BAB 2

Usai berbincang dengan Frans , Anne memutuskan untuk kembali kerumah karena mata kuliah yang harus ia ikuti hari ini telah usai . Anne berjalan menyusuri koridor kampus yang mengarah langsung ke tempat parkir . Anne terhentak kaget saat ada seseorang yang tiba-tiba memegang pundaknya dari arah belakang .

" Emeli , itu membuatku kaget " Anne mengelus dadanya yang kemudian di ikuti tawa kecil sahabatnya itu .

" Eehhmm , aku ingin bicara serius Anne " Terpampang jelas perasaan cemas dan takut dari raut wajah sahabatnya itu .

" Ayolah , jangan memajang wajah seperti itu " Ujar Anne seolah membawa sahabatnya itu kedalam situasi yang lebih ringan .

" Aku mohon padamu , menjauhlah dari Frans . Dia bukan orang yang baik " Pinta Emeli dengan raut wajah yang cemas .

" Aku tidak pernah berpikir bahwa Frans orang yang baik atau buruk . Hubungan kita biasa saja , jadi apa yang perlu kau takutkan " Anne berusaha meyakinkan Emeli .

" Dia punya banyak wanita diluar sana , dia bukan laki-laki yang pantas untukmu . Tinggalkan dia sebelum kau dirugikan oleh Frans " Tukas Emeli .

" Kamu mau aku meninggalkan dia ? baiklah . Aku tau kamu mengkhawatirkan ku Emeli " Anne terlihat tanpa beban dengan perkataannya kali ini . Hubungan yang telah ia jalani selama 3 tahun terakhir ini , akan berakhir semudah membalikkan telapak tangan .

" Apa kau mencintai Frans ?"

Anne tertawa geli atas pertanyaan sahabatnya itu .

" Tentu tidak Emy , aku belum memiliki keseriusan dalam hubungan asmara . Perjalananku masih panjang , aku harus meraih gelar ku , dan membuat keluargaku serta sahabatku tersenyum bangga " Penjelasan Anne cukup membuat Emeli tenang .

" Syukurlah " Ucap Emeli dengan senyum cemerlangnya yang terpampang jelas di sudut-sudut bibirnya .

🌫️

Anne membuka perlahan knop pintu rumah yang tidak terkunci itu . Tidak ada suara sedikitpun yang terdengar . Langkah Anne terhenti ketika kakinya menginjak cairan merah segar yang menggenang di lantai . Aliran darah dan degup jantungnya seakan ingin berhenti ketika melihat darah segar mengalir deras dari tubuh wanita itu . Wanita yang tidak asing baginya , Davina .

Suaranya Anne seketika menghilang , ia ingin menjerit hebat , namun pita suaranya seakan sudah mati di bunuh pemandangan di hadapannya itu . Anne diam mematung tanpa suara , ia masih tidak percaya atas apa yang dilihatnya . Tak berselang lama pergelangan tangan Anne di genggam erat dan di tarik Theresa menuju kamar .

Dengan nafas terengah-engah , Theresa mengunci pintu kamarnya . Gadis itu duduk di lantai dengan penampilan tak karuan , sementara Anne masih dengan tatapan kosongnya yang di penuhi bayang-bayang kejadian yang ia lihat semenit yang lalu .

" Di dimana mana ayahku ? " Tanya Anne dengan nada bergetar .

Theresa hanya menggeleng seakan mengisyaratkan bahwa ayah Anne turut menjadi korban . " Apa yang terjadi ? " Tanya Anne histeris .

Theresa enggan menjawab dan memilih beranjak dari lantai yang ia duduki seraya membukakan pintu kamar untuk Anne .Tanpa menunggu lama , anne segera berlari menuju Davina yang tewas mengenaskan di depan kamar itu .

" Ibu , apa yang terjadi " Tangisan histeris mengiringi Anne yang masih tidak percaya . Beberapa meter dari mayat Davina , Anne melihat ayahnya yang keadaannya sama mengenaskannya dengan Davina . Anne segera berlari menuju ayahnya dengan langkah yang tidak beraturan .

" Ayaaaahhhh " Teriakkan Anne memenuhi seisi ruangan . Semuanya seakan mimpi , baru sehari impiannya terwujud dan ia harus merasakan hantaman batin yang begitu menyakitkan sepanjang hidupnya .

" Ann " Entah dari mana suara itu berasal , suara itu sama persis dengan yang ia dengar pagi tadi . Anne mengangkat kepalanya perlahan , menerawang di antara redupnya pencahayaan rumah itu . Dilihatnya seorang pria berkaos putih dengan cipratan darah segar yang mengotori bajunya .

" Allen , apa yang terjadi " Anne yakin bahwa pria itu tak lain adalah Allen , saudara tirinya .

" Masuklah ke kamar mu , aku akan membersihkan kedua bangkai itu " Ucap Allen santai dengan sebatang rokok yang terapit jemarinya .

" Apa maksudmu ? " Anne segera beranjak menghampiri Allen , namun Theresa datang menarik Anne agar menjauh dari Allen dengan sekuat tenaga .

" Dengarkan aku kak Anne , masuklah " Pinta Theresa dengan air mata yang masih menggenang di pelupuk matanya .

Tanpa mempedulikan Theresa , Anne berusaha berjalan kearah Allen dengan langkah gontai . Allen hanya menatap Anne sinis dan terus menghisap batang rokoknya .

" Pembangkang !! " Bentak Allen dengan suara yang keras .

" Kak Allen , biarkan dia pergi bersamaku " Pinta Theresa sembari terus menarik lengan Anne agar ikut bersamanya .

Tubuh Anne seketika ambruk ke lantai , keringat dingin membasahi sekujur tubuhnya . Anne tampak shock dengan apa yang ia alami hari ini . Masih jelas wajah sang ayah yang melintas di alam pikirannya .Bagaimana bisa ia di tinggalkan secepat ini . Ia bahkan belum membahagiakan sang ayah selama hidupnya .

🌫️🌫️

Gadis bertubuh kurus itu masih menatap Anne yang terbaring tak berdaya di hadapannya . Matanya sembab dan membengkak pertanda baru saja menyudahi tangisannya . Hatinya hancur atas kepergian ibunya , terlebih lagi nyawa ibunya harus berakhir di tangan kakak kandungnya sendiri .

" Theresa " Suara Allen menghentikan lamunan gadis itu .

" Iya " Sahutnya sembari sesenggukan .

Allen melangkahkan kakinya dan berhenti tepat di hadapan sang adik . Tak hanya sampai disitu , Allen mulai bersimpuh di hadapan Theresa dengan air mata yang turut membanjiri pipinya .

" Maafkan aku " Ucapnya lirih . " Aku di kalahkan oleh emosi dan kebencian ku " Tambahnya dengan nada yang semakin bergetar .

" Untuk apa aku marah dengan keadaan ? " Theresa segera menuntun tubuh kakaknya itu untuk bangun dan berhenti bersimpuh di hadapannya .

" Aku benci ibu , karena aku menyayangimu " Allen tak kuasa menahan air matanya yang berjatuhan seiring dengan amarahnya yang masih tersisa . " Aku benci ketika dia tidak mempedulikan penyakitmu dan lebih mementingkan urusan pribadinya " Nada bicara Allen meninggi karena tak kuasa menahan dirinya .

Theresa menggeleng seraya tersenyum menatap wajah kakaknya itu . " Aku tidak peduli siapa dirimu , pembunuh ? penjahat ? atau bahkan orang paling jahat sekalipun . Kau tetap kakakku , saudaraku . Aku tidak akan sekuat ini jika bukan karena usahamu " Ucapan Theresa barusan seakan meluluhkan hati Allen yang sudah mengeras akibat amarahnya yang menggebu-gebu .

Air mata Allen terus berjatuhan , amarahnya seketika perlahan padam mendengar kalimat yg di lontarkan Theresa . Baginya , Theresa adalah harta paling berharga yang pernah ia miliki .

" Aku hanya ingin kakak berjanji tidak akan menyakiti aku ataupun kak Anne lagi " Ujar Theresa dengan air mata yang hampir tumpah dari pelupuk matanya .

Allen menatap wajah Anne sekilas sebelum ia mengalihkan pandangannya pada Theresa . " Mana mungkin aku menyakitinya " Allen mengusap air matanya perlahan seraya mendengus pelan . " Aku juga menyayanginya sama sepertimu Theresa " Jelas Allen disertai kilas senyum kecilnya .

" Aku ingin kakak berjanji " Pinta Theresa seraya mengacungkan kelingking mungilnya pada sang kakak .

Allen hanya mengangguk sembari tersenyum dan mencubit pipi adiknya itu . Ada rasa bersalah dalam diri Allen saat ini , dan bukan hanya itu . Jauh di lubuk hatinya yang paling dalam , ia ingin memperbaiki semuanya walaupun keinginannya hampir mustahil untuk dilakukan . Mungkin sulit bagi Anne untuk menerima apa yang di perbuat Allen hari ini , namun Allen yakin bahwa suatu saat nanti , ia akan menebus kesalahan yang ia perbuat hari ini pada Anne .

Terpopuler

Comments

Fi Fin

Fi Fin

wow serem Allen psikopat

2021-06-14

0

Nadia Laili

Nadia Laili

psikopat kah Allen???

2021-04-15

2

Lia

Lia

Wah, gila allen mengejutkan sekali.

2021-02-23

3

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!