Mata yang tadinya terpejam itu kini perlahan menerawang Kilauan cahaya pelita yang menyorot tajam . Ditatapnya kedua kakak beradik yang tengah hanyut dalam pelukan kasih sayang yang hangat . Dadanya kini di penuhi rasa sesak , ada sesuatu berharga yang hilang dari kehidupannya . Hati kecilnya masih menangis sejadi-jadinya , namun mimik wajahnya masih seperti sedang menerka-nerka keadaan .
Pria itu melepas pelukannya dari sang adik dan mengalihkan pandangannya pada Anne yang mulai siuman . Gadis mungil itu menatap Anne dengan tatapan yang menyayat hati . Anne membuang nafasnya kasar seraya meremas sprei katun berwarna putih yang melekat pada ranjang yang ia tempati .
" Pergi kau dari hadapanku ! " Pekik Anne dengan sorot mata yang menghunus tajam kearah pria di hadapannya itu .
Pria itu diam tak berkutik sedikitpun bag patung yang menunduk tenang . " Pergi kau dari hadapanku ! " Tegas Anne sekali lagi .
" Aku melakukan hal itu bukan tanpa alasan , Ann " Suara pria itu kini terdengar jelas di telinga Anne . Nadanya begitu tenang dan menghanyutkan Anne dalam rasa penasaran .
" Aku sangat menyayangi Theresa lebih dari apapun " Pria itu mencoba menahan diri agar tetap dalam situasi tenangnya . " Antonio , ayahmu . Dia bukan orang yang baik " Sambungnya .
" Lantas kau pikir , dirimu sebaik apa ? " Sergah Anne dengan aksennya yang mengintimidasi .
" Apa kau tau dia seorang mafia ? Apa kau bisa menghitung , berapa banyak nyawa yang ia habisi untuk menghidupimu selama ini ? " Allen mendengus pelan dan memalingkan wajahnya . " Bahkan ayahku , juga turut menjadi korban atas perbuatan ayahmu dan rekannya . Sementara ibuku ? Ia sudah seperti anjing yang haus akan uang . ia menelantarkan aku dan Theresa sejak usia kami masih seumur jagung "
Jantung Anne seakan berhenti berdetak usai mendengar kalimat-kalimat yang terlontar dari mulut Allen . Pembawaan Allen begitu tenang namun sangat jelas dari sorot mata hazelnya bahwa ada amarah yang baru saja ia redam .
" Aku telah mendengar semua rencana busuk mereka . Kau dan Theresa harus menjadi korban agar mereka bisa mendapatkan uang dengan jumlah yang sangat besar " Allen terkekeh sinis , kemudian melanjutkan bicaranya . " Setelah mengetahui hal itu , aku semakin tidak yakin bahwa kasih sayang Antonio selama ini tulus padamu , Ann . Aku mengenalmu jauh sebelum kau mengenalku . Aku tau persis seperti apa kehidupanmu selama ini " Jelas Allen .
Allen menatap intens wajah Anne dengan senyumannya yang hambar . Jantungnya tidak berhenti berdebar kencang ketika memperhatikan dengan seksama wajah itu. " Satu hal lagi yang perlu kau ketahui , aku melakukan ini untuk menjagamu juga . Aku tidak ingin kehilanganmu sama seperti aku tidak ingin kehilangan Theresa "
Suasana hening seketika , Anne tak percaya apa yang sebenarnya terjadi . Semuanya semakin rumit untuk di tafsirkan , otaknya seakan hilang fungsinya . Bagaimana bisa ia ikut tenang dalam suasana hatinya yang tengah berkabung . " Apa aku buta dalam menilai seseorang ? " Tanya Anne pada hati kecilnya sendiri . Semuanya seperti mimpi buruk yang ingin ia sudahi secepatnya .
" Aku telah memakamkan mereka dengan layak " Ucap Allen seraya beranjak pergi meninggalkan Anne dan Theresa . Anne masih membisu , tatapannya kosong , lidahnya kini terlalu kelu untuk berbicara walaupun hanya sepatah kata .
🌫️
Beberapa hari setelah Allen mengeluarkan keputusannya untuk pindah sekolah , Emeli benar-benar tidak pernah lagi melihat wajah Allen di sekolah itu . Allen bahkan belum sempat berkenalan dengan Anne , tapi sesakit itu yang dirasakan Allen ketika mengetahui bahwa Anne sudah punya kekasih . Emeli meraih ponsel dari sakunya dan mencoba menelepon Allen .
" Allen " Panggil Emeli pada orang yang berada di seberang telepon itu .
" Ya " Sahutnya singkat .
" Apa kau benar-benar akan pindah ? "
" Hhmm " Jawaban itu seakan mewakili kata iya nya atas pertanyaan Emeli barusan .
Emeli mengambil nafas dalam-dalam lalu dihembuskannya dengan kasar . " Lalu , Anne ? Apa kau ingin melupakan gadis itu ? "
" Hubungi aku lagi ketika ia sudah tidak menjalani hubungan dengan Frans " Ketus Allen seraya menutup teleponnya .
🌫️
Hatinya masih terasa sakit , namun ia berusaha menerima apa yang telah terjadi . Bayang-bayang gadis itu masih memenuhi isi pikiran Allen yang kalut . Entah apa yang membuat Allen begitu mencintai gadis itu . " Ann " Ucap Allen lirih sembari terus menatap foto yang terpampang jelas di layar ponselnya itu . Semakin ia menatap wajah dalam foto itu semakin menganga lebar luka dihatinya .
Allen meletakkan ponselnya di atas nakas dan segera menumpahkan dirinya kedalam belaian lembut kasur empuknya . Batinnya bertanya-tanya mengapa dewi keberuntungan sesulit ini berpihak padanya .
" Kakak " Suara itu membuyarkan lamunan Allen seketika . Senyuman yang terukir di sudut bibir anak itu seakan menjadi penawar atas rasa sakit hatinya . Allen beranjak dari tempat tidurnya dan segera menghampiri anak itu .
" Apa ibu akan pulang minggu ini ? " Tanya anak itu sembari memanjang ekspresi kesalnya .
Allen hanya mengangkat kedua bahunya seraya tersenyum manis. " Kau mau jalan-jalan dengan ku ? " Allen mencoba mengalihkan topik pembicaraan mereka dengan pertanyaan itu , namun sang adik hanya menggeleng dengan tatapan lesu .
" Theresa " Panggil Allen dengan nada seolah sedang mengajak Theresa berdamai dengan keadaan . Allen berjongkok tepat di hadapan Theresa seraya menggenggam erat jemari mungil anak itu . " Boleh aku meminta sesuatu ? " Tanya Allen dengan tatapan sendu . Theresa hanya mengangguk mengiyakan pertanyaan Allen .
" Tolong berhenti berharap pada ibu . Dia bahkan tidak peduli dengan kondisimu . Kau bahkan tidak tahu apa yang ia kerjakan selama ini . Tolong berhenti mengharapkan orang yang kau sebut ibu itu . Aku bisa menjadi ayah , ibu , kakak , dan bahkan teman mainmu . Ku mohon , mengertilah Theresa ! " Jelas Allen .
Theresa mengangguk pelan seraya membenamkan dirinya kedalam pelukan Allen . Bulir air matanya berjatuhan , hatinya kini dihantui rasa bersalah pada sang kakak . Selama ini Allen selalu berusaha membahagiakannya tanpa mengeluh sedikitpun . Pelukannya semakin erat seakan tak mau kehilangan Allen dalam hidupnya .
" Maafkan aku " Ujar Theresa senada dengan derai tangisnya . " Aku ini merepotkan " Tambahnya seraya terisak .
Allen melepaskan pelukannya dan mencubit hidung Theresa . " Jangan pernah lontarkan kalimat itu lagi . Aku senang melihatmu bahagia , jadi untuk apa aku menganggap kau merepotkanku " .
🌫️
" Kak Anne ku mohon , jangan penjarakan kak Allen atas kejadian itu " Pinta Theresa dengan raut wajah yang seakan meminta belas kasihan Anne . " Aku tidak punya keluarga lain selain kak Allen , aku mohon padamu ! " Lanjut Theresa . Anne mengangguk seraya tersenyum hambar .
Tak berselang lama , Allen datang kembali ke kamar itu dengan nampan berisi makanan dan segelas susu . " Makanlah Ann " Titah Allen seraya meletakkan nampan itu di atas nakas . Anne hanya menggeleng tanpa menoleh sedikitpun ke Allen .
" Theresa , makananmu sudah aku siapkan di meja makan , makanlah dan habiskan obatnya ! " Mendengar perintah sang kakak , Theresa segera beranjak dari tempat duduknya yang berada tepat di samping Anne . Allen mengambil alih tempat duduk itu dengan piring makan yang berada di tangannya .
" Makanlah " Sesuap nasi kini berada tepat di depan mulut Anne . Tanpa memedulikan Allen , Anne tetap kekeuh mempertahankan diamnya . Allen meletakkan kembali piring itu di atas nakas seraya menatap Anne dalam-dalam .
" Katakan apa yang ingin kau katakan , Ann " Allen mencoba memahami apa yang sebenarnya di inginkan wanita itu . Anne memalingkan wajahnya dengan tatapan sayunya . Matanya membelalak kaget ketika wajah Allen kini hanya berjarak beberapa senti dari wajahnya . " Katakanlah Anne ! " Suara itu terdengar lembut namun tak meninggalkan aksen memaksanya .
Jantung Anne berdegup kencang tak seirama seakan meronta-ronta . Harum tubuh Allen kini memenuhi Indra penciumannya dan berganti menjadi candu tersendiri baginya . Manik matanya tak mampu menyembunyikan rasa gugupnya yang membuncah .
Allen tersenyum tipis seraya menjauh dari Anne dan beranjak pergi . " Makanlah dan jangan biarkan susu itu dingin ! " Kalimat itulah yang terakhir menggema di telinga Anne . Hatinya sedikit lebih tenang , namun ada yang aneh rasanya . Ia merasa kehilangan apa yang membuat perasaannya tenang .
" Kembalilah , aroma tubuhmu membuatku sakaw "
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 60 Episodes
Comments
NAZERA ZIAN
menyimak....
2021-11-19
0
Lia
Apa arti sakaw?
2021-02-23
3