran-
nya... Santet itu akan menge nai sasarannya , yaitu Bu Nita... Karena, menurut penglihatan saya, Orang itu tidak suka melihat Bu Nita sekeluarga bahagia... Kalau
seandainya kena langsung ke Bu Nita... Akibatnya, jauh dari yang terlihat sa'at ini...!"
Lanjut Ustadzah Fatimah lagi menjelaskan.
Bu Nita mendengarkan pen
jelasan Ibu Ustadzah Fatimah, dengan perasaan
bingung dan tak mengerti...
"Baiklah... Kalau begitu ibu harus segera pulang , dan
segera gali sudut kamar itu
jangan sampai telat... Usaha
kan hari ini... Akan lebih baik sebelum Maghrib, harus sudah dibawa ke sini... Silahkan Bu... Ma'af...Bukan saya ngusir Ibu... Ini semua demi kebaikan dan kesembuhan Neng Jingga...!" Ujar Ustadzah lagi menyuruh kami untuk pulang.
"Iyaa...Baik Bu Ustadzah...Ka
mi pamit permisi... Terimakasih atas semua sarannya...!"
"Jangan lupa kata-kata saya tadi.!" Ujar Ustadzah lagi mengingatkan.
"Baik...Buu...!" Sahut Bu Nita.
"Assalamualaikum...!" Kami pamit dan mengucapkan salam.
"Wa'alaikumsalam...Warah-
matulahi Wabarokatuh...!"
Sahut Bu Ustadzah.
Kami bergegas pulang ke rumah , Bu Tinipun ikut pulang ke rumahku...
Bu Tini penasaran dengan apa yang dikatakan Ustadzah tadi...
Spa benar ada yang mengubur sesuatu di sudut
kamar rumahnya Bu Nita...
Sesampainya di rumah, Bu Nita menidurkan dulu Jingga di ruang tengah.
" Kakak... Tungguin Adikmu ya...! Ibu ada perlu dulu...!"
Ujar Bu Nita menyuruh Violet, kakaknya Jingga untuk menunggui Jingga.
" Baik Buu...!" Sahut Violet pula.
"Aku juga mau nemenin de Jingga ah... Boleh ya Bu...!"
Pelangi meminta untuk ikut
nemenin Jingga juga.
Setelah menasehati anak-anaknya untuk menemani Jingga...
Bu Nitapun segera pergi ke belakang untuk mengambil
cangkul...
Dia akan menggalinya sendiri...
Dia tidak akan menunggu Suaminya pulang...
Dia ingin segera mengetahui benar atau tidak perkataan Ustadzah Fatimah itu...
Tak berapa lama, Bu Nita sudah kembali lagi dengan
cangkul di tangannya...
" Mau di gali sekarang, Bu...?" Tanya Bu Tini agak heran.
" Iya Bu Tini... Saya sudah tidak sabar... Ingin segera mengetahuinya...!" Sahut Bu
Nita lagi.
" Lagipula... Sebelum Maghrib, harus segera di perlihatkan ke Bu Ustadzah,
saya enggak mau telat...!"
Sahut Bu Nita.
" Ayo...Bu Tini...Ikut aku...!"
Ujar Bu Nita lagi. Langkahnya menuju kamar depan...
Tak perlu di ulang, langsung
Bu Tini bangkit dari tempat duduknya...
Dan, mengikuti Bu Nita menuju kamar depan.
Tanpa pikir panjang lagi, sudut kamar bagian selatanpun di galinya sama
Bu Nita...
Satu kali, dua kali, lantaipun mulai terbongkar ...
Tak ada apa- apa...
Hanya tanah biasa saja.
Dengan penuh semangat dan rasa penasaran yang teramat sangat, di galinya tanah di sudut ruangan kamar itu...
"Sudah ketemu Bu...?" Bu Tini bertanya penasaran.
" Belum Bu...!" Sahut Bu Nita.Tangannya terus mengayunkan cangkulnya...
Tiba-tiba...Bu Nita terperangah kaget...!
Matanya melihat sesuatu di
dalam tanah yang di galinya itu...
DEG...DEG...DEG...
Dengan hati berdebar-debar,
dan jantung yang berdetak
sangat kencang, Bu Nita mengeluarkan sesuatu yang di temuinya dari dalam
tanah galian itu.
"Ada apa Bu Nita...?" Tanya
Bu Tini ikut kaget juga melihatnya...
" Lihat...! Bu Tini ini apa...?
Siapa yang menguburnya di sini...?" Sahut Bu Nita.
Dengan gemetaran,
tangannya mengeluarkan sesuatu dari dalam tanah yang digalinya tadi.
"Apa Buu...?" Sahut Bu Tini sambil mendekati Bu Nita.
"Bungkusan kain putih Bu...
Seperti...Kain kafan...!" Sahut Bu Nita sambil menyodorkan bungkusan itu kepada Bu Tini.
Dengan jantung yang berdetak kencang, dada yang berdebar sangat keras.
Perlahan-lahan, bungkusan
putih itu di buka oleh keduanya...
Keringat dingin, mulai bercu
curan menahan berbagai rasa yang bergelora di dada
keduanya...
Antara tak sabar ingin segera mengetahui isinya dan...Rasa takut akan apa yang ada di dalam bungkusan putih itu.
'Ya Allaaah...Apa ini...?"
Keduanya sontak berteriak.
Karena, sedikitpun tak menyangka akan menemukan benda aneh itu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 33 Episodes
Comments
Diankeren
kokk Eike mrinding Yee tor...?
🙄 dluar ujan trnyta tor 😁🤭
spik 🙈🤣
2022-02-06
0
Sis Fauzi
hm mistis, isinya pasti tanah kuburan (sesuai judulnya)😁
2021-09-17
2
Quora_youtixs🖋️
waduh .... kuburan 🥺🥺🥺🥺
2021-08-09
0