BAB 4

Mata yang tadinya terpejam itu kini perlahan menerawang Kilauan cahaya pelita yang menyorot tajam . Ditatapnya kedua kakak beradik yang tengah hanyut dalam pelukan kasih sayang yang hangat . Dadanya kini di penuhi rasa sesak , ada sesuatu berharga yang hilang dari kehidupannya . Hati kecilnya masih menangis sejadi-jadinya , namun mimik wajahnya masih seperti sedang menerka-nerka keadaan .

Pria itu melepas pelukannya dari sang adik dan mengalihkan pandangannya pada Anne yang mulai siuman . Gadis mungil itu menatap Anne dengan tatapan yang menyayat hati . Anne membuang nafasnya kasar seraya meremas sprei katun berwarna putih yang melekat pada ranjang yang ia tempati .

" Pergi kau dari hadapanku ! " Pekik Anne dengan sorot mata yang menghunus tajam kearah pria di hadapannya itu .

Pria itu diam tak berkutik sedikitpun bag patung yang menunduk tenang . " Pergi kau dari hadapanku ! " Tegas Anne sekali lagi .

" Aku melakukan hal itu bukan tanpa alasan , Ann " Suara pria itu kini terdengar jelas di telinga Anne . Nadanya begitu tenang dan menghanyutkan Anne dalam rasa penasaran .

" Aku sangat menyayangi Theresa lebih dari apapun " Pria itu mencoba menahan diri agar tetap dalam situasi tenangnya . " Antonio , ayahmu . Dia bukan orang yang baik " Sambungnya .

" Lantas kau pikir , dirimu sebaik apa ? " Sergah Anne dengan aksennya yang mengintimidasi .

" Apa kau tau dia seorang mafia ? Apa kau bisa menghitung , berapa banyak nyawa yang ia habisi untuk menghidupimu selama ini ? " Allen mendengus pelan dan memalingkan wajahnya . " Bahkan ayahku , juga turut menjadi korban atas perbuatan ayahmu dan rekannya . Sementara ibuku ? Ia sudah seperti anjing yang haus akan uang . ia menelantarkan aku dan Theresa sejak usia kami masih seumur jagung "

Jantung Anne seakan berhenti berdetak usai mendengar kalimat-kalimat yang terlontar dari mulut Allen . Pembawaan Allen begitu tenang namun sangat jelas dari sorot mata hazelnya bahwa ada amarah yang baru saja ia redam .

" Aku telah mendengar semua rencana busuk mereka . Kau dan Theresa harus menjadi korban agar mereka bisa mendapatkan uang dengan jumlah yang sangat besar " Allen terkekeh sinis , kemudian melanjutkan bicaranya . " Setelah mengetahui hal itu , aku semakin tidak yakin bahwa kasih sayang Antonio selama ini tulus padamu , Ann . Aku mengenalmu jauh sebelum kau mengenalku . Aku tau persis seperti apa kehidupanmu selama ini " Jelas Allen .

Allen menatap intens wajah Anne dengan senyumannya yang hambar . Jantungnya tidak berhenti berdebar kencang ketika memperhatikan dengan seksama wajah itu. " Satu hal lagi yang perlu kau ketahui , aku melakukan ini untuk menjagamu juga . Aku tidak ingin kehilanganmu sama seperti aku tidak ingin kehilangan Theresa "

Suasana hening seketika , Anne tak percaya apa yang sebenarnya terjadi . Semuanya semakin rumit untuk di tafsirkan , otaknya seakan hilang fungsinya . Bagaimana bisa ia ikut tenang dalam suasana hatinya yang tengah berkabung . " Apa aku buta dalam menilai seseorang ? " Tanya Anne pada hati kecilnya sendiri . Semuanya seperti mimpi buruk yang ingin ia sudahi secepatnya .

" Aku telah memakamkan mereka dengan layak " Ucap Allen seraya beranjak pergi meninggalkan Anne dan Theresa . Anne masih membisu , tatapannya kosong , lidahnya kini terlalu kelu untuk berbicara walaupun hanya sepatah kata .

🌫️

Beberapa hari setelah Allen mengeluarkan keputusannya untuk pindah sekolah , Emeli benar-benar tidak pernah lagi melihat wajah Allen di sekolah itu . Allen bahkan belum sempat berkenalan dengan Anne , tapi sesakit itu yang dirasakan Allen ketika mengetahui bahwa Anne sudah punya kekasih . Emeli meraih ponsel dari sakunya dan mencoba menelepon Allen .

" Allen " Panggil Emeli pada orang yang berada di seberang telepon itu .

" Ya " Sahutnya singkat .

" Apa kau benar-benar akan pindah ? "

" Hhmm " Jawaban itu seakan mewakili kata iya nya atas pertanyaan Emeli barusan .

Emeli mengambil nafas dalam-dalam lalu dihembuskannya dengan kasar . " Lalu , Anne ? Apa kau ingin melupakan gadis itu ? "

" Hubungi aku lagi ketika ia sudah tidak menjalani hubungan dengan Frans " Ketus Allen seraya menutup teleponnya .

🌫️

Hatinya masih terasa sakit , namun ia berusaha menerima apa yang telah terjadi . Bayang-bayang gadis itu masih memenuhi isi pikiran Allen yang kalut . Entah apa yang membuat Allen begitu mencintai gadis itu . " Ann " Ucap Allen lirih sembari terus menatap foto yang terpampang jelas di layar ponselnya itu . Semakin ia menatap wajah dalam foto itu semakin menganga lebar luka dihatinya .

Allen meletakkan ponselnya di atas nakas dan segera menumpahkan dirinya kedalam belaian lembut kasur empuknya . Batinnya bertanya-tanya mengapa dewi keberuntungan sesulit ini berpihak padanya .

" Kakak " Suara itu membuyarkan lamunan Allen seketika . Senyuman yang terukir di sudut bibir anak itu seakan menjadi penawar atas rasa sakit hatinya . Allen beranjak dari tempat tidurnya dan segera menghampiri anak itu .

" Apa ibu akan pulang minggu ini ? " Tanya anak itu sembari memanjang ekspresi kesalnya .

Allen hanya mengangkat kedua bahunya seraya tersenyum manis. " Kau mau jalan-jalan dengan ku ? " Allen mencoba mengalihkan topik pembicaraan mereka dengan pertanyaan itu , namun sang adik hanya menggeleng dengan tatapan lesu .

" Theresa " Panggil Allen dengan nada seolah sedang mengajak Theresa berdamai dengan keadaan . Allen berjongkok tepat di hadapan Theresa seraya menggenggam erat jemari mungil anak itu . " Boleh aku meminta sesuatu ? " Tanya Allen dengan tatapan sendu . Theresa hanya mengangguk mengiyakan pertanyaan Allen .

" Tolong berhenti berharap pada ibu . Dia bahkan tidak peduli dengan kondisimu . Kau bahkan tidak tahu apa yang ia kerjakan selama ini . Tolong berhenti mengharapkan orang yang kau sebut ibu itu . Aku bisa menjadi ayah , ibu , kakak , dan bahkan teman mainmu . Ku mohon , mengertilah Theresa ! " Jelas Allen .

Theresa mengangguk pelan seraya membenamkan dirinya kedalam pelukan Allen . Bulir air matanya berjatuhan , hatinya kini dihantui rasa bersalah pada sang kakak . Selama ini Allen selalu berusaha membahagiakannya tanpa mengeluh sedikitpun . Pelukannya semakin erat seakan tak mau kehilangan Allen dalam hidupnya .

" Maafkan aku " Ujar Theresa senada dengan derai tangisnya . " Aku ini merepotkan " Tambahnya seraya terisak .

Allen melepaskan pelukannya dan mencubit hidung Theresa . " Jangan pernah lontarkan kalimat itu lagi . Aku senang melihatmu bahagia , jadi untuk apa aku menganggap kau merepotkanku " .

🌫️

" Kak Anne ku mohon , jangan penjarakan kak Allen atas kejadian itu " Pinta Theresa dengan raut wajah yang seakan meminta belas kasihan Anne . " Aku tidak punya keluarga lain selain kak Allen , aku mohon padamu ! " Lanjut Theresa . Anne mengangguk seraya tersenyum hambar .

Tak berselang lama , Allen datang kembali ke kamar itu dengan nampan berisi makanan dan segelas susu . " Makanlah Ann " Titah Allen seraya meletakkan nampan itu di atas nakas . Anne hanya menggeleng tanpa menoleh sedikitpun ke Allen .

" Theresa , makananmu sudah aku siapkan di meja makan , makanlah dan habiskan obatnya ! " Mendengar perintah sang kakak , Theresa segera beranjak dari tempat duduknya yang berada tepat di samping Anne . Allen mengambil alih tempat duduk itu dengan piring makan yang berada di tangannya .

" Makanlah " Sesuap nasi kini berada tepat di depan mulut Anne . Tanpa memedulikan Allen , Anne tetap kekeuh mempertahankan diamnya . Allen meletakkan kembali piring itu di atas nakas seraya menatap Anne dalam-dalam .

" Katakan apa yang ingin kau katakan , Ann " Allen mencoba memahami apa yang sebenarnya di inginkan wanita itu . Anne memalingkan wajahnya dengan tatapan sayunya . Matanya membelalak kaget ketika wajah Allen kini hanya berjarak beberapa senti dari wajahnya . " Katakanlah Anne ! " Suara itu terdengar lembut namun tak meninggalkan aksen memaksanya .

Jantung Anne berdegup kencang tak seirama seakan meronta-ronta . Harum tubuh Allen kini memenuhi Indra penciumannya dan berganti menjadi candu tersendiri baginya . Manik matanya tak mampu menyembunyikan rasa gugupnya yang membuncah .

Allen tersenyum tipis seraya menjauh dari Anne dan beranjak pergi . " Makanlah dan jangan biarkan susu itu dingin ! " Kalimat itulah yang terakhir menggema di telinga Anne . Hatinya sedikit lebih tenang , namun ada yang aneh rasanya . Ia merasa kehilangan apa yang membuat perasaannya tenang .

" Kembalilah , aroma tubuhmu membuatku sakaw "

Terpopuler

Comments

NAZERA ZIAN

NAZERA ZIAN

menyimak....

2021-11-19

0

Lia

Lia

Apa arti sakaw?

2021-02-23

3

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!