Drtt.. drttt.. drtt.. drtt..
Bunyi ponsel Salma yang menandakan ada panggilan masuk. Terlihat nama ' Fikri ' dilayar ponselnya, Salma pun segera menerimanya.
''Hallo, Assalamu'alaikum. Ada apa dek ?'' ucap Salma.
''Wa'alaikumsalam Kak, ada apa kakak bilang. Kakak benar - benar ya.. apa kakak sudah lupa padaku sehingga satu minggu ini tidak ada menghubungiku ?'' kesal Fikir karena sejak kakaknya menikah dan ikut dengan suaminya, Salma belum pernah sekalipun menghubunginya.
''Iya.. iya.. maaf, kakak lupa.'' balas Salma sedikit menggoda adiknya.
''Apa?! Jadi benar kakak lupa padaku ? Menyebalkan.'' gerutu Fikri cemberut dan dibalas dengan tawa oleh Salma.
''Kakak bercanda dek, ada apa? ayo coba cerita. Kakak tahu jika kamu menelpon lebih dulu pasti ada yang ingin kamu ceritakan kan?'' tebak Salma yang sudah tahu bagaimana sifat adiknya itu.
''Hmm.. banyak, banyak sekali.'' jawab Fikri masih dengan rasa kesalnya.
'' Pertama, aku sedang pusing kak karena skripsiku belum juga selesai sedangkan kakak tidak ada disini untuk membantuku. Kedua, aku juga sedang bingung sekarang antara harus memilih Ratih atau Shania, aku benar - benar pusing kak.'' keluh Fikri kemudian menghela nafas berat.
''Astahgfirullaah dek, kenapa kamu masih saja bermain wanita. Apa tidak cukup, hampir setiap hari ayah menasehatimu dan ibu menjewermu. Lebih baik sekarang kamu fokus saja dengan skripsimu dan segeralah wisuda.'' cecar Salma.
''Kak sudah berapa kali aku bilang, aku tidak bermain wanita. Aku hanya sedang berikhtiar mencari seorang pendamping, kak.'' kilah Fikri.
Fikri Muhamad Ghifari putra kedua dari pasangan Imam Ghifari dan Ilma Fauziah sekaligus adik semata wayang Salma. Laki - laki tampan berperawakan tinggi putih yang sekarang sedang menempuh pendidikan managemen bisnis disalah satu universitas terkenal di kota ini, dia dikenal cukup pintar di fakultasnya sehingga pihak universitas pun memperhitungkannya. Namun, disisi lain dia juga dikenal playboy bukan tanpa sebab dia diklaim seperti itu oleh warga kampus, sudah banyak anak gadis yang telah dibuatnya menangis. Ya.. memang Fikri tidak melakukan kekerasan atau apalah itu yang dapat melukai fisik anak orang, dia bahkan belum pernah berpacaran hanya saja sikap baik dan senyum ramahnya terhadap para perempuan membuat mereka berharap lebih. Hati perempuan mana yang tidak sakit jika didekati, diberi harapan lalu kemudian ditinggalkan begitu saja.
Ironinya laki - laki berumur 22 tahun ini merasa itu bukanlah kesalahannya, bukankah sudah seharusnya ia bersikap baik dan ramah terhadap semua orang? Lalu sekarang kenapa jadi dia yang disalahkan dalam hal ini? Memang dia akui bahwa dia mendekati mereka tapi itupun dalam batas wajar, dia tertarik kemudian berusaha untuk mengenalnya lebih setelah melalui tahap pengenalan dirasa tidak menemukan kecocokan, maka Fikri pun memberi pengertian dan memilih untuk berteman saja.
''Apapun itu, berhenti dek. Ingat dosa! Jikapun kamu ingin mencari pendamping, ayah dan ibu bisa membantumu. Atau kamu bisa berikhtiar nanti setelah kamu lulus dan dapat pekerjaan, tentu tidak dengan cara yang kamu lakukan saat ini.'' nasehat Salma
''Iya kak, iyaa.. tapi bagaimana sekarang, siapa yang harus aku pilih.'' keukeuh Fikri.
''Hah.. ya ampuun! Dek, kakak benar - benar pusing mendengarmu. Jika kamu hanya ingin membicarakan hal itu, kakak tutup saja ya.. telponnya. Assalam..'' ucap Salma tapi terpotong oleh Fikri.
''Eh.. tunggu dulu kak, aku 'kan belum selesai. Iya baik, aku tidak akan membicarakan lagi hal itu.'' menghela nafas kemudian melanjutkan ucapannya.
"Jadi begini kak, aku ingin meminta kakak membantuku menyelesaikan skripsiku. Apa kakak bisa membantuku?" tanya Fikri karena memang tujuannya menelpon adalah ini.
"Iya, nanti kakak bantu. Kapan kamu akan mengerjakannya?" sahut Salma karena hal seperti ini sudah biasa adiknya lakukan.
"Kalau besok gimana kak? Apa kakak masih cuti?" tanya Fikri.
"Kalau besok kakak tidak bisa dek, besok kakak sudah mulai kembali bekerja. Bagaimana kalau lusa? Kakak akan berangkat ke butik agak siangan jika kamu ingin kesini." ucap Salma.
"Ya sudah, nanti lusa saja ya.. kak. Kakak tinggal kirimkan saja alamatnya." timpal Fikri.
"Iya, sekarang kamu siap - siap pergi ke masjid sebentar lagi akan magrib." tutur Salma.
"Oke kak, terima kasih sudah mau membantuku. Assalamu'alaikum.." salam Fikri mengakhiri panggilannya.
"Iya, Wa'alaikumsalam Warahmatullah" sahut Salma dan panggilan pun berakhir.
Tut.. tut.. tut..
Suara adzan magrib pun berkumandang menandakan hari sudah petang, Salma pun berlalu ke kamar mandi untuk mengambil wudhu kemudian melaksanakan sholat magrib dilanjut mengaji. Karena itu sudah menjadi kebiasaannya selalu membaca Al - Qur'an sesudah selesai sholat.
Setelah itu Salma bergegas turun ke bawah untuk memasak makan malam, dilihatnya di dapur sudah ada Bi Ati dan yang lainnya sedang memasak Salma pun menghampiri mereka.
''Masak apa Bi, biar saya bantu.'' ujar Salma begitu telah sampai di dapur
''Eh.. ini Non masak orek tempe, tidak perlu Non biar kami saja. Nona tunggu saja di ruang keluarga.'' ucap Bi Ati ketika melihat Salma mengambil alih pisau dari salah satu rekannya.
''Tidak Bi, saya bisa kok lagi pula saya sudah biasa melakukan semua ini. Lain kali biar saya saja yang memasak Bi, Bibi dan yang lainnya cukup membantu secukupnya ya..'' jelas Salma, melihat Bi Ati yang bingung dan sedikit ketakutan membuat Salma melanjutkan ucapannya.
''Mas Taufik tidak akan marah kok Bi, saya hanya ingin berusaha menjadi istri yang berbakti salah satunya dengan menyiapkan makanan dengan tangan saya sendiri. Bibi tidak keberatan kan ?'' tanya Salma.
''Tentu tidak Non, itu memang hak Nona. Nona ingin seperti apapun, tentu Nona berhak melakukannya karena ini rumah Nona.'' ujar Bi Ati takut nonanya salah paham karena telah berani melarangnya.
Tersenyum ''Ya sudah ayo kita lanjut, kenapa kalian jadi canggung begini.'' ucap Salma berusaha mencairkan keadaan.
''Hehe.. mari Non.'' balas mereka sambil terkekeh.
Masakan mereka pun selesai kini Bi Ati dan Salma menyajikan hasil masakannya di meja makan sedangkan yang lainnya sudah lebih dulu pamit ke rumah belakang, ya.. meski rumah utama terbilang cukup luas dan besar namun untuk para pekerja disini sudah disiapkan tempat khusus yang terletak dibelakang rumah utama. Tak hanya itu mereka bahkan memiliki kamar masing - masing. Setiap hari sehabis sholat shubuh mereka akan ke rumah utama untuk melaksanakan tugasnya.
Mulai dari menyapu, mencuci pakaian, juga membersihkan setiap ruangan. Sedangkan untuk menguras dan membersihkan kolam itu menjadi tugas pekerja yang lain yaitu Pak Junaedi. Merawat dan menjaga kebun belakang, samping dan depan itu tugas Pak Budi dan sesekali dibantu oleh Pak Junaedi. Ada juga tiga satpam yang bertugas berjaga di pos depan dan satu orang supir yang selalu mengantar Taufik kemana pun.
Selesai menyajikan makanan Bi Ati pamit pada Salma untuk ke rumah belakang. Waktu berlalu namun belum ada tanda - tanda Taufik akan pulang, dengan sabar Salma menunggu hingga tiba waktu isya dan Taufik belum juga datang. Salma pun berniat untuk melaksanakan sholat isya terlebih dahulu, begitu selesai Salma kembali turun kebawah. Makanan yang tadinya masih mengepul sekarang sudah menjadi dingin, terpikir untuk menelpon suaminya tapi ia ingat bahwa ia belum memiliki nomor telpon Taufik. Akhirnya Salma duduk di meja makan menunggu sampai Taufik pulang. Tak terasa waktu pun berlalu Salma yang sudah tak mampu menahan kantuknya tertidur di ruang makan lebih tepatnya terduduk di kursi dengan kepala tertelungkup di atas meja makan.
Detik menit terus berlalu jam dinding sudah menunjukkan pukul 23.35 dan baru terdengar suara deru mobil memasuki pekarangan rumah. Taufik masuk dan melangkah ke lantai atas menuju kamarnya, tanpa melihat kanan kiri ia berjalan ke arah kamar mandi setelahnya ia ke ruang ganti dan duduk disofa kamar masih dengan memangku laptopnya karena beberapa laporan dari kantor cabang belum sempat ia lihat tadi saat di kantor.
Karena merasa haus Taufik pun turun ke lantai dasar berniat mengambil minum di dapur, namun saat melewati ruang makan ia melihat di meja makan ada seorang gadis sedang tertidur dengan lelapnya. Seketika ia teringat dan tersadar bahwa itu istrinya, ya.. itu istrinya yang ia nikahi seminggu yang lalu, ia ingat bahwa ia sudah menikah dan sekarang istrinya pasti ketiduran karena kelelahan menunggunya dan mungkin sampai saat ini istrinya belum makan sebab terus menungguinya. Huh...
''Astaghfirullaa Hal'azhiim bagaimana aku bisa lupa.'' Batin Taufik sambil mengusap wajahnya penuh sesal.
Saking sibuk dan menyenangi pekerjaannya untuk sesaat Taufik lupa bahwa ia telah memperistri anak gadis orang yang kini tinggal di rumahnya. Sudah barang pasti jika seorang istri menunggu dan menantikan kepulangan suaminya dan itu pun yang kini dilakukan oleh Salma.
Dengan perlahan Taufik pun menghampiri Salma dilihatnya dengan seksama wajah cantik, kulit putih, bibir mungil dan mata teduh yang kini sedang mengatup itu. Merasa bersalah ? Ya.. itu yang dirasakan Taufik saat ini. Diulurkannya tangan kanannya untuk mengelus kepala Salma sembari berucap
''Maafkan saya Salma, saya benar - benar minta maaf.'' ujarnya tulus
Sejurus kemudian Taufik pun membopong tubuh Salma dengan sangat hati - hati agar Salma tidak terbangun dari tidurnya menuju kamar mereka dilantai atas. Sesampainya di kamar, Taufik membaringkan Salma di atas ranjang dengan perlahan kemudian ia duduk disisi ranjang dekat Salma, memandangi wajah Salma itu yang ia lakukan saat ini. Lama ia pandangi wajah Salma hingga tanpa ia sadari seutas senyum terbit dari bibirnya, entah kenapa tapi ia merasa begitu bahagia ketika mengetahui kenyataan bahwa gadis didepannya ini adalah istrinya, miliknya dan wanitanya.
Aaah.. tak peduli jika ia kini dianggap tak tahu diri karena saat berhadapan langsung dengan istrinya ia malah bersikap acuh tak acuh padanya, cuek dan kaku. Tapi jujur saja sejak pertama bertemu secara langsung dengan Salma, Taufik sebenarnya sudah tertarik dan menyukainya meski ia sendiri tak tahu karena apa. Apalagi saat Salma datang dan duduk disebelahnya ketika ijab qobul telah selesai, sungguh saat itu Taufik benar - benar terpesona dengan kecantikan Salma. Ketika ia diminta mencium kening gadis yang saat itu sudah sah menjadi istrinya jantung Taufik tak hentinya berdegup kencang, dengan tangan gemetar pula ia menyentuh kepala Salma sambil membisikan do'a. Saat - saat itu sungguh sangat indah dan tak terlupakan bagi Taufik.
Bangkit dari duduknya Taufik memakaikan selimut pada Salma lalu mengecup kening Salma dan membisikan kata selamat malam ditelinga Salma. Kemudian berjalan memutari ranjang dan membaringkan diri disebelah Salma, tertidur dengan posisi menghadap ke arah dimana Salma berbaring.
Pukul 03.00 dini hari Salma terbangun melihat sekelilingnya ternyata ia ada di kamarnya, seingatnya tadi malam ia tertidur di ruang makan. Kemudian ia melirik ke arah sampingnya sudah ada suaminya yang sedang tertidur, Salma pun tersenyum berpikir mungkin suaminya yang telah mengendongnya sampai disini. Salma bangkit berjalan ke arah kamar mandi untuk membersihkan diri dan mengambil wudhu, seperti biasanya Salma akan melaksanakan sholat malam, mengaji juga berdzikir.
.
.
Bersambung...
Mohon kritik dan sarannya, juga jangan lupa dukung dengan cara like, coment dan vote ya..
Terima kasih😊😊
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 80 Episodes
Comments
Sudiyem Selsi
aku suka lanjut
2022-02-01
1
Sovita Sari
cepet akurrrr ya kalian😁mampir nihh thoorr, semangat terus upnya🤗👍🏻
2021-01-13
2