Pagi harinya Salma bersama Bu Sahidah sedang memasak di dapur sambil berbincang - bincang, isi perbincangan mereka tak lepas dari anak semata wayang rumah ini siapa lagi jika bukan Taufik. Seperti janji Bu Sahidah kemarin malam yang akan menceritakan semua tentang Taufik pada Salma, mulai dari masa kecilnya sampai saat - saat dulu dia masih sekolah diceritakan oleh Bu Sahidah dengan antusias dan semangat 45 sambil mengenang masa - masa itu.
''Hah.. mengingat masa itu Mama jadi pengen deh dia jadi anak kecil lagi. Mengeloni dia, membacakan buku cerita sebelum dia tidur, menyuapinya, mendengar semua celotehnya saat pulang sekolah dan masih banyak lagi hal yang Mama rindukan dari masa - masa itu.'' cerita Bu Sahidah
''Tapi sekarang, coba kamu lihat.. dia bahkan sudah tidak pernah lagi bermanja - manja seperti saat dia kecil dulu. Untuk menghabiskan waktu bersama saja sekarang sulitnya minta ampun, dia hanya kerja dan kerja saja yang ada dalam otaknya itu. Kadang Mama suka kesal jika dia sudah lupa pada kesehatannya sendiri, pulang larut malam, telat makan dan kebiasaan buruknya yang lain.'' lanjut Bu Sahidah.
"Oh ya Salma, kamu yang tumis kangkungnya ya.. biar Mama yang urus ayam kecapnya.'' ucap Bu Sahidah.
''Oke Ma!'' jawab Salma dengan semangat dan senyumannya, lalu melakukan apa yang dititahkan oleh mertuanya.
''Oh iya Ma, kalau makanan yang disukai Mas Taufik apa ?'' tanya Salma setelah beberapa saat tadi terdiam.
''Ya ini, dia menyukai masakan rumahan seperti ini. Tidak terlalu sulit menyediakan makanan untuk dia, makanan sederhana seperti ini saja sudah cukup bagi dia begitupun Papanya.'' jelas Bu Sahidah.
''Mereka itu bak pinang dibelah dua, apa yang disenangi maupun tidak disenangi itu sama. Hanya saja Taufik lebih kaku, tidak terlalu banyak bicara apalagi bergurau, entah apa yang dia makan sehingga membuatnya jadi seperti itu. Padahal dari dulu Mama lho.. yang memperhatikan semua makanannya.'' cemberut Bu Sahidah yang dibalas kekehan kecil dari Salma.
Pagi hari di rumah itu menjadi sangat riuh dengan gurauan dan tawa dua wanita yang sedang asik memasak sambil menceritakan hal apapun, baik pengalaman keduanya maupun hal - hal lucu lainnya. Hingga perbincangan merekapun tak dapat ditentukan bertema apa, mengalir kesana kemari tak tentu arah. Momen - momen seperti inilah yang selalu diimpikan dan diharapkan oleh Bu Sahidah, tidak memiliki seorang anak perempuan selalu membuatnya meminta Taufik agar segera menikah. Tak jarang dia selalu merasa kesepian saat ditinggal anak dan suaminya pergi bekerja. Tapi ya.. mau bagaimana lagi dia hanya dihendaki memiliki satu orang anak, bagaimanapun keinginan kita hanya Allah SWT lah yang berhak berkehendak dan Dia lebih mengetahui apa yang terbaik untuk hambanya. Sebagai manusia kita hanya bisa berkeinginan selebihnya biar Allah yang tentukan dan hendaknya kita banyak - banyak bersyukur dengan apa yang Allah beri dan titipkan kepada kita.
Bukan karena putus asa atau menyerah hingga Bu Sahidah dan Pak Sulaiman tak berusaha lebih, segala cara telah mereka lakukan do'a dan usaha tidak pernah putus mengiringi. Namun Allah berkehendak lain, beberapa tahun setelah kelahiran Taufik lebih tepatnya ketika Taufik menginjak usia sepuluh tahun, pasangan tersebut dinyatakan akan memiliki anak kembali tapi setelah beberapa bulan dinyatakan hamil, Bu Sahidah harus menerima kenyataan pahit. Dokter memvonis bahwa Bu Sahidah terkena penyakit kanker rahim, demi menyelamatkan nyawanya ia harus rela kehilangan bayinya sekaligus tidak akan pernah bisa mengandung kembali karena dokter harus mengangkat rahimnya. Sedih, kecewa, sakit hati bahkan terpuruk telah ia alami, tapi karena dukungan suami, anak dan orang - orang terdekat mampu menguatkannya hingga ia bisa mengikhlaskan bayinya.
Setelah beberapa saat acara masak - masak merekapun selesai, kini mereka sedang menghidangkannya diatas meja makan.
''Salma ayo panggil suamimu, sarapan sudah siap.'' titah Bu Sahidah ketika mereka sudah selesai menyajikan masakannya di meja makan.
''Baik Ma.'' sahut Salma kemudian pergi menuju kamarnya, begitupun dengan Bu Sahidah yang pergi untuk memanggil suaminya.
Begitu sampai di kamar, Salma tidak melihat keberadaan suaminya. Kamar mandi pun sepertinya kosong, kemudian dia berjalan menuju ruang ganti.
''Ehh.. maaf Mas.'' kaget Salma karena melihat suaminya belum mengenakan pakaian, ia langsung memalingkan wajahnya. Tak jauh berbeda dari Salma, Taufik pun sama terkejutnya.
''Ekhmm'' dehem Taufik berusaha untuk mengusir kecanggungannya.
''Sarapan sudah siap Mas, mari kita segera turun.'' ajak Salma sambil terus menunduk, setelah beberapa saat tadi sempat terdiam.
''Oh ya baik, nanti aku segera menyusul.'' jawab Taufik.
''Baik Mas, aku tunggu dibawah.'' kemudian berlalu dari hadapan Taufik.
"Aduuh.. kenapa aku ceroboh sekali" pekik Salma dalam hati sambil terus berjalan menuruni anak tangga.
Kini semua telah berada di ruang makan, menikmati sarapan pagi ini dengan kecanggungan yang tercipta antara Salma dan Taufik akibat tragedi saat di ruang ganti tadi. Terlihat dari bagaimana Salma menuang nasi dan lauk pada piring suaminya, juga Taufik yang terus memalingkan wajahnya ketika tidak sengaja bersitatap dengan Salma. Sarapan pun selesai, namun ada sedikit yang berbeda dengan sarapan pagi ini menurut Taufik. Hingga akhirnya ia pun tak bisa menahan untuk tidak bertanya.
''Ma, siapa yang masak pagi ini?'' tanya Taufik pada akhirnya.
Bu Sahidah tersenyum dan mengerti pasti Taufik bertanya seperti itu karena dia merasa rasa masakan yang agak berbeda pagi ini. Bu Sahidah paham betul dengan anaknya itu, dia sangat mengenal masakan Mamanya dengan sedikit saja dia mencicipi sebuah masakan dapat dia tebak itu masakan Mamanya atau bukan. Dan saat ini jelas dia tahu bahwa tumis kangkung dan beberapa masakan lainnya bukan masakan Mamanya.
''Memangnya kenapa?'' tanya balik Bu Sahidah sambil melirik Taufik kemudian melirik Salma.
''Berbeda saja, tidak seperti biasanya. Masakan Bi Ani dan Bi Leni juga bukan.'' bingung Taufik dengan menyebut nama para pekerja yang biasa membantu memasak jika Bu Sahidah sedang sakit atau sedang ada urusan.
''Apakah masakannya enak ?'' pancing Bu Sahidah dengan tersenyum.
''Enak, sangat enak malah.'' sahut Taufik sangat ringan dan belum menyadari maksud Bu Sahidah.
Bu Sahidah terkekeh sebelum kemudian ''Oh.. jelaas! siapa dulu dong yang masak mantu Mama.'' bangga Bu Sahidah.
Taufik pun membelalakkan matanya sambil melirik Mama dan istrinya bergantian, kemudian membuang muka. Bu Sahidah yang tak dapat menahan tawanya pun akhirnya tertawa sedangkan Salma menunduk sambil menahan tawanya.
"Memangnya kenapa? Kenapa Mas Taufik harus kaget seperti itu ?" Pikir Salma
''Iya itu masakan istrimu Taufik, memangnya siapa lagi. Tapi kamu tenang saja, tidak hanya hari ini saja kok kamu bisa merasakan masakan istrimu. Besok, besoknya lagi bahkan setiap hari kamu akan merasakan masakan yang kamu bilang sangat enak itu.'' seloroh Bu Sahidah dengan terus menggoda anaknya yang sudah merona menahan malu.
''Iya'kan Salma?'' imbuh Bu Sahidah pada menantunya.
''I..iya Ma'' sahut Salma dengan sedikit gugup sedangkan wajah Taufik sudah semakin memerah tak tahu sudah semerah apa.
🌟🌟🌟🌟
Setelah beberapa hari tinggal di rumah mertuanya, kini Salma sudah berada di rumah suaminya. Sebenarnya Salma masih terkejut, bagaimana tidak rumah suaminya ini sangatlah besar dan mewah. Gerbang yang tinggi, bangunan bertingkat dua yang besar dan kokoh ditambah dengan halaman depan yang sangat luas. Jika ia diminta berjalan dari pintu gerbang sampai ke pintu utama rumah mungkin ia tidak akan sanggup. Karena apa? Karena jarak antara pintu gerbang dengan rumah utama saja sudah seperti panjangnya jalanan komplek rumah ayah Salma, jika ia boleh bandingkan. Dulu ia sering bersepeda di sore hari untuk berkeliling komplek.
Belum lagi, ketika dia sampai di teras rumah pintu utama yang menjulang tinggi itu tiba - tiba terbuka dan memunculkan beberapa orang yang entah berapa jumlahnya, berbaris dengan pakaian yang sama. Mereka tersenyum ramah sambil sedikit membungkukan badan dan mengucapkan ''Selamat datang Nona'' secara bersamaan.
Sungguh Salma merasa berada di negeri dongeng yang ada didalam buku yang dulu sering ibunya bacakan ketika ia masih kecil.
Salma pun membalas senyum mereka dan mengucapkan terima kasih atas penyambutan mereka. Sebelum masuk tak lupa Salma mengucapkan salam, kemudian melangkah kedalam rumah ia disuguhkan dengan kerlap - kerlip barang - barang yang tak bisa dikatakan murah. Salma terus saja berucap '' MasyaAllah '' tiada henti disepanjang langkahnya, ketika lagi dan lagi melihat betapa indahnya rumah ini.
Seorang wanita paruh baya yang terlihat lebih berumur dari yang lain menghampiri Salma.
''Nona mari saya antar nona ke kamar tuan.'' ajak wanita tersebut, yang dijawab dengan anggukan Salma.
Mereka pun menaiki anak tangga diikuti oleh seorang supir yang mengantar Salma tadi untuk membawakan koper dan barang - barang Salma.
Memang tadi Salma diantar oleh seorang supir karena Taufik harus pergi untuk menyelesaikan beberapa pekerjaan yang sempat tertunda beberapa hari yang lalu.
Sampai didepan pintu kamar yang dituju, wanita paruh baya itu pun membukakan pintunya kemudian mempersilahkan Salma masuk.
Salma melangkah masuk dan terlihatlah kamar yang dua kali lebih besar dari kamar Taufik yang ada di rumah Mama mertuanya.
''Jika ada yang nona butuhkan nona bisa memanggil saya, dengan menggunakan telpon yang ada diatas nakas. Nona hanya cukup menekan tombol angka satu maka itu sudah dapat terhubung kepada saya.'' jelas wanita tersebut hingga fokus Salma pun teralih padanya.
''Hmm.. baiklah. Tapi maaf, jika boleh saya tahu siapakah nama ibu ?'' tanya Salma karena sejak tadi wanita itu terus saja bicara tanpa mengenalkan namanya.
''Oh maaf nona saya lupa, nama saya Ati. Nona bisa memanggil saya Bi Ati.'' ujar Bi Ati dengan tersenyum dan dibalas dengan anggukan Salma.
''Baiklah nona, kalau begitu saya permisi dan nona silahkan beristirahat'' pamit Bi Ati setelah sebelumnya ia membantu Salma merapihkan pakaiannya yang masih didalam koper ke lemari pakaian yang ternyata telah disediakan untuknya.
''Iya Bi, terima kasih.'' sahut Salma dengan tersenyum ramah.
Setelah kepergian Bi Ati dan supir yang menyimpan koper Salma di ruang ganti, Salma pun melanjutkan melihat lihat isi kamar barunya tersebut, sejurus kemudian ia dibuat penasaran dengan satu pintu yang dapat ia tebak bukan kamar mandi maupun kamar ganti. Salma melangkah mendekati pintu itu, lalu memegang handle pintu selanjutnya pintu pun terbuka dan nampaklah sebuah balkon yang cukup luas yang menghadap langsung ke arah kolam renang dilantai bawah. Terdapat pula sebuah ayunan disana dengan mata berbinar Salma pun mendekati ayunan tersebut, kemudian mendudukinya. Pemandangan yang indah ditambah dengan angin sepoi - sepoi membuat Salma memejamkan matanya dengan terus berayun dianyunan tersebut. Sudah Salma pastikan tempat ini akan menjadi tempat favoritnya di rumah ini.
Hari pun semakin sore, Salma masuk untuk membersihkan diri. Kemudian duduk disofa yang terdapat di kamarnya untuk menunggu suaminya pulang. Namun, tiba - tiba...
Drtt.. drttt.. drtt.. drtt..
.
.
Bersambung...
Mohon kritik dan sarannya, juga jangan lupa dukung dengan cara like, coment dan vote ya..
Terima kasih😊😊
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 80 Episodes
Comments
Naay
Lanjut thor semangat up😊
2021-01-12
5