BAB 3

Allen menatap lekat-lekat wajah wanita yang berada tepat di hadapannya itu . Tangannya mulai bergerak menyisipkan helaian rambut yang menutupi sebagian wajah gadis itu ke belakang telinga . " Gadis yang malang " Batinnya .

Wanita itu terlihat damai dalam tidurnya dengan hembusan nafas yang beraturan . Hati wanita itu jelas saja sedang tercabik-cabik atas kepergian ayahnya . Allen masih memandangi wajah cantik nan teduh itu , lalu tanpa permisi Allen mendaratkan satu kecupan hangat di kening gadis itu .

" Laki-laki macam apa aku ini ? menyakiti hati wanita yang sudah lama ia cintai " Gerutu Allen dalam batinnya .

🌫️

Hatinya gusar ketika melihat wanita yang sudah lama ia sukai tengah berjalan dengan pria lain . Sudah lama ia menginginkan wanita itu agar jadi kekasihnya , namun sulit baginya untuk mengumpulkan keberanian walaupun hanya untuk sekedar berkenalan . Allen tau persis siapa wanita yang merupakan adik kelasnya itu . Namun , untuk yang kesekian kalinya , ada rasa tidak pantas dalam dirinya untuk mendekati wanita itu . " Ann " Begitu cara Allen menyebut nama wanita itu .

" Hey " Panggil seseorang seraya menepuk pundak Allen tiba-tiba .

Allen menoleh seraya menampakkan smirknya pada sahabatnya itu . " Aku baru saja melihatnya Emeli " Ujar Allen dengan tenang .

" Apa kau cemburu ? " Goda Emeli seraya memperlihatkan senyum nakalnya .

" Cemburu ? Jelas saja iya " Allen menunduk sembari membuang nafas kasar . " Apa Frans orang yang baik untuk Ann ? " Sambungnya .

Emeli mengangkat bahu dan kedua tangannya pertanda tidak tahu apa-apa tentang Frans . Ia hanya tau bahwa Frans baru saja menjalin hubungan dengan Anne yang juga merupakan sahabatnya .

" Apa tindakanmu setelah ini ? " Tanya Emeli .

" Pindah " Ketus Allen dengan ekspresi kecewanya .

" Hey , hanya karena masalah ini ? Ayolah berpikir jernih Allen " Ujar Emeli yang tak habis pikir dengan jalan pikiran Allen yang begitu sempit menurutnya .

Allen terdiam beberapa saat , tak ada sepatah katapun yang keluar dari mulutnya .

" Jika memilikinya merupakan sesuatu yang mustahil , maka tidak masalah jika aku terlihat bodoh hanya karena memperjuangkan sesuatu yang tidak mungkin " Jelas Allen seraya menahan bulir air matanya yang hampir terjun dari pelupuk matanya .

" Allen " Panggil Emeli dengan nada pelan . Namun Allen tak sedikitpun menoleh dan memilih beranjak pergi dari hadapan Emeli .

🌫️

Jemari tangannya masih membelai dengan lembut rambut coklat milik wanita itu . Batinnya berkecamuk hebat , hatinya hancur berkeping-keping membayangkan air mata wanita itu mengalir dengan begitu derasnya . Hati kecilnya tak henti-hentinya mengucapkan beribu kata maaf .

Takdir dari masa lalunya lah yang membawanya sampai di posisi yang tidak pernah ia impikan ini . Mengapa seorang Annette Michele harus terlahir sebagai anak dari Antonio Abraham . Dan mengapa seorang Antonio Abraham harus menjadi ayah tirinya sendiri .

" Aarrrrggghh " Pekik Allen geram seraya mengepalkan tangannya . Nafasnya sama sekali tak beraturan mengikuti setiap nada emosi jiwanya .

Suasana hatinya seketika berubah ketika Anne mencengkeram lengannya dengan kondisi setengah sadar . " Ayah " Panggil Anne . Allen membuang pandangannya dari wajah Anne , hatinya semakin hancur dan remuk .

" Maafkan aku Anne " Ucapnya lirih .

" Kak Allen " Panggil Theresa yang baru saja memasuki kamarnya . Allen menoleh sembari melontarkan senyum tipisnya pada sang adik .

Theresa berjalan mendekati Allen dengan raut wajah sedihnya , matanya masih saja sembab , dan tatapannya sayu . Theresa memeluk erat tubuh Allen dan menyandarkan kepalanya tepat di dada bidang milik Allen . Tak ada sepatah katapun yang keluar dari mulut Theresa . Air matanya lagi-lagi jatuh beriringan dari pelupuk matanya .

" Maaf " Ucap Allen dengan nada bergetar seraya membalas pelukan sang adik . Hanya itu yang bisa ia katakan untuk mewakili hatinya pada adik perempuannya itu . Jantungnya berpacu hebat seiring dengan pikirannya yang amat sangat kalut . " Andai saja waktu bisa dengan mudah di putar pasti ia akan lebih mengontrol amarahnya walaupun itu terdengar akan sangat sulit baginya " Batin Allen .

🌫️

" Theresa , ayo bereskan pakaianmu . Kita akan segera pergi " Titah Davina dengan nada yang memaksa .

" Jangan Theresa . Kau tidak akan pergi begitu saja tanpa izin dariku " Sergah Allen .

Theresa di buat bingung oleh keadaan , mau di bawa pergi kemana dia oleh ibunya . Dan mengapa Allen terlihat sangat marah kali ini .

" Apa kau tau apa pekerjaan ibumu selama ini ? " Allen menampakkan smirknya seraya meraih lengan mungil Theresa .

Davina tidak tinggal diam dan menarik paksa lengan Theresa dari genggaman Allen .

" Berhentilah bersikap bodoh ibu . Ini anakmu , jual saja ribuan manusia di luar sana , asal jangan dia . Kau bahkan tidak paham bagaimana caranya menjadi ibu untuk Theresa " Allen meninggikan nada bicaranya .

" Bicara apa kau Allen ? " Tanya Antonio yang baru saja muncul di hadapannya .

" Jika aku balik bertanya , apakah putri anda tau bahwa anda adalah seorang mafia yang melancarkan perdagangan manusia ? Aku juga tau semua rencana busukmu . Dan aku juga tau , jika sepuluh tahun yang lalu , kau dan wanita ini menghabisi nyawa ayahku " Allen menatap sinis kearah Antonio yang mulai naik pitam mendengar ucapan Allen .

Tanpa basa basi Antonio mendaratkan bogem mentahnya di pipi Allen . Allen tersenyum kecut seraya mengusap darah segar yang mengalir dari sudut bibirnya . " Pergilah ke neraka bawah tanah anak kurang ajar " Tukas Antonio seraya melayangkan vas bunga keramik ke arah Allen , namun dengan sigap Allen dapat menghindari serangan Antonio .

" Untuk apa anak itu hidup jika hanya menanggung sakit dan menjadi beban dalam hidup kami nantinya " Ujar Antonio sembari berjalan mendekati Theresa .

" Jangan sentuh dia " Pekik Allen geram .

Davina hanya tersenyum sinis dengan kedua tangannya yang mengunci pergerakan Theresa . " Kak Allen " Panggil Theresa dengan suaranya yang mulai gemetar menahan air matanya yang hampir jatuh .

Antonio menodongkan pistolnya ke arah pelipis Theresa dengan senyum cemerlangnya di ikuti tawa kecil dari Davina .

" Aku tidak yakin kau ibuku , dasar wanita jalang " Ucap Allen sembari berjalan beberapa langkah kearah Theresa . " Jangan mendekat atau peluru ini akan bersarang di otak anak ini " Cegat Antonio .

Allen mengangkat kedua tangannya dengan tatapannya yang tenang namun menghanyutkan . Dan dengan secepat kilat , Allen menjatuhkan tendangannya tepat di wajah Antonio . Pistol yang tadinya berada di genggaman Antonio kini berpindah kepemilikan ke tangan Allen . Tanpa pikir panjang Allen menghujani Antonio dengan tembakan brutalnya .

" Hentikan !! " Pekik Davina dengan raut wajah tak percaya dengan apa yang di lakukan anak sulungnya itu . " Allen hentikan " Suara Davina menggema memenuhi seisi ruangan itu .

Allen menghentikan aksinya seraya tersenyum puas atas apa yang ia lakukan . " Masih berniat untuk menghabisi adikku ? Aku bisa saja membuatmu menyusul Antonio ke neraka " Ucap Allen dengan nada yang penuh penekanan di setiap kata-katanya .

Davina mengeluarkan sebilah pisau yang kemudian ia sandarkan pada leher Theresa . " Jangan ibu " Pinta Theresa lirih , air matanya mengalir begitu deras di ikuti dengan perasaan takut yang tergambar jelas di wajahnya .

" Lepaskan " Allen mencoba dengan nada yang lembut . Namun Davina menggeleng seraya memutar bola matanya muak . " Ku bilang lepaskan " Bentak Allen dengan amarahnya yang sudah sampai pada puncaknya . " Sekali lagi ku bilang lepaskan dia " Nada suara Allen semakin meninggi .

" Tidak akan bodoh " Ucap Davina dengan aksen liciknya . Hingga sebuah peluru kembali mendarat dari pistol yang di genggam Allen dan menghantam keras mata kanan Davina . Jeritannya sekilas masih terdengar menggema , namun hilang seketika bersama nyawanya . Allen mendorong tubuh mungil Theresa ke dalam kamarnya sebelum ia kembali menghujani mayat kedua orang itu dengan parang tumpulnya .

Theresa menjerit keras dari balik pintu kamarnya seakan tak ingin berada di tempat itu lagi . " Ku mohon tolong hentikan kak Allen , mengapa kau membunuh mereka ? " Jerit Theresa disertai tangisannya yang terdengar menyakitkan . Darah segar mengalir menggenangi ruangan itu . Allen menatap lekat kedua orang yang baru saja di jemput oleh malaikat kematian mereka .

" Jika ini salah tolong maafkan Theresa , aku tidak ingin kau dan Ann menjadi korban kedua mahluk terkutuk ini " Ucap Allen seraya menyalakan sebatang rokoknya .

Terpopuler

Comments

Fi Fin

Fi Fin

waaah ternyata bokap nyokapnya mafia

2021-06-14

0

Susi Shofa

Susi Shofa

dendam

2021-05-08

1

Reski Ananda Mikki

Reski Ananda Mikki

teruskan allen bunuh aja kagak usah minta maaf

2021-03-16

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!